Arsya sudah berada di dalam ruang rawat Robet, ia sedikit kaku menyapa orang yang sekarang berstatus sebagai mertuanya itu. Entahlah, rasanya ia belum percaya jika Robet sekarang menjabat menjadi mertuanya. Ia sedikit sebal dengan Robet, karena dulu dia mengaku bahawa ia anaknya.
Jika diingat itu benar-benar menyebelkan, sementara Robet yang duduk bersandar tau gerak gerik Arsya. Rupanya menantunya itu masih sebal dengan dirinya, ia pun hanya tertawa kecil melihat tingkah Arsya. Bahkan sedari masuk Arsya sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun.
"Apa kabar om?" tanya Arsya pada akhirnya, ia sekarang berdiri di sebelah Robet.
"Jangan panggil om Arsya! Panggil papa!" bisik Sera dengan mata melotot.
Arsya berdecak sebal. "Apa kabar papa?!" tanya Arsya dengan menekankan kata papa. Bisa dirasakan jika Arsya amat sangat terpaka.
"Amat sangat balik mena
1 Bulan Kemudian Tak terasa sudah satu bulan berlalu, urusan sudah benar-benar selesai. Sera pun sudah mengetahui fakta bahwa Rama dan Citra meninggal, satu hal yang pasti jika Rian belum bangun dari komanya. Alshasil selama satu bulan ini Rafa tinggal bersama dengan Arsya dan Sera. Selama satu bulan itu Arsya menyelesaikan kasus terakait pengeboman bangunan itu yang merugikan banyak sekali pihak. Alif dan Robet sudah benar-benar sembuh dan mereka sudah pulang, saat ini keluarga Arsya dan keluarga Sera makan bersama di sebuah restoran mewah. Rafa pun turut ikut, dia sangat suka dengan suasana ramai seperti ini. "Rafa enggak rewel tinggal sama kalian?" tanya Reta sembari memotong daging panggangnya. "Enggak kok, cuma kalo disuruh tidur di siang ada aja dramanya," jawab Sera sembari tertawa kecil. "Pasti dramanya Arsya sama Rafa rebutan peluk Sera,
Setelah pulang dari restaurant, Arsya dan Sera memutuskan untuk ke kediaman Louwen. Sudah lama sekali mereka tak menginjakkan kaki di sana, kini mereka sudah ada di halaman dengan mansion Louwen. Tak seperti dugaan mereka, tempat ini bersih dan ada beberapa maid yang membersihkan bagian depan rumah ini. Siapa yang mengurus rumah ini? Bukankah waktu itu rumah ini sengaja di kosongkan? Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya Arsya dan Sera masuk ke dalam. Saat menginjakkan pintu di depan pintu, mereka langsung di sambut oleh bola yang menggelinding. Arsya dan Sera melihat ke bawah dan mereka saling tatap, mereka melihat ke depan dan ada anak kecil di sana. "Apakah dia tuyul?" tanya Arsya tanpa berkedip. "Kita satu pemikiran, rumah ini angker. Mungkin maid yang kita lihat memang benar-benar hantu," balas Sera dengan bibir gemetar. Mereka berkedip berkali-kali namun anak kecil yang hanya memakai celana
Sera dan Arsya masih berada di kediaman Louwen, Sera sendiri tengah memasak bersama dengan Audi. Jika Arsya berada di ruang keluarga membicarakan tentang bisnis bersama dengan Satria. Audi pintar masak, ternyata dia seorang chef. Aish, Sera merasa bangga bisa memasak dengan chef terkenal. Sera melihat Audi yang tampak menghias makanan, pasti jika di restaurant makanan ini akan mahal harganya. Dengan celemek yang ada di tubuhnya, Sera membantu Audi. Ia benar-benar merasa senang karena menemukan teman yang se frekuensi dengan dirinya. Tak jarang setiap kali mereka masak anak dari Audi dan Satria akan menggangu. "Anak kamu umur berapa?" tanya Sera. "7 tahun," jawab Audi. "Wah, kalian nikah muda berarti?" tanya Sera dan di balas gelengan oleh Audi. Sera pun bingung dengan ini semua. "Mau aku ceritakan sedikit tentang kehidupan aku?" tawar Audi.
