We're all broken, all beautifully Imperfect. They say these would be the best days of our lives but does that mean it could be the worst too? For a typical Nigerian teenager, secondary school days, especially the senior years are supposed to be the best, endless fun, happy memories, hangouts, friendship and even first loves but for Kunmi, a girl who suffers extreme low self esteem due to bodyshaming, she just wants to remain unseen for the rest of her secondary school days. A friendship with the queen bee of her school leads her to other group of teenagers, especially Adam, the pretty boy with the golden smile and for the first time, she felt she could truly belong somewhere but then, all is not the what it seems with the group of teenagers as some of them have even bigger demons and secrets, secrets that'd mar them forever. Follow these teenagers on their journey to self love, self discovery admist secondary school drama, set ups, make ups and well, brain bursting twists.
View MoreMobil di pinggir jurang itu berguncang, seorang remaja dan perempun tua yang pingsan dikelilingi para pembunuh di dalam mobil tersebut. Mata remaja itu menangis, hidupnya hancur dan menjadi incaran para pembunuh. Ibunya menjadi korban.
Hmmmmm...
Gumaman Bagas sulit terdengar, mulutnya diikat. Dia hanya ingin berkata, ’Lepaskan Ibuku, dan biarkan aku yang diincar. Lepaskan Ibuku!”
Namun, para pembunuh ditugaskan untuk menyelesaikan mereka berdua.
Seorang pembunuh bernama Nova, akhirnya dia membuka penutup mulut Bagas.
”Aku kasihan padamu, anak muda. Katakan permintaan terakhirmu,” kata Nova tegas sambil menatap Bagas yang terikat tangannya.
”Lepaskan Ibuku..., kumohon lepaskan Ibuku. Biarkan aku yang mati!”
Pembunuh yang lainnya tersenyum.
Tidak ada kompromi, tugas mereka sebagai pembunuh bayaran adalah menghabisi kedua orang yang menjadi target pembunuhan mereka.
Salah satu pembunuh membenahi topinya, ”Tidak usah merasa kasihan, kita sudah biasa melakukan hal ini, Nova.”
Nova melihat sekali lagi ke arah Bagas, ”Kami tidak punya pilihan, pergilah dengan tenang bersama Ibumu.”
”Tidak! Tolong, selamatkan Ibuku!”
Sudah berakhir, para pembunuh keluar dari mobil dan salah satu dari mereka menggunakan mobil mereka untuk mendorong mobil yang dinaiki Bagas dan Ibunya.
Brooommmm!
Brush!
Mobil yang dinaiki Bagas terdorong masuk ke dalam jurang. Saat itulah langit yang cerah tiba-tiba mengagetkan semua orang. Halilintar di siang hari yang cerah.
Halilintar Pertama
JEGLAR!
Halilintar menyambar dengan keras, tepat saat empat pembunuh melihat ke arah sebuah jurang. Baru saja, mereka mendorong sebuah mobil kecil dan mendorong dengan mobil hingga masuk ke dalam jurang. Saat mobil itu masuk ke jurang, suara ledakan halilintar keras di siang hari tanpa mendung.
”Dia pasti mati!” kata lelaki berjas biru tua.
”Tentu saja, hanya dewa yang bisa hidup setelah mobilnya hancur di dasar jurang!”
”Kamu benar, Nova!” suara lelaki bertopi sambil memegang pundak Nova.
”Ayo kita pergi dan pesta minum, kita akan kaya!” salah satu dari mereka berbalik.
Mereka berjalan, tiga orang pergi dan satu orang menghentikan langkahnya. Dia menengok ke arah belakang, jurang yang dalam. Mobil yang mereka tabrak dan dorong hingga ke jurang. Jika itu mangsa mereka, itu tak ada masalah. Namun, satu orang ini cukup merasa bersalah karena ada wanita tua di dalam mobil tersebut dan ikut jatuh ke jurang.
Kasihan!
Dan, mungkin halilintar yang menyambar tadi merupakan kemarahan dari Tuhan. Perbuatan mereka, telah melampaui batas karena membunuh seorang anak remaja bersama ibunya.
”TIDAAAAAAKKK!”
Seperti ada suara, lelaki terakhir itu benar-benar mendengar suara jeritan dari balik jurang.
”Roma! Kenapa kamu masih diam di situ!” teriak rekan Roma.
”Aku ..., seperti mendengar suara teriakan!”
”Kamu pasti mabuk. Ayo berpesta sekarang!”
Roma pun menggelengkan kepalanya ..., dia meninggalkan pinggir jurang itu dan mengikuti tiga rekannya yang sudah jauh.
