Share

Bab 97

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-15 21:33:58

Sebuah mobil berhenti di depan markas militer, mesinnya mati dengan suara gemuruh yang mereda. Jenderal Kaisar turun dari dalamnya, disambut oleh beberapa petinggi tentara yang telah menanti kedatangannya. Dengan langkah mantap, Kaisar melangkah menuju pintu markas. Ruangan itu sudah lama ditinggalkan, namun hari ini, langkahnya terarah menuju ruang kerjanya.

Dua penjaga pintu ruangan bergegas membukakan pintu untuknya. Kaisar memasuki ruang kerjanya yang kini dipenuhi suasana yang penuh kenangan. Tatapan terfokus pada foto mendiang Tuan Abraham yang sengaja dipasang di sana. Kaisar memberi hormat padanya, mata berkaca-kaca.

"Ayah, sekarang sudah waktunya aku mengungkap penyebab kematianmu sesungguhnya. Aku minta maaf karena menunda ini begitu lama karena masalah yang aku hadapi. Mulai saat ini, aku tidak akan membiarkan siapa pun yang jahat padamu hidup tenang di luar sana."

Kaisar menurunkan tangannya dan duduk di meja kerjanya. Ruang itu dihiasi oleh kenangan-kenangan masa lalu, te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 98

    Kaisar berdiri di depan Rudi dan Sembilan mantan tentara, di tengah markas besar tentaranya yang megah. Ribuan tentara berbaris dengan disiplin di belakang mereka, menantikan momen bersejarah yang akan terjadi. Kaisar menghadap Rudi dan Sembilan tentara, membawa keberanian dan semangat penuh dalam mata mereka."Tidak ada yang lebih setia dan berdedikasi daripada kalian," ucap Kaisar dengan penuh penghargaan. "Kalian telah membuktikan keberanian dan kesetiaan kalian pada negeri ini. Karena itu, hari ini, saya dengan bangga memberikan pangkat baru kepada kalian."Kaisar menyematkan pangkat baru pada seragam Rudi dan kesembilan tentara lainnya. Rudi dan Sembilan tentara melihat pangkat baru tersebut dengan mata penuh haru dan rasa bangga. Mereka terpukau karena telah mendapatkan pengakuan atas jasa-jasa mereka."Jadilah tentara yang baik dan dapat membanggakan negeri ini," ujar Kaisar dengan tegas.Rudi dan Sembilan tentara dengan penuh semangat dan kebanggaan menjawab, "Siap, Jenderal!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 99

    Bastian tetap fokus menyetir mobil, membawa Lionel, Mason, dan Lili, sementara mobil keluarganya lainnya mengikuti di belakang. Mereka berusaha menjaga ketenangan di tengah situasi yang semakin tegang. Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika Mason melihat sejumlah polisi di depan."Menunduk!" desis Mason pada Lionel dan Lili.Mereka segera menunduk, berharap agar pihak kepolisian tidak mengenali wajah mereka. Bastian, sementara itu, berusaha keras agar wajahnya tidak terlihat oleh polisi.Mobil mereka melintas di depan polisi yang sedang berjaga di jalan. Namun, seorang polisi yang melihat Bastian langsung mengendari motornya dan berbicara melalui alat komunikasi."Saya melihat Bastian dan keluarganya. Lokasinya akan saya share, saya butuh bantuan."Bastian, yang mendengar pembicaraan polisi tersebut, merasa tegang. Dia segera menghubungi supir yang menyetir mobil di belakangnya."Ikuti saya. Kita sudah dikejar."Bastian mempercepat laju mobilnya, dan mobil keluarganya juga meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 100

    Bastian merasa kehangatan tubuhnya terbangun dari tidurnya saat telepon berdering di malam yang sunyi. Matahari masih belum terbit, dan ruangan itu terisi dengan keheningan kecuali suara gemericik air hujan di luar jendela. Dengan gerakan pelan, Bastian memastikan agar Vanesa tidak terganggu oleh dering telepon itu. Dengan cepat, ia menjawab panggilan itu."Halo," sapa Bastian dengan suara pelan, berusaha tidak membangunkan Vanesa."Sudah lama, Bastian," kata suara di seberang sana. Bastian segera mengenali suara itu sebagai teman lama yang selama ini sudah tidak pernah bersua."Ada apa?" tanya Bastian, berusaha untuk tetap tenang."Kamu masih ingat tentang permintaanmu dulu?" tanya teman itu. "Apa kamu masih membutuhkan bantuanku?"Bastian merenung sejenak, mengingat kenangan masa lalu yang mungkin sudah hampir terlupakan. "Tentang pembunuh bayaran?""Ya," jawab teman itu. "Aku sudah punya koneksi lain jika kamu masih membutuhkannya."Bastian turun dari kasurnya, menghindari agar sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 101