Sementara di rumah sakit terdapat seseorang yang duduk bersender di sisi ranjang sembari menangis, dia adalah Liora. Ya! Liora selamat dari kejadian maut itu, sekarang ia menangis karena menyesal telah berbuat jahat kepada semua orang. Tuhan masih baik membiarkanmu ia hidup untuk menebus segala kesalahan-kesalahnnya. Di sini pun ia tak sendiri, terdapat Ragil yang membuka hatinya lebar-lebar dan ia benar-benar tobat sekarang. Awalnya ia menyesal telah ikut rencana Hesa untuk membunuh Ragil, namun penyesalan tak ada ujungnya. Ia pun senang mendengarkan fakta bahwa Ragil masih hidup. "Kita sama-sama menyesal, tapi kita tak terlambat untuk memulai semuanya dari awal menjadi lebih baik," ungkap Ragil. "Tapi apa mereka mau memafkan aku?" tanya Liora dengan suara lirih. "Pasti, mereka orang baik. Kau hanya dibutakan oleh dendam yang tak jelas, bahkan mereka sudah memaafkan a
Sera berada di dalam mobil bersama dengan Lita, ia baru saja menjemput Lita dari bandara. Awalnya ia menyuruh agar Lita beristirahat terlebih dahulu, tapi Lita tak mau dan dia ingin langsung ke rumah sakit saja. Sera pun menuruti kemauan sahabatnya itu, kali ini Sera lah yang menyetir. Lita tampak sedih saat mengetahui Rian belum juga bangun dari komanya, dan yang membuat ia sedih ialah dirinya yang baru bisa datang ke sini setelah 1 bulan lamanya menyelesaikan urusan di negara tempat tinggalnya itu. Sedih sekali mendengar fakta bahwa sahabatnya sendiri menjadi korban pengeboman itu. "Oh iya, Rafa sama kamu?" tanya Lita. Sera mengangguk. "Kasihan banget Rafa, mamanya baru aja meninggal," ucap Sera. "Aku jadi merasa bersalah dekat dengan Om Rian sedangkan istrinya masih ada," ungkap Lita dengan suara pelan. "Kamu tak salah, itu tandanya mama
Di mansion Giory, Lita tengah bermain-main dengan Rafa. Di sini juga ada Sera yang senantiasa melihat interaksi kedua orang itu, yang membuat ia geleng-geleng ialah Lita menyuruh Rafa memanggil dirinya momy. Namun Rafa pun menurut, dan sekarang Rafa memanggil Lita dengan sebutan momy. Dua orang itu tampak bahagia, apalagi Rafa yang sedari tadi tertawa. Lita pun tampak senang karena sebutan itu, sungguh kebahagiaan mereka itu sangat sederhana. Rafa pun langsung cocok dengan Lita, katanya sih Lita cantik. Pokoknya apapun yang Lita katakan pasti akan dituruti oleh Rafa. "Momy, kapan Afa ketemu papa?" "Nanti malem pasti kamu ketemu sama papa." "Beneran?" "Bener dong, masak momy bohong ke anak momy sendiri." "Hahaha geli momy." "Lita, aku pergi dulu mau keluar sebentar, Arsya udah di depan," pamit Sera lalu berdiri. L
Setelah bertemu dengan Ragil dan Liora, kini Sera dan Arsya berada di dalam markas Balck Rose. Sekitar 200 anggota perwakilan dari beberapa negara hadir di markas ini, mereka berbaris rapi. Sedangkan Arsya dan Sera berdiri di atas menghadap ke arah mereka. Semua orang diam menutup mulut rapat-rapat, mereka bersedih tapi tak mengeluarkan ekspresi. Sebab hari ini adalah hari di mana Balck Rose dibubarkan, kabar mengejutkan yang harus di terima oleh mereka semua. Cukup berat bagi Arsya mengumumkan hal ini, namun mau bagaimana lagi. Ia sudah tak sanggup mengurus organisasi gelap ini. "Saya akan pindah dan menetap ke luar negeri bersama dengan istri saya, dan saya pun berharap kalian menyetujui pembubaran ini. Saya bukanlah ketua yang baik, tapi saya berusaha untuk menjadi yang terbaik." "Balck Rose resmi saya bubarkan mulai hari ini, markas ini bisa kalian pergunakan untuk apapaun. Tapi jangan melakukan hal
