Lembang, Kabupaten Bandung Barat, telah menjadi salah satu tujuan favorit para wisatawan, baik dari dalam maupun luar kota. Destinasi wisatanya sangat banyak, antara lain Situ Lembang, Gunung Tangkuban Perahu, Floating Market, dan sebagainya.
Suasananya yang sejuk dan menenangkan membuat Lembang menjadi salah satu alasan kenapa dijadikan tujuan melepas penat.
Dan Marcel sudah membooking satu kamar hotel yang berlokasi di jalan Raya Lembang No. 227.
Hotel Pesona Bambo yang menawarkan tempat menginap dengan suasana tradisional yang sangat kental, sehingga menimbulkan sensasi suasana syahdu, intim, menenangkan dan yang pasti sangat romantis.
Marcel sudah memilih Classic Room yang memiliki interior kamar dengan lapisan kayu tradisional. Isinya pun dilengkapi furniture kontemporer yang membuat suasana hati semakin nyaman dan damai.
"Ah... Udah lama banget gue nggak refreshing kay
Lokasi shooting minggu ke tiga Paris, Perancis Hari demi hari yang Raline lalui di Eropa tidak seindah dalam bayangannya. Bahkan Raline seringkali dibuat menangis sendirian saat dirinya harus melihat betapa banyak adegan mesra yang harus di lakoni Bastian dan Anggun. Raline sungguh tidak tahan. Itu sebabnya dia selalu menyingkir dari lokasi shooting dan memilih untuk tidak menyaksikan semua itu. Basti benar-benar membuktikan ucapannya. Jadwal shootingnya yang memang di target selesai dalam waktu satu bulan menjadi sangatlah padat. Sebab tingginya antusiasme masyarakat atas permintaan rilis film tersebut. Itulah alasannya, Januar menjadwalkan proses shooting menjadi lebih padat dari semula. Semua hal dibuat menja
"Bayu udah nggak mau nunggu lagi, Pah! Sepulangnya Raline dari eropa, Bayu akan membongkar semua kejahatan Bastian!" bentak Bayu pada Aldri yang baru saja diantarnya pulang dari rumah sakit. "Sabar Bayu, sabar. Papah sudah bilangkan kita harus main pintar. Jangan gegabah. Masih ada beberapa rencana yang masih harus Papah selesaikan untuk benar-benar menghancurkan Bastian!" larang Aldri yang terus mencoba untuk meredam emosi Bayu. "Dan satu lagi, mengenai perusahaan, Bayu benar-benar nggak habis pikir kalau ternyata seluruh hak waris atas perusahaan serta harta kekayaan Jonas sudah dialihkan atas nama Bastian, Pah. Bayu bener-bener nggak bisa berkutik," Bayu terlihat sangat emosi. Pikiran buruknya mengenai Jonas semakin mendarah daging. Aldri tahu rencananya untuk menghasut Bayu telah berhasil. Tinggal satu langkah lagi atas rencananya untuk menghancurkan Basti. Maka keluarga Dirgantara akan sanga
"Happy anniversary satu bulan, Om Marcel sayang," teriak Kiara mengagetkan Marcel yang saat itu sedang menonton Tv di rumahnya sendirian. Kiara datang dengan menggunakan topi badut, topeng pesta dan membawa kue ulang tahun kecil berangka 13217. "Kiara?" pekik Marcel kaget. Dia melihat ke arah pintu. Berharap tak akan ada orang atau tetangga yang memergoki Kiara saat Abg itu masuk ke dalam rumahnya. Marcel buru-buru menuju pintu rumahnya dan menguncinya dari dalam. "Kenapa? Kok di kunci?" tanya Kiara terheran-heran. "Nggak apa-apa, kan mau berduaan sama kamu, hehehe..." lagi-lagi Marcel hanya bisa ngibul. Padahal dia takut kalau-kalau sang Papah yang saat ini sedang bera
"Udah ah, nggak enak," tepis Raline menyudahi ciuman mereka yang baru berlangsung beberapa detik. Raline memutar kepalanya ke depan. Meski tubuhnya masih tetap bersandar nyaman di dada Basti. Mereka duduk di atas pasir putih yang membentang luas di sepanjang pantai Maldives. "Kenapa sih? Lemah banget? Biasanya juga setengah jam hajar terus sampe bibirku bengkak gara-gara kamu," protes Basti pada Raline. Meski, dia tahu apa penyebab Raline tidak menyukai ciuman mereka kali ini. "Habis, itunya nggak di copot sih. Aneh tau rasanya," Raline balik protes. Dia menunjuk ke arah mulut Basti, mungkin lebih tepatnya pada piercing di lidah Basti. Basti dan Aksel yang iseng mencoba tindik lidah saat mereka berada di Paris kemarin. Dan itu semua sebenarnya ide Aksel. Basti hanya ikut-ikutan. Meski setelahnya dia malah merasa nyaman dengan adanya benda logam itu di lidahnya. "Bukannya malah enak, kan bisa dimainin," goda Basti. Dia hendak m