    Pasukan keamanan Kastil menjaga gerbang utama dengan ketat, sementara Bastian merinci rencana pemberontakannya. Dengan hati-hati, ia membuka pintu rahasia yang tersembunyi di balik lapisan dinding Kastil. Lima pembunuh bayaran yang ia rekrut tetap berdiri di sekitar, mata mereka memantau setiap gerak-gerik di sekitar.Ketika salah satu pembunuh bayaran melihat penjaga yang mendekati, ia cepat berbisik pada Bastian, "Ada penjaga di depan. Apa yang kita lakukan?"Bastian tersenyum tipis, "Sembunyikan diri di balik apa pun yang bisa kalian temukan. Jangan sampai dia curiga."Pembunuh bayaran dan Bastian berlindung di balik pilar besar yang ada di dekat pintu rahasia. Mereka menahan napas, menunggu agar penjaga itu berlalu. Setelah yakin aman, Bastian bergerak cepat untuk membuka pintu rahasia, dan dengan tatapan tajam, memberikan kode rahasia untuk memanggil yang lainnya.Satu per satu, kelima pembunuh bayaran memasuki pintu rahasia itu, menghilang ke dalam kegelapan. Bastian yang terakh

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 102

    Kaisar dan Elena saling bertatapan. Suara benda jatuh di luar kamar mereka masih terus bergaung di udara, menciptakan ketegangan yang sulit dijelaskan.Kaisar, dengan pandangan tajamnya, berbicara dengan suara yang rendah namun penuh otoritas, "Kamu tidur duluan ya, biar aku periksa suara apa di luar sana."Elena mengangguk, mencoba menyembunyikan kecemasan di matanya. "Baiklah," jawabnya, "mudah-mudahan suara itu bukan sesuatu yang buruk."Kaisar menunjukkan senyuman singkat sebagai bentuk gerakan gerak hati."Aku akan segera kembali," ucapnya sebelum berbalik dan melangkah menuju pintu kamar.Langkahnya yang mantap menyusuri lorong gelap kastil, meninggalkan Elena yang kini terbaring di atas kasur dengan pikiran yang melayang-layang.Elena memandang langit-langit kamar dengan kekhawatiran yang terpantul di matanya. Suara langkah Kaisar yang semakin meredup menggema di koridor, dan kemudian keheningan kembali menyergap. Hatinya berdebar, mengikuti detak langkah Kaisar yang semakin me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 103

    Lionel duduk bersama Mason dan Lili di ruang tunggu, menantikan kepulangan Bastian yang telah pergi untuk urusan yang tak diketahui. Vanesa tiba-tiba muncul dengan wajah penuh kecemasan, mengguncang ketenangan yang ada di ruangan itu."Bastian menyerbu Kastil bersama teman-temannya, dan aku baru saja mendapat telepon bahwa Bastian meninggal," ucap Vanesa, matanya terlihat berkaca-kaca.Terkaget, Lionel, Mason, dan Lili mendengar berita itu. Wajah-wajah mereka seketika berubah menjadi padam, dan suasan di ruangan terasa terbebani oleh kesedihan mendalam."Bastian? Bagaimana bisa?" ujar Lionel dengan suara gemetar, mencoba meresapi kabar yang begitu mendalam.Vanesa menjelaskan dengan cemas, "Dia pamit tadi, mengatakan ada urusan yang perlu diurus. Ternyata, dia menemui pembunuh bayaran untuk menyerang Kastil."Kesedihan dan kekecewaan merayap di wajah Lionel, Mason, dan Lili. Mereka merasa terkejut dan marah pada Kaisar yang kembali bermain dengan kekuatannya untuk menghancurkan kehidu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 104

    Yusa bersama timnya berkumpul di ruang perintis teknologi. Mereka tengah fokus pada misi mencari keberadaan Dr. Faisal dengan memanfaatkan teknologi peretasan terkini. Layar komputer yang berderet menampilkan antarmuka serba teknologi tinggi, menampilkan jejak digital yang mereka kejar.Yusa, yang duduk di tengah-tengah ruangan, memimpin operasi ini. "Kita harus menemukan Dr. Faisal secepatnya. Dia bisa menjadi kunci untuk mengungkap kebenaran di balik semua ini."Timnya bekerja keras, menelusuri setiap sumber informasi yang mungkin terkait dengan Dr. Faisal. Satu per satu, mereka meretas database dan mengumpulkan jejak digital yang mungkin dapat mengarahkan mereka pada keberadaan dokter tersebut.Setelah beberapa jam berlalu, salah satu agen berhasil mendapatkan nomor handphone yang terkait dengan Dr. Faisal. Namun, ketika mereka berusaha menghubungi nomor tersebut, mereka mendapat respons yang mengejutkan. Nomor itu sudah digunakan oleh orang lain."Ada apa ini?" Yusa mengernyitkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 105

    Sinar matahari perlahan merambah ke dalam kamar rias di dalam Kastil, menerangi suasana yang seakan menentukan nasib. Kaisar, mengenakan pakaian resmi, berdiri di depan meja rias tempat Elena duduk. Wajahnya tampak serius, dan Elena yang tengah merapihkan rambutnya bisa merasakan ketegangan di udara."Kaisar, ada apa?" tanya Elena dengan penuh perhatian.Kaisar mengambil nafas dalam-dalam sebelum memberikan kabar, "Aku sudah tahu titik lokasi persembunyian Paman Lionel, Elena."Elena menahan napasnya, kemudian menghela nafas lega, "Benarkah? Bagus sekali. Akhirnya kita tahu di mana dia berada."Kaisar mengangguk, "Ya, ini saatnya untuk menangkapnya dan mengungkap semua kebenaran yang tersembunyi. Aku akan pergi dan bergabung dengan pihak kepolisian untuk menangkap Lionel."Elena tersenyum, memberikan dukungan, "Aku yakin kalian bisa melakukannya. Semoga ini menjadi akhir dari semua masalah ini."Kaisar menggenggam tangan Elena dengan penuh kelembutan, "Terima kasih atas dukungannya, E

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18

Bab terbaru

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 126

    Keheningan malam terpecah oleh suara gemuruh di sekitar villa yang terpencil. Tentara-tentara setia menjaga pos mereka dengan teliti, meraba setiap bayangan yang melintas di bawah sinar bulan. Namun, kehadiran yang tak diundang telah menyusup, mengubah ketenangan menjadi kekacauan.Tiba-tiba, suara keras membelah udara. "Ada penyusup!" teriak salah satu tentara yang berjaga, memecah kesunyian malam. Serentak, rekan-rekannya bersiap, senjata teracung, siap menghadapi ancaman yang tak terlihat.Namun, di sisi lain bangunan villa, Jenderal Kaisar merasa jantungnya berdegup kencang. Ia bersembunyi di balik tembok batu, menatap kegelapan dengan mata tajamnya. Pikirannya berputar, mencari cara terbaik untuk melindungi diri terlebih dahulu karena ada sebuah rencana yang akan dia lakukan untuk Jenderal Paul.Sementara itu, Damian merasakan getaran tegang melintas di udara. Bersama pasukannya, ia merapatkan barisan, menunggu tanda untuk bertindak. Mereka telah menunggu saat ini dengan sabar, d

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 125

    Debi dan Nadi merunduk di balik semak-semak, mata mereka terfokus pada villa yang terletak di tengah hutan. Suara angin sepoi-sepoi berbisik di antara pepohonan, menciptakan atmosfer ketegangan yang mendalam."Tidak lama lagi, Nadi," bisik Debi, matanya tetap terjaga untuk melihat setiap perubahan di sekitar mereka.Nadi mengangguk, tangannya menggenggam erat panah di busurnya. "Kita harus siap. Jenderal Kaisar pasti tidak akan lagi Jenderal Kaisar akan tiba ke sini.”Tiba-tiba, ponsel Debi memecah keheningan. Dia menarik keluar perangkatnya dan melihat panggilan masuk dari Jenderal Kaisar. "Ini dia," gumamnya, menjawab panggilan dengan hati-hati."Debi," suara berat Jenderal Kaisar terdengar di seberang sana, "bagaimana situasinya?"Debi menatap layar ponselnya, mencoba memilih kata-kata dengan hati-hati. "Situasi masih aman, Jenderal. Kami masih di luar villa. Jenderal Paul masih di dalam."Jenderal Kaisar menghela nafas, suaranya penuh dengan ketenangan. "Dia tidak akan bisa bersem