***
Halilintar Kedua dan berbarengan dengan Halilintar pertama.
JEGLAR!
”Kenapa! Kenapa! Kalian lakukan ini!” suara parau James, tubuhnya ambruk dan bersandarkan dinding. Kepalanya sudah berat dan matanya mulai kabur.
Racun! Racun! James seorang pembunuh paling cepat yang pernah ada di dunia hitam. Kini, dia dikhianati oleh rekannya sendiri. Alasannya, James terlalu berbahaya dan bisa berbalik menyerang rumah pembunuhnya sendiri. Dia harus dihentikan.
”Maafkan aku, James!” seorang wanita mengarahkan pistolnya ke arah James.
”Kamu terlalu cepat dan berbahaya, James!” suara lelaki berkacamata dan bertopi.
Mereka sedang berpesta karena kemenangan mereka, membunuh salah satu pemimpin besar dalam pemberontakan negara. James dan tim berhasil, dan tentu saja semua itu karena kepiawian dari James yang merupakan pembunuh terhebat dan sudah diakui.
”Itu bukan alasan, pembunuh memang dilatih untuk menjadi berbahaya! Haahhhh!” suara James semakin berat. Racun sudah mulai menyakiti organ tubuhnya, tangannya sudah mati rasa.
Dor! Dor!
Darah mengalir, suara James pun berhenti. Bersama dengan racun yang melukai tubuhnya.
”Ayo kita pergi, Jenni. Biar yang lain yang membersihkan mayatnya,” suara Argus.
”Apakah kamu pikir, James tidak akan bangun?” Jenni memastikan dan mengamati, James sudah tidak bergerak sama sekali.
”Apa kamu pikir, James adalah dewa? Kamu masih bisa bercanda!” suara Argus sambil terkekeh.
”Tentu saja, aku hanya bercanda! Kecuali, dia adalah dewa kematian maka dia akan bangkit kembali!”
Keduanya pergi, pesta di ruangan depan masih berlangsung. Dan, pesta itu adalah jalan untuk menghentikan mesin pembunuh yang tidak pernah gagal dalam melaksanakan tugas. Pesta kematian untuk James.
***
JEGLAR!
”IBU! IBUUUUUUU!”
Bagas tak bisa berbuat apa-apa, dia terjatuh ke jurang dan di dorong oleh sebuah mobil besar. Ibunya sudah pingsan terlebih dahulu. Airmata Bagas menetes, dia tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, hingga kematian menjemputnya. Dia selalu menjadi pecundang, dia tak bisa melakukan apapun!
Bahkan, saat terakhir dalam hidupnya.
Mobil bergulingan dan hanya wajah Ibunya yang ditangisinya.
Sampai akhir!
Sampai akhir!
Apakah begini akhirnya!
Tidak! Jika memang Tuhan ada, maka aku bersumpah atas semua ketidakadilan. Beri keadilan padaku, Tuhan!
Meskipun aku hancur, kirimkan aku utusan darimu. Meskipun aku hancur, mereka semua harus musnah!
”TIDAAAAAAAAAAAAKKKK!”
Splash!
Tubuh Bagas jatuh di kedalaman, dia tak tahu tapi tubuhnya terus jatuh. Sebuah cahaya datang dari atas, dan itu juga merupakan sebuah tubuh yang jatuh bersamaan dengan dirinya.
”Apakah kamu utusan Tuhan?” tanya Bagas melihat tubuh lelaki yang ikut jatuh bersamanya.
”Tidak! Aku adalah pembunuh yang dikhianati teman-temanku!” kata lelaki itu.
Wooooshh!
Mereka berdua terjatuh ke kedalaman yang tak berujung.
”Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku telah dibunuh dan mereka ingin harta keluargaku. Kamu pasti adalah utusan Tuhan. Aku mohon, balaskan dendamku. Meskipun tubuhku hancur, mereka harus membalas apapun yang sudah mereka lakukan pada Ibuku!” teriak Bagas.
”Bocah! Kita sama-sama telah mati. Bagaimana aku bisa membalaskan dendammu?” tanya lelaki tersebut.
”Berikan tangamu, Tuan! Ambil jiwaku, kamu harus hidup dan balaskan dendamku!”
Lelaki itu melihat remaja itu mencoba menggapai tangannya, dia pun menerima tangan tersebut.
Kedua tangan bertemu, cahaya bersinar.
”Ambil jiwaku, Tuan!”
”Siapa namamu, Bocah?” tanya lelaki itu.
”Aku Bagas. Siapa nama Tuan?”
”Aku, James.”
”Ambil Jiwaku, tuan James!”
JEGLAR!