Waktu yang ditunggu-tunggu tlah tiba, hari ini adalah hari di mana Arsya dan Sera berangkat ke luar negeri. Mereka berada di halaman mansion Giory, di sini juga ada Robet, Lia, Rian dan juga Lita. Mereka semua berpelukan sebelum perpisahan tlah tiba. Rasanya satu bulan kemarin cepat sekali berlalunya.Sera pun mencoba untuk menahan air matanya karena berpisah dengan keluarganya yang ada di sini. Semua orang menangis, hanya para laki-laki saja yang berdiam diri. Lita sendiri masih tetap berada di sini untuk beberapa minggu ke depan, hubungan dia dengan Rian semakin dekat dan itu membuat Sera merasa senang. Karena Lita sudah berada pada laki-laki yang tepat."Udah jangan nangis lagi," ucap Sera sembari melepaskan pelukan dari Lita."Pokoknya sampai di sana kamu harus hubungi aku," ucap Lita sembari sesegukan."Iya bestie," balas Sera sembari mengelap air mata yang ada di pipi Li
Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing. Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera. "Momy, dasi dedek mana?" "Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi." "Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!" "Dasi dedek ada di kasur!" "Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka." "Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri." Begitulah perdeba
Seperti apa yang dikatakan tadi, Arsya dan Sera sudah berada di taman bermain khusus untuk anak-anak. Mereka duduk di bangku panjang bersama dengan Rian dan Lita, anak-anak bermain di depan sana. Lita membawa anaknya yang berusia 1,5 tahun berjenis kelamin laki-laki.Anaknya lucu dan mirip sekali dengan Rian dan Lita, Arsya sendiri berbincang-bincang dengan om nya itu. Rian sendiri sedikit terkejut melihat Arsya yang sudah dewasa dan penuh wibawa, sementara Sera dan Lita menghibur baby boy itu. Dua sahabat itu sama-sama sudah menikah dan mempunyai anak."Astaga, aku lupa nanya nama anak kamu," ujar Sera sembari menepuk jidatnya."Namanya Razka, itu yang kasih nama Rafa," jawab Lita."So sweet banget, Rafa pasti seneng punya adek laki-laki, dia juga udah besar terakhir kali ketemu dia masih nangis kalau minta eskrim," ucap Sera."Rafa baik banget, per
4 Tahun berlalu, kini kedua anak Arsya dan Sera sudah berumur 4 tahun. Mereka sangat aktif, apalagi Skay yang suka sekali mengganggu adiknya. Setiap beberapa bulan pasti keluarga Arsya atau Sera datang ke sini dan menginap selama 1 atau 2 bulan lamanya.Arsya mempunyai rumah mewah yang ukurannya tak terlalu besar, ia tak lagi tinggal di apartemen sejak 3 tahun yang lalu. Karena anak-anaknya sangat aktif, apalagi lantai apartemen berada paling atas. Jadi lebih baik mencegah sebelum hal buruk akan terjadi. Sekarang ini Arsya dan Sera berada di ruang bermain milik Skay dan Darka."Momy, dady, kenapa enggak adek aja sih yang jadi kakak?" tanya Darka yang saat ini berada di pangkuan Sera."Karena kakak kamu lahir duluan," jawab Sera seadanya."Teman-teman adik yang laki-laki jadi abang semua, adek sendiri yang jadi adek," ucap Darka."Memangnya kenapa kamu mau
Sera dan Arsya berada di trotoar, masing-masing dari mereka mendorong stroller yang berisikan baby Skay dan baby Darka. Mereka akan pergi menuju taman, karena di sana ada bazar. Sudah lama sekali Sera datang ke acara seperti itu, dan baru sekarang kesampean.Kedua anaknya pun sudah bisa sedikit untuk di atur, makanya ia berani membawa mereka keluar dari apartemen. Arsya berjalan sembari mendengarkan musik dari headset miliknya, tenang saja ia masih bisa mendengarkan jika Sera berbicara begitu juga dengan celotehan Skay dan Darka."Kamu beli tiketnya supaya kita bisa masuk," suruh Sera saat mereka sudah sampai di pintu masuk taman."Beli berapa?" tanya Arsya."2 aja, Skay sama Darka masih kecil," jawab Sera."Baiklah." Arsya berjalan membeli tiket, sementara Sera memegang dua stroller.Tak lama kemudian Arsya kembali, mereka
Detik, menit, jam, hari berlalu begitu cepat. Tepat pukul 3 dini hari Sera melahirkan 2 anaknya dalam keadaan sehat. Saat ini pun Arsya berada di ruang rawat Sera, tadi saat bayinya lahir ia meneteskan air mata karena terharu. Beberapa menit yang lalu Sera baru saja selesai menyusui kedua anaknya.Kebahagiaan semakin bertambah tak kala anak mereka berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, mereka mempunyai anak yang sepasang. Kedua anak itu sedang digendong oleh kedua neneknya yang baru saja datang. Suasana di sini ramai karena ada keluarga Arsya dan Sera, sedangkan Arsya sendiri menemani Sera di brankarnya."Terima kasih Sera," ucap Arsya tulus dari hati yang paling dalam."Sama-sama," balas Sera sembari tersenyum. Ia bangga dengan dirinya sendiri yang berhasil melahirkan dua anak itu dengan normal walapun resikonya tinggi."Arsya, kamu enggak mau gendong baby boy nya?" tanya
Tak terasa perut Sera sudah membesar, Arsya pun semakin protektif kepada Sera. Sera pun masih mengalami mual dan muntah tapi ia bersyukur karena masih ada Arsya di sekitarnya. Arsya selalu siap jika ia butuhkan, dia laki-laki yang siaga dalam 24 jam. Arsya juga selalu mengingatkan Sera agar dia minum obat tepat waktu.Hari-hari mereka habiskan dengan jalan-jalan berkeliling sembari menghapal tempat-tempat yang ada di sini. Kemarin Arsya belanja banyak sekali baju untuk Sera, dan saat ini pun mereka tengah belanja baju untuk kedua baby mereka yang sebentar lagi akan lahir. Walapun sedang mengandung, Sera masih saja terlihat cantik."Kamu kalau ambil jangan ragu-ragu, ambil sepuas kamu sayang," ucap Arsya."Nanti enggak kepake kalo banyak-banyak," sahut Sera malas."Cari warna yang netral yang cocok untuk laki-laki dan perempuan," pesan Arsya."Iya, ak
Pagi harinya Sera terbangun, ia mengerjapkan matanya perlahan-lahan. Ia melihat ke samping tempat tidur, ia sama sekali tak menemukan keberadaan Arsya di sini. Lantas ia berdiri, semoga saja pagi ini ia tak mual. Ia mencium bau lezat, dengan segera ia berjalan keluar dari kamar. Baunya semakin tercium.Sera berjalan ke dapur, ia melihat Arsya berada di sana dengan celemek melekat di tubuh atletis nya. Ia menggeleng pelan melihat tingkah Arsya dalam memasak, bagaimana tidak dia memakai tutup panci yang terbuat dari kaca untuk melindungi mukanya. Jaraknya dengan kompor ada kali satu meter."Masakan kamu bisa gosong Arsya," ucap Sera sembari menggeleng-gelengkan kepala."Minyaknya meletup-letup, mulai sekarang aku enggak bakal ijinin kamu masak. Bisa-bisa kulit kamu terbakar kena mintak panas," oceh Arsya."Ya iyalah, goreng ayah ya gitu. Kalau mau enggak ada minyaknya pakai aja
Arsya berada di dalam kantornya, ia berkutat dengan banyak sekali berkas-berkas yang harus di revisi. Sudah 4 jam ia hanya duduk di sini sedari tadi, juga ia harus lebih mengenal lagi sekretaris barunya. Untuk bahasa ia tak terlalu kesulitan, sebab sebagian karyawan di kantor sini memang di ambil dari negara asalnya.Karena sangat kesulitan mencari pegawai baru yang asli dari sini, jadi tak ada cara lain selain mengambang karyawan dari sana. Ia di ruangan ini bersama dengan sekretarisnya, dia lah yang membantu ia bekerja selama di sini. Dan dia lah yang memperkenalkan dirinya sebagai atasan kepada pegawai di sini."Apakah saya ada jadwal meeting?" tanya Arsya."Tidak, untuk hari ini bapak tak ada jadwal meeting.""Bisakah kau menyuruh mereka untuk lembur lagi? Perasaan saya tak enak kepada istri saya," ucap Arsya."Bisa pak.""Yasudah, saya
4 Bulan berlalu, pagi ini Sera berada di dalam apartemennya. Arsya sudah berangkat kerja dari 1 jam yang lalu, entah mengapa hari ini badannya terasa tak enak. Ia sudah berkali-kali keluar masuk kamar mandi untuk memutahkan isi perutnya. Sekarang ia tertidur di kasur dengan posisi miring.Ia pusing, lemas, mual, semuanya bercampur menjadi satu. Ia bari kepikiran bahwa dirinya belum datang bulan selama 2 bulan lamanya, lantas ia merubah posisinya menjadi duduk. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, apakah ia hamil? Sebab rasa mual ini sama sekali tak pernah dirinya dapatkan sebelumnya."Apakah aku hamil? Aku juga udah 2 bulan enggak datang bulan," batin Sera bertanya-tanya."Aku harus periksa ke dokter," gumam Sera, ia menelepon seseorang. Dia adalah pegawai yang ada di apartemen ini, ia pun kenal baik dengan dia karena dia berasal dari negara yang sama seperti dirinya.