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 124

    Jenderal Paul keluar dari ruang kerjanya dengan langkah mantap, diikuti oleh dua ajudannya yang selalu setia mendampinginya. Sambil menghubungi pengurus villa melalui ponselnya, dia tersenyum, "Saya akan ke sana, mohon persiapkan segalanya karena saya ingin bersantai di sana."Pengurus villa dengan sigap menjawab, "Baik, Tuan Jenderal. Kami akan menyiapkan semuanya segera."Saat Jenderal Paul dan ajudannya tiba di depan lobby, seorang petugas pengamanan membuka pintu mobil, memberi hormat sambil memberikan salam. Jenderal Paul, yang senantiasa rendah hati, menyapa kembali. Bersama dengan dua ajudannya, mereka naik ke dalam mobil yang telah disiapkan dengan rapi di depan pintu.Mobil bergerak lancar melalui gerbang menuju arah villa. Jenderal Paul melihat sekelilingnya dengan senyuman tenang. Pemandangan pegunungan yang hijau dan langit biru yang cerah memberikan kontras yang memukau.Jenderal Paul memutar kepala ke arah sopir, "Mengantar ke Villa, Pak."Supir mengangguk mengiyakan dan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 123

    Dinginnya udara malam menyambut kedatangan Kaisar, Damian, Rudi, Nadi, dan pasukan khususnya di bandara negara Taruma. Mereka menyamar sebagai warga biasa, menyelinap masuk tanpa menimbulkan kecurigaan sekalipun. Langkah mereka seolah-olah tidak meninggalkan jejak, tetapi kenyataannya, perjalanan mereka penuh perhitungan dan ketenangan.Sesaat setelah melewati pintu kedatangan, suasana kembali normal. Para penumpang berhamburan menuju bagian keluar bandara dengan perasaan lega. Kaisar memandang sekeliling dengan tatapan tajam, memastikan bahwa mereka berhasil meloloskan diri tanpa terdeteksi.Namun, ketenangan itu tiba-tiba terguncang saat seorang petugas keamanan memanggil mereka dari kejauhan. "Tunggu!" seru petugas tersebut sambil melambaikan tangan.Kaisar, Damian, Rudi, Nadi, dan pasukan khususnya memandang satu sama lain dengan raut wajah tegang. Mereka bergerak menuju petugas dengan langkah hati-hati. Petugas tersebut tampak serius, sambil memegang sebuah jam tangan.Kaisar yan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 122

    Kaisar duduk di kursi belakang mobil mewahnya, tangan kanannya menekan erat-erat ponsel pintarnya sementara supir setia dan ajudan pribadinya mengemudi dengan hati-hati melalui jalanan yang ramai di ibu kota New Taraka. Kaisar berbicara dengan serius, "Yusa, saya dan tim akan segera tiba di negara Taruma. Pastikan semuanya siap dan awasi bandara serta jalanan menuju rumah rahasia. Laporkan segera jika ada kejanggalan."Yusa, seorang agen rahasia yang bertanggung jawab atas keamanan Kaisar, menjawab, "Baik, Jenderal Kaisar. Kami akan memastikan semuanya berjalan lancar dan aman. Semoga perjalanan Anda sampai di sini tanpa hambatan."Dengan tekad bulat, Kaisar menambahkan, "Saya tahu risikonya tinggi, tetapi ini adalah langkah yang harus kita ambil."Yusa mengangguk seraya menyampaikan doanya, "Kami akan berdoa untuk keselamatan Jenderal dan seluruh tim. Semoga misi ini berhasil tanpa ada korban jiwa."Setelah menutup teleponnya, Yusa segera memberitahu tim agennya yang sedang berkumpul

