Share

PART 111

Penulis: Emde Mallaow
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-17 22:01:18

Akan tetapi, ketika ratusan prajurit laut sudah turun ke  sekoci-sekoci di kedua sisi kapal-kapal mereka, tiba-tiba dentuman meriam terdengar menggelegar dan beruntun. Peluru-peluru besar sebesar tempurung kelapa itu langsung menghantam keempat kapal secara bertubi-tubi dan membuat dinding kapal besar yang lumayan besar itu bobol bolong di mana-mana. Tetapi kapal yang tengah yang ditumpangi oleh sang perwira pemimpin tak mendapat serangan.

       Seluruh pasukan laut Belanda yang sama sekali tak menduga mendapat sambutan yang seolah-olah tak masuk akal itu, teramat kaget dan panik. Keadaan huru hara pun terjadi. Mereka yang belum melakukan persiapan sama sekali menjadi kalang-kabut. Lebih-lebih serangan meriam itu disusul oleh suara senapan yang bagai petasan renteng. Segenap prajurit laut langsung merunduk di perut sekoci-sekoci yang mereka tumpangi untuk melindungi diri mereka dari terjangan pelor-pelor itu. Sebagian besar langsung menerjunkan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 112

    Peristiwa tertawannya hampir seribu serdadu laut Kerajaan Belanda oleh angkatan perang Tanaru itu menjadi berita yang menggemparkan seantero Kerajaan Bima hingga ke kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya. “Semua itu tentu tak lepas dari kehebatan pemimpin mereka dalam mengatur siasat. Di Tanaru terdapat dua benteng yang sangat kokoh, yaitu Ndai Galara sendiri yang merupakan panglima perangnya dan gurunya yang merupakan mantan jenderal perang sebuah kekaisaran di Dataran Sinae yang menjadi pengatur siasatnya. Latihan perang yang mereka lakukan selama ini akhirnya terlihat hasilnya,”ucap Sangaji Mbojo dengan penuh rasa bangga di hadapan para pembesar kerajaannya. “Aku harap, peristiwa itu menjadi sebuah pelajaran bagi kita selaku sebuah kerajaan untuk tetap waspada dan mempersiapkan diri. Saya ingin, latihan perang angkatan perang kita h

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-25
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 113

    Galara Mudu sangat haru mendengar kesungguhan hati dari para serdadu tawanan itu, lalu kemudian berkata, “Baiklah, saya menghormati keputusan kalian, seperti saya menghormati kalian selama kalian berada di desa ini. Jika memang kalian ingin bergabung dan melatih pajuri baru, saya persilakan...!” Para wakil serdadu tawanan tak mampu menutupi rasa gembira di wajah mereka. Mereka ternyata sudