Penthouse International Club. Sebuah club malam yang terletak di pusat Jakarta, yang menawarkan semarak dunia malam yang penuh hingar bingar. Kepiawaian para DJ seksi dalam menciptakan music dengan kualitas audio terbaik, para penari latar yang berbusana minim, serta lantai dansa yang sangat luas, cukup menawarkan sensasi dunia malam nan erotis, yang tak akan terlupakan bagi para pengunjungnya yang kebanyakan berasal dari kaum remaja dan dewasa.
Seorang laki-laki berkemeja hitam dengan bagian lengan kemeja yang tergulung sampai siku dan beberapa kancing bagian atasnya yang sengaja dia lepas, hingga memperlihatkan sebagian dada kekarnya yang mulus, terlihat sangat menikmati suasana sekitar.
Sampai detik ini kesadarannya masih penuh, karena dia baru menghabiskan satu botol minuman ke
Semalam, sesampainya Marcel dan Kiara di rumahnya. Marcel mendapatkan kenyataan buruk, saat tiba-tiba Kiara yang dalam keadaan tidak sadar justru malah jackpot dalam pelukannya saat dirinya hendak membawa Kiara ke dalam kamar tamu. Jadilah, dia harus membereskan semua cairan berbau asam yang memenuhi sebagian pakaiannya dan pakaian Kiara. Sebab itulah, Marcel menggantikan pakaian Kiara dengan kemeja miliknya. Dia tidak setega itu, membiarkan tubuh Kiara yang kotor dan berbau akibat terkena muntahannya sendiri lalu dibiarkan tidur begitu saja, sebab Marcel adalah salah satu pria yang cinta dengan kebersihan dan segala halnya yang harus sempurna di matanya. "Ihhh brengsekkk!!! Sekarang jawab yang jujur, lo bener cuma gantiin baju gue doang? Nggak berbuat aneh-anehkan?" Kiara merasa harus memastikan kembali bahwa
"Karena Raline mikirin Basti yang sekarang lagi asik berduaan sama Anggun di Semarang, iyakan Lin?" Bayu tersenyum puas di akhir kalimatnya. Dari cara Bayu menatapnya kali ini, Raline benar-benar tidak suka. Helen tertawa pelan. "Ya ampun, sayang... Basti itukan sedang shooting di sana, bukan pacaran apalagi selingkuh. Percaya deh sama Mamih, Basti itu tipe laki-laki setia. Dia nggak mungkin khianatin kamu. Ternyata kamu lucu juga ya, Lin. Polos betulan ternyata menantu Mamih ini," Helen berusaha untuk menghibur Raline, sebab dia tahu persis apa yang di rasakan Raline sekarang. "Raline sayang, perlu kamu tahu, dulu itu Mamih juga seorang aktris, kamu pasti tahukan? Film Mamih itu banyak loh, dan semua piala
Hari ini adalah hari terakhir Basti di Semarang, karena besok mereka sudah harus kembali ke Jakarta sampai proses shooting selanjutnya dilaksanakan. Ada kemungkinan proses shooting selanjutnya akan di adakan di daratan eropa, yang rencananya akan memakan waktu hingga berbulan-bulan. Dan itu artinya, Basti harus mempersiapkan diri untuk kembali berpisah dengan Raline, nanti. Jadwal shooting hari ini sudah selesai sejak pukul 20.30 WIB tadi. Dan rencanya, malam ini, Basti dan Aksel ingin berjalan-jalan keliling kota Semarang untuk sekedar cuci mata atau membeli oleh-oleh khas kota Venetie Van Java itu. Kini, mereka sedang berada di Kawasan Simpang Lima, Semarang dan ingin menuju Tugu Muda. Mereka melewati sebuah jalan yang diberi nama jalan Pandanaran. Jalan yang berada di tengah-tengah kota Semarang ini merupakan sentra jajanan oleh-oleh khas Semarang. Di tempat inilah makanan khas Semarang seperti lumpia,
Raline keguguran. Dan menurut penuturan dokter spesialis kandungan yang menangani Raline, keguguran yang di alami Raline itu bersifat di sengaja atau mungkin disebabkan ketidaktahuan sang Ibu terhadap hal apa saja yang harus dihindari untuk di konsumsi oleh ibu hamil. "Saya menemukan begitu banyak kandungan zat kimia yang sifatnya beracun dalam tubuh Janin yang dikandung Nona Raline. Dan zat-zat itu berasal dari makanan yang tidak higienis, tidak matang, atau bahkan mentah. Selain itu saya menemukan kandungan bromelain yang sangat tinggi, hingga menyebabkan pelunakkan leher rahim. Dan itulah yang memicu kontraksi pada rahim hingga menyebabkan pendarahan dan akhirnya terjadilah keguguran. Kondisi janin Nona Raline terlihat cukup memprihatinkan bagi saya. Dan yang menjadi pertanyaan saya, apa selama ini Nona Rali
"Non Raline keguguran, Tuan. Sekarang, Nyonya Helen dan Tuan Bayu sedang di rumah sakit. Saya baru selesai mengemas pakaian Non Raline untuk di bawa ke rumah sakit, tapi barusan Nyonya Helen telepon, suruh saya nggak usah ke rumah sakit, soalnya Non Raline nggak jadi di rawat, langsung pulang malam ini," Suara Mbok Asih selaku asisten rumah tangganya terus menggema di telinga. Dunianya berputar tak menentu. Dirinya kian linglung. Kakinya yang mulai gemetaran langsung berderap merangkak mencari sandaran untuk menopang tubuhnya yang seakan begitu berat. TIDAK! INI TIDAK BOLEH TERJADI! ANAKKU... Basti
"Aku gendong kamu sampai ke kamar, ya Lin?" Bayu menawarkan pertolongannya pada Raline saat mereka sudah sampai di kediamannya. Rani dan Ibnu tidak ikut serta sebab Helen meyakinkan mereka bahwa Raline akan baik-baik saja di bawah pengawasan Helen. "Nggak usah, aku naik kursi roda aja," tolak Raline pelan. Helen dan Bayu membantu Raline untuk turun dari mobil dan mendudukan Raline di kursi roda yang telah di siapkan Hans, Ajudan Helen. Raline meringis sekali lagi, menahan sakit di bagian perutnya. Proses kuretase tadi benar-benar menyiksanya. Sangat menyakitkan. Raline merasa perutnya seperti di mixer dari dalam. Sakitnya sungguh tak tertahankan. Tapi, Raline tak bisa menyembunyikan kelegaan di hatinya saat ini, meski dia akui, dia merasa sangat jahat.
Seumur hidup, Basti tak akan pernah melupakan kejadian itu. Meski saat itu dia hanya tahu sebatas rasa ketidaksukaan melihat ibunya diperlakukan kasar. Namun seiring bertambahnya usia, perlahan Basti mulai mengerti, bahwa selama ini, Ibunya tengah bermain gila dengan laki-laki lain, yang merupakan Om Basti sendiri. Adik dari Jonas. Kekecewaan Basti terhadap Helen pun semakin menjadi. Hingga detik ini. "Tidak Basti. Percaya pada Mamih, Mamih ingin berubah. Maafkan Mamih, Nak. Beri Mamih kesempatan ya, sayang?" tangan Helen hendak menangkup ke dua pipi Basti, namun tubuhnya lebih dulu di dorong oleh Basti. Meski hanya dorongan pelan, tapi kondisi Helen yang mulai terguncang membuatnya limbung dan kehilangan pijakan. Bayu yang melihat ibunya d
Helen pikir, sekarang semua sudah berakhir setelah dia mendengar berita kematian Aldri karena sebuah kecelakaan mobil. Aldri yang sengaja menculik Bayu yang pada saat itu masih bayi dan menjadikannya sebagai alat untuk memeras harta Jonas. Namun aksinya hampir berhasil digagalkan oleh orang-orang suruhan Jonas, jika saja mobil Aldri tidak jatuh terperosok ke dalam jurang bersama Bayi yang di culiknya. Helen tersentak saat suara Bayu terdengar menggelegar memenuhi ruangan itu. Bayu, yang memberi peringatan pada dua orang security yang saat itu hendak mendekatinya. "JANGAN ADA YANG BERANI MENDEKAT!!!" Teriak Bayu lagi. Dari sorot mata laki-laki itu jelas terlihat sekali bahwa dia sangat marah saat ini. Persetan dengan rencananya untuk bermain
Bastian DirgantaraSetelah keluar dari terik matahari yang membakar diri, aku tergelincir jatuh dari tempatku bernaung sebelum ini.Tempat di mana pertama kalinya kita bertemu.Saat itu, waktu seolah berhenti di sana.Aku masih berjalan pada jalur yang sama. Aku masih memandang pada titik yang sama.Langit di tepi pantai ini.Saat aku melihatnya lebih dalam, Langit itu melebur dan berubah menjadi kaca. Tapi setelahnya langit itu membeku dan berubah menjadi sebuah cermin.Langit itu membentuk bayangan wajahmu.Raline Septia Wulandari...Hanya wajahmu, tak ada yang lain.Aku memang berpura-pura telah melupakanmu selama ini, semua itu aku lakukan demi Stella, demi Aksel.Tapi sekarang, aku kembali sendirian. Tanpa mereka. Aksel m
"Bu, ayo dong Bu, cepetan! Ibu lama banget nih dandannya! Kita udah kelaperan tau, Bu..." panggil Delisha yang begitu bersemangat saat dia tahu sang Kakak Devano, mengajaknya ke resort yang dulu pernah jadi milik mereka. Katanya sih mau di undang makan malam sama orang kaya gitu. Terus ikutan nimbrung acara bakar ayam di tepi pantai. Pasti seru banget deh!"Aduh... Ibunya Devano udah kayak Abg aja deh, dandan pake lama daritadi, nanti kita keburu kehabisan makanannya, Bu," kali ini Devano yang protes. Pasalnya, dia sudah mati pegal daritadi harus gendong rindu yang nggak mau di taruh sama sekali."Iya, sabar... Nggak enakkan kalo dateng ke acara resmi Ibu keliatan kucel," Raline mempercepat kegiatan make upnya. Merapikan posisi pakaiannya sekali lagi, barulah setelah itu dia keluar dari dalam kamar.Devano sempat terpana melihat penampilan sang Ibu yang tidak seperti biasanya. Devano memang tidak memungkiri lagi, baginya, Raline adalah wanita tercantik di dunia.
Devano pulang ke rumah dengan wajah sumringah. Nyeri di sekujur tubuhnya seolah tak lagi dia rasa karena saat ini dia pulang dengan membawa berita gembira."Assalamualaikum, Bu, Ibu... Devano pulang, Bu..." teriaknya seraya berlari kecil ke dalam rumahnya yang terbilang sangat sederhana."Asik, Mas Dev bawa makanan," seru Delisha salah satu adik Devano. Delisha dengan sigap merogoh ke dalam kantong plastik yang di bawa sang Kakak. Dia terlihat sangat gembira."Ibu mana, Dek?" tanya Devano pada Delisha saat tak di dapatinya sang Ibu. Sementara ke dua adiknya yang lain, Rania yang baru berumur empat tahun dan Rindu yang berumur dua tahun, terlihat sedang tertidur pulas di kamar."Tadi, Pak De Kahfi ke sini jemput Ibu, katanya sih mau ajak Ibu ke rumah sakit, perginya buru-buru banget, terus Ibu titip Rania sama Rindu ke Delisha. Untung Rindu nggak rewel. Delisha cape daritadi, jagain mereka, Mas lama banget pulangnya, terus itu muka kenapa coba, biru-biru b
"Jangan bawa saya ke kantor polisi, Om. Kasihan Ibu di rumah, Om..." tangis bocah itu terdengar miris. Mengiris hati Basti."Sekarang, kamu tunggu dulu di mobil, Om. Om urus dulu masalahmu dengan orang-orang ini di dalam ya?"Basti mengajak bocah itu memasuki mobilnya di mana Aksel dan Keyra tengah menunggunya di dalam. Dan setelah itu, Basti beranjak kembali menuju resort tadi."Iyyuuuwwhh bauuu! Papah apa-apaan sih? Sampah dibawa masuk ke mobil! Idih!" Keyra berteriak dengan ekspresi jijiknya yang kelewat lebay. Dia menggerutu sendiri dan memilih keluar dari dalam mobil. Aksel pun jadi ikutan keluar. Masalahnya mereka sedang di pinggir jalan raya."Keyra, nggak boleh bicara seperti itu! Ayo masuk lagi, bahaya ini pinggir jalan," ajak Aksel yang mencoba menarik tangan anaknya untuk kembali masuk ke dalam mobil.Keyra menepis kasar tangan sang Bunda. Dia cemberut dan
Delapan tahun berlalu.Semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.Keyra tumbuh menjadi anak yang cantik, manis, pintar, enerjik dan sangat menggemaskan.Aksel menjelma menjadi sosok ibu yang baik dan sangat feminim. Dan hal itu jelas membuat Basti semakin tergila-gila padanya."Kenapa sih, liburan sekolah tahun ini kita cuma ke Jogya? Biasanya juga keluar negeri," gerutu Keyra di jok belakang. Bibir mungilnya terus cemberut di sepanjang perjalanan. Dia memilin kepang kudanya seraya memeluk boneka teddy bear coklat kesayangannya, yang dia beri nama, Devano, sama seperti nama aktor tampan asal malaysia, sahabat Tantenya Anggun, yang sangat dia idolakan."Ke luar negeri kemana lagi sih? Semua penjuru dunia udah kita datenginkan? Sekali-sekali kita liburan di dalam negerikan nggak apa-apa, cantik... Sekalian Papah bisa membantu meringankan pekerjaan Om Bayu,"
Hari berganti. Musim berubah. Waktu berputar pada porosnya. Detik demi detik berlalu. Menyisakan asa pilu yang menggerogoti diri pun mengikis nurani. Penyesalan itu pun datang kian bertubi-tubi.Laki-laki itu tetap diam tanpa kata. Tetap dengan tatapannya yang kosong dan menerawang jauh ke depan.Tubuhnya terlihat lebih kurus, wajahnya tirus dan tidak terawat, hingga di tumbuhi janggut-janggut tebal yang tumbuh tak beraturan di seputaran dagunya. Sinar bola mata coklat maroon itu meredup tak bercahaya bahkan selalu terlapisi oleh cairan bening yang berkaca-kaca. Rambutnya yang awut-awutan dan sudah memutih, terlihat seperti sarang burung yang kotor.Laki-laki itu terdiam dalam duduknya yang tepekur di lantai, di dalam sebuah panti rehabilitasi khusus lansia pengidap gangguan jiwa. Dia terlihat mengukir sebuah nama di lantai itu menggunakan jari telunjuknya.BASTIAN, anakku...Satu titik air matanya jatuh tanpa mampu lagi dia tahan.*
Khalid, Kamal dan Kahfi benar-benar mewujudkan kata-kata mereka.Yaitu, mengurus semua keperluan pernikahan Keanu dan Raline.Hanya dalam waktu satu bulan semuanya rampung secara sempurna.Dan inilah saatnya.Dimana sang adik bungsu mereka mengucap ikrar janji suci di hadapan sang maha pencipta.Acar ijab kabul itu berlangsung sederhana di kediaman Keanu yang dihadiri oleh beberapa kerabat dekat saja. Sebab acara hanya diadakan secara sederhana tanpa ada resepsi apapun.Raline terlihat cantik dalam balutan kebaya putihnya, pun Keanu yang terlihat sangat gagah dalam balutan jas hitamnya serta sebuah peci hitam di kepalanya.Wali hakim di tunjuk sebagai wali pernikahan Raline, sebab Raline tak memiliki sanak saudara laki-laki selain almarhum Ibnu.Acara pagi itu dimulai dengan pembacaan doa oleh penghulu, sebelum acara Ijab dan kabul terlaksana. Setelah lima belas menit pembacaan doa usai, penghulu pun melanjutkan prosesi acara k
Hari ini Raline libur bekerja, begitupun Keanu, yang memang sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jadilah, seharian ini Keanu mengajak Raline berjalan-jalan dengan Vixion merah kesayangannya.Keanu mengajak Raline ke sebuah air terjun di daerah bogor.Curug Putri Kencana namanya.Curug yang berada di Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, ini aksesnya cukup mudah dengan kendaraan pribadi, seperti mobil dan motor.Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 15 ribu, pengunjung bisa seru-seruan menikmati segarnya air terjun hingga melompat dari jembatan bambu setinggi 10 meter. Bisa juga mendirikan tenda dengan membayar biaya tambahan Rp 15 ribu saja. Dan itulah yang Raline dan Keanu rencanakan. Mereka akan menginap satu malam dengan satu tenda yang telah mereka sewa sebelumnya. Tenda yang mereka dirikan tepat menghadap ke arah air terjun."Dingin banget, Mas airnya," seru Raline seraya mencipratkan air ke wajah Keanu. Membuat wajah Keanu menger
Kayla meninggal dunia.Keanu benar-benar terpukul atas kepergian Kayla, setelah perjuangan panjang dan pengorbanannya selama ini, ternyata Tuhan berkehendak lain.Raline terus menemani Keanu sepanjang prosesi pemakaman Kayla. Sampai laki-laki itu kembali ke rumahnya bersama ke tiga Kakak laki-lakinya.Khalid, Kamal dan Kahfi.Mereka terlihat sangat perhatian terhadap Keanu."Ikhlas, Nu. Kayla udah tenang sama Mamah dan Papah di sana. Dia sudah bahagia sekarang. Jangan di tangisi terus," ucap Khalid sang Kakak tertua. Dia duduk di sebelah Keanu seraya mengelus pelan bahu adiknya."Sekarang giliran lo perhatiin diri lo sendiri. Lo udah berjuang keras demi Kayla selama ini sampai-sampai lo nggak mikirin kehidupan lo. Udah waktunya lo berumah tangga, bahagia..." sambung Kahfi menambahi."Kayla juga pasti bakal seneng kalau liat lo bahagia, iyakan Mas?" kali ini suara Kamal yang terdengar, dia melirik Khalid dengan ke dua alisnya yang naik