Malam ini Aksel meminta Bastian menemuinya di luar tanpa sepengetahuan Raline. Jadilah, Bastian menunggu Raline tertidur pulas di penginapan mereka terlebih dahulu sebelum dia beranjak untuk menemui Aksel di tempat yang sudah di janjikan oleh Aksel. "Ada berita apa?" tanya Basti pada Aksel yang menunggunya di sebuah bungalau di dekat penginapan. Perasaan Basti mendadak tidak tenang. Apa mungkin Aksel sudah mengetahui fakta yang sebenarnya? "Gue mau lo jujur sama gue sekarang, Bas! Nggak usah ada yang lo tutup-tutupi lagi dari gue," tekanan dalam kalimat Aksel cukup meluluh lantahkan tulang belulang Basti. Meluruhkan otot-otot tubuhnya hingga dia merasa lemas seketika. Bibirnya mendadak pucat pasi. Basti mulai dilanda kegugupan luar biasa. "Lo udah tahu semuanya?" tanya Basti takut-takut. "Ya, gue udah tahu semuanya! Puas lo?" gertak Aksel. Dia sudah gerah dengan kepura-puraan Basti. Sampai akhirnya Basti yang kalut ka
Sepasang mata seorang bocah laki-laki mengerjap-ngerjap saat dia terbangun dari tidurnya. "Papih???" gumamnya pelan seraya mengucek-ngucek matanya dengan ke dua tangan. Dia menyapu seluruh sisi ruangan di dalam kamar itu. Sebuah kamar kecil yang hanya terdapat sebuah kasur kecil dan meja kecil dengan sebuah TV jadul yang bertengger manis di atas meja tersebut. Tak ada siapapun di ruangan itu. Basti kecil pun bangun. Dia memakai sepatunya lalu, pergi keluar hendak mencari keberadaan sang Papih. Basti melihat ke arah kolam renang di mana terdapat banyak sekali manusia dewasa yang berpakaian terbuka. Bahkan Basti melihat ada beberapa dari orang-orang itu yang sedang ciuman. Basti mengalihkan pandangannya dengan cepat. Papih bilang, itu dosa. Dia terus m
Kiara menatap langit sore itu, mendung. Padahal malam nanti dia sudah ada janji temu dengan Marcel. Karena hari ini Kiara berulang tahun. Marcel bilang dia mau menjemput Kiara ke rumah lalu mereka akan dinner romantis di puncak malam ini. Berhubung besok hari weekend. "Bu, Kiara boleh tanya sesuatu nggak sama Ibu?" Kiara merebahkan dirinya di sofa dan meletakkan kepalanya di pangkuan Rani. Rani mengelus rambut halus Kiara dengan sayang. "Tanya apa, Ki?" ucap Rani. Matanya fokus menatap TV di depannya. "Kiara pengen kenalin pacar Kiara sama Ibu dan Bapak, tapi dia nggak pernah mau. Katanya takut Bapak dan Ibu marah," jelas Kiara jujur. Karena memang seperti itu kenyataannya. Setiap kali Kiara mengajak Marcel ke rumahnya, laki-laki itu pasti tidak pernah mau. Ada saja alasannya untuk menolak. Inilah, itulah, huh... Menyebalkan! Marcel memang sering menjemput Kiara ke rumahnya, namun dia memilih untuk menunggu di depan gang atau
Malam ini rintik-rintik gerimis turun satu-satu, mendung terus menggelayuti langit Jakarta. Menghadirkan suasana lembab dan basah di sepanjang trotoar pejalan kaki. Seorang gadis belia baru saja turun dari metromini. Dia berlari kecil menuju sebuah warung kelontong pinggir jalan sebelum melanjutkan niatnya semula. Dia hanya ingin merapikan penampilannya supaya terlihat lebih cantik. Gerimis malam ini sudah membuat rambut indahnya terlihat lepek. Kiara bercermin sekali lagi, sebelum akhirnya dia memakai plastik kresek hitam yang baru saja dia pinta dari si pemilik warung untuk menutupi kepalanya. Gadis itu berlari kecil menyusuri trotoar hingga akhirnya sampai di depan sebuah rumah minimalis dengan pagar putih di depannya. Karena pagarnya pendek, jadi walau telah di kunci dari dalam jika tidak di gembok pasti bisa di buka dari luar. Kiara mendapati mobik Marcel terpakir di halaman, itu artinya Marcel ada di rumah ma