[Sistem penyatuan dua kehendak besar bersatu]
[Satu tubuh diperlukan untuk melengkapi kehidupan baru]
[Menerima X Menolak]
”Aku menyerahkan segalanya pada anda, tuan James!” teriakan terakhir dari Bagas.
Tangan James gemetaran. Apakah ini mungkin. Jika dia bisa kembali lagi, maka James tidak akan menyia-nyiakan kehidupannya. Kecuali membalas dendam!
”Aku menerima!”
[Layanan diberikan, status berhasil]
[Kesempatan hidup anda, 60 Hari]
[Kesempatan hidup, Selamatkan diri anda. Peluang hidup 5 %]
[Keberhasilan Quest; Skill untuk melengkapi kekuatan anda]
Apa!
James melihat senyuman terakhir dari pemuda itu, dia tersenyum dan menghilang. Tubuh James tersedot ke atas. Dan, tiba-tiba dia berada di sebuah mobil yang baru saja bergulingan jatuh ke jurang.
[Quest; Selamatkan hidup anda]
Ini gila!
”TIDDAAAAAAKKKK!”
Brak!
Mobil kecil itu membentur dinding jurang dan memantul. Ada seorang wanita tua yang terlempar dari mobil. James segera sadar, dia memegang pintu mobil dengan kencang, dia terkena kaca di bagian pipinya. Ada darah kecil. Dia segera menendang kaca dan mengeluarkan dirinya dari mobil.
Prang!
Kaki satunya, menendang mobil dan memberikan dorongan hingga James mencapai pinggir jurang. Dia terlempar dan mendapatkan salah satu ranting pohon di pinggir jurang.
Crak!
Brush!
Ranting tidak cukup kuat, James terjatuh lagi. Kecepatan!
Dia adalah seorang asasin yang sudah dilatih sejak kecil. Kecepatan, kemahiran, ketajaman. Semua hal menjadi kekuatannya.
Kali ini! Sekecil apapun peluang hidupnya, James harus hidup!
HIAAAAAA!
Bug!
Punggung James terkena dahan kayu, sakit! Namun, hal itu memberikan peluang bagi James menggunakan kedua tangannya bergelantungan dan membuat tarikan hingga mencapai bagian jurang. Ada sebuah cekungan di dinding jurang. James terayun dan masuk ke sana.
AAARGH!
James bergulingan, dia mengalami sakit di sekujur tubuhnya. Semua tubuhnya mati rasa, dia selamat. Dia melihat ledakan besar terjadi di bawah jurang. Mobil itu meledak.
Boooom!
James melihat atap goa kecil itu, dia sangat lemah. Sebenarnya, apa yang terjadi padanya!
[Misi berhasil, keinginan anda untuk hidup telah mengaktifkan skill]
[Hadiah: kondisi anda dipulihkan. Peringatan: Waktu kesempatan 60 hari]
[Skill : Magic Assassin]
[Keterangan, Magic Assasin. Kemampuan anda sebagai Assassin diperkuat dengan kemampuan sihir magic exchange. Anda bisa bergerak seperti halilintar dan melakukan perpindahan fisik dengan target yang anda inginkan]
Apa!
Layar portable muncil di atas James yang sedang tidur menghadap ke atas.
Rasa sakit dalam tubuhnya, hilang!
James kaget, dia mencoba bangun dan berdiri. Dia telah pulih, bahkan tidak ada rasa sakit. Racun yang telah membunuhnya dan tembakan. Tidak ada!
Namun, dia melihat sekujur tubuhnya. Itu bukanlah tubuhnya. Itu tubuh orang lain.
[Transfer kehidupan tubuh anda dilakukan]
AAAHHHH!
Kepala James sedikit sakit, dan dia melihat semua gambaran kehidupan seorang pemuda. Pemuda itu yang ditemui James saat mereka terjatuh dalam ketiadaan.
Jadi, ini adalah tubuh pemuda itu. Bagas! Mata James menyala. Saatnya untuk balas dendam!