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 121

    Dalam keheningan kediaman sewaannya di negara Taruma, Yusa merogoh kantongnya untuk mengambil sebuah alat komunikasi. Dengan gerakan cepat, dia menekan beberapa tombol dan menunggu sambungan.Jenderal Kaisar duduk di ruang komandonya yang megah. Ketika teleponnya berdering, dia segera mengangkatnya dengan penuh kehati-hatian."Halo," sapanya tegas, menandakan kesiapan untuk menerima laporan apa pun.Yusa, dengan napasnya yang cepat, memberikan laporan pada Jenderal Kaisar, "Jenderal, kami telah menemukan jejak Jenderal Paul. Kami memetakan tempat-tempat yang sering dia kunjungi."Jenderal Kaisar menahan nafasnya sejenak, matanya berbinar dalam sorot cahaya lampu ruangan yang redup. "Bagus. Bagaimana kondisinya?"Yusa menjawab dengan tegas, "Kami sudah siap untuk melanjutkan rencana berikutnya, Jenderal. Kami hanya menunggu arahan dari Anda."Jenderal Kaisar menarik napas lega, melihat kesempatan untuk mengakhiri ancaman yang disebabkan oleh Jenderal Paul."Segera kirimkan lokasi-lokas

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 120

    Di ruang istana yang megah, Jenderal Kaisar duduk di seberang meja dari Elena, istrinya. Suasana ruangan itu dipenuhi ketegangan yang mendalam. Kaisar menatap Elena dengan ekspresi serius, dan Elena dapat merasakan ada sesuatu yang sangat penting yang ingin diungkapkan suaminya."Sayang," ucap Kaisar dengan suara yang dalam, "ada sesuatu yang perlu kusampaikan padamu."Elena mengangguk, matanya penuh dengan rasa penasaran dan kekhawatiran. "Apa yang terjadi, Kaisar?"Jenderal Kaisar mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Para peretas yang telah mengancam keamanan negara kita adalah agen mata-mata dari negara Taruma."Elena merasakan kejutan melintas di wajahnya. "Negara Taruma? Bagaimana bisa?"Kaisar menjelaskan dengan penuh ketegasan, "Kami telah melakukan penyelidikan, dan berdasarkan bukti yang kami temukan, kami berhasil menghabisi beberapa dari mereka. Bahkan, seorang dari mereka sudah kami tangkap."Elena merasa campur aduk antara kelegaan dan kecemasan. "Apakah ancaman

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 119

    Ruang rawat inap rumah sakit militer itu terasa hening, hanya terdengar suara mesin-mesin alat medis yang terus berdenyut. Kaisar duduk di kursi di sebelah tempat tidur yang ditempati oleh Bara, salah satu agen rahasia dari pihak musuh yang berhasil mereka sandera. Damian berdiri di sampingnya sambil memperhatikan dengan serius.Dokter yang berkemeja putih memeriksa luka tembakan yang melukai Bara. Kaisar dan Damian menyimak setiap kata yang diucapkan dokter dengan ketegangan yang menggelayuti hati mereka."Dia harus istirahat dan pulih selama beberapa minggu. Luka tembaknya cukup serius, tapi kami melakukan yang terbaik untuk memperbaiki kerusakan," ujar dokter dengan suara lembut.Kaisar menundukkan kepalanya sejenak, lalu menatap Bara yang terbaring tak berdaya. "Lakukan apa pun yang diperlukan untuk kesembuhannya, dokter."Damian menarik napas panjang. "Jenderal, apakah Anda yakin kita harus meninggalkannya di sini? Bagaimana jika ada pihak lawan yang mencoba menyusup ke sini dan

  • PEWARIS HEBAT NOMOR 1   Bab 118

    Di dalam kamar hotel, Bara dan tim agennya sedang sibuk mengatur strategi mereka. Keheningan di kamar itu terputus ketika salah satu agen mendapat laporan penting."Apa yang terjadi di lobby?" tanya Bara dengan ekspresi serius.Salah satu agen menjawab dengan ketidakpastian, "Ada banyak pasukan tentara di sana, Bara. CCTV menunjukkan gerakan yang mencurigakan."Bara segera memeriksa layar laptop, matanya meneliti setiap sudut ruang hotel yang ditampilkan oleh kamera pengawas. Benar saja, tentara-tentara bersenjata berjaga di sekitar lobby."Sepertinya kita telah diintai," kata Bara dengan suara tegas. "Pihak musuh mungkin sudah mengetahui keberadaan kita di sini."Ketegangan menyelimuti kamar, dan Bara segera memberikan perintah, "Bersiaplah untuk segala kemungkinan. Keluarkan senjata dan siapkan diri untuk perlawanan. Jika mereka benar-benar menyerang, kita harus siap menghadapinya."Semua anggota tim segera bergerak dengan sigap. Senjata-senjata ditarik, dan wajah-wajah mereka mence

DMCA.com Protection Status