~Kunmi~"You don't look happy to have me back."That was the first thing Sophia said to me two days after she swapped seats with Adam. I just got to school and Sophia was back on her seat, AirPods in her ears and her body moving in some sort of rhythm to the song she was listening to. Gone was the girl that walked around the school like a ghost for the past two days, gone was the girl with the blank look in her eyes. She removed the AirPods from her ears and her lips stretched into a huge smile when she saw me. Weird but not unusual."You don't look happy to have me back."She repeated when I did not say anything. I only focused my attention on draping my back pad behind my chair before sitting down."Trust me, I did not want to return either but I had to. I don't want you guys to flop your exams. It's starting in f
~Adam~There's always something about Kunle's house.Or home.The laughter.The laughter always seems to echo through the whole house, bouncing off the four corners of the whole house.The loud chatters never cease.The home this house embodies.I made a last-minute decision to follow him home instead of going home. It was going to be too toxic for me to return to that house anyway.Kunle wasn't his usual chatty self on the drive home. He figured out something was wrong with me when I missed all the classes and he knew better than to probe, him and Sophia. It went down the drain once and it wasn't a memorable time.It was the first time I understood the extent of the impact of Sophia's ange
~Adam~I returned to my seat after seeing what caused Aminah to scream like a possessed demon. Kunle was trying, putting up with Aminah's energy. Heavens knows I can't. She was always screaming.The four of them buried their heads in Aminah's phone as if the pictures of the girls were going to fetch them millions or something. I just sat there, watching them, waiting for the malady to pass, waiting for Aminah to stop screaming like a maniac.I wasn't watching them per se, I was watching Kunmi, watching how her eyes widened and she surpr
~ADAM~I had no place to go in mind when I left our class but I found myself looking around, eyes searching for one person;Kunmi.She wasn't in the love garden so I guessed she'd probably be in the cafeteria which I seriously doubted because she couldn't have possibly gone alone.I climbed down the stairs and I found myself heading towards the cafeteria. The school's cafeteria was located behind the block of studios so I had to walk past them before getting there. I was almost in front of the music studio when my phone vibrated in my pocket and I brought it out only to see the name coz flashing on the screen.Just know that if I should die now, It's Charles' handiwork. I pressed the red button a
~Kunmi~We decided to sleep not long after that. Aminah gave up her bed for Sophia and I and even though I insisted that she or someone else join us, she maintained her stance. I saw no reason, the bed was big enough to contain four people comfortably. Maybe she did that because of Sophia who doesn't like sharing her space with people.Thinking about Sophia, I turned to look at her from looking at the wall, slowly, careful not to make too much sound because the other girls were already lying on mattresses on the floor, probably dozing off. Aunty Sophia was lying on her side, face to me and she was pressing her phone. She'd spent more than an hour doing what she called her skincare routine. In the end, I lost track of the names of the products she'd applied on her face. I've never
~Kunmi~"People be damned Kunmi. You're hands down the most interesting, fascinating and beautiful girl I know. You're intelligent and deep that I always find myself looking forward to spending time and talking with you and the rest of the world doesn't know that, that's their loss, not yours."I blinked, once twice at his words. It's the most beautiful words someone has ever said to me but I did not believe it. Something that beautiful couldn't be true about me.I looked away from his face, from his eyes that seemed to want to drink me in, my heart thudding louder in my chest, to where he grabbed my hands, right on my wrist. I tried pulling away but his grip remained firmer, stronger even that I had to look up at his face again and yet, I was stunned by the intensity in his eyes.
~Adam~Craving things.I've always craved drawing, painting, brush and pencil moving swiftly against a paper.Right now, what I craved was something totally different.The urge to go over to where Kunmi sat, conversing with Aminah in low tones, excuse her and just talk to her.Weird.Because conversations with her always set me on a edge and it's always like a punch to my stomach.I'm starting to feel the need to run away from conversing with her and yet, still feeling the need to talk to her.Like running away from something and still feeling pulled back towards that particular thing.It was a free period and there was a fervid excitement in the air, the exci
~Adam~"I disliked you for a moment. I really thought you disliked Animal Farm."The frown that was starting to form on my face at her initial words turned into a full blown smile when she completed her sentence."Really?" I asked, turning the empty seat in front of her around so I'd be able to sit ejoor facing her. "So if I actually disliked Animal farm, you'd have disliked me?"She stopped what she was writing, her face ceasing into a frown before she nodded slowly."I guess."Wow. I smiled as I remembered Sophia who basically ignored Kunle and I for almost three weeks because we felt her Korean crush wasn't that fine. What's that dude's name again? The drama Sophia acted for us during that period. Babe yen senseless gan. But she's a very special person t
~Adam~The sharp impact of sunlight streaking into my room and affecting my closed eyes made me mumble something incoherent before turning to the other side. The one where my eyes wouldn't be affected by the sunlight.But who drew the curtains by the way?"Wakey, Wakey, sleepyhead."Came Mom's voice in a sing-song tone and I frowned, wondering why the hell she'd be waking me up when I just slept like 5 minutes ago. I dragged my duvet over my head, convinced that I was dreaming and wanting nothing to disturb my perfect sleep."Korede, this is the fifth time I'd come to take you to this morning. Do you want me to wake you up with cold water?"Ooops. Do people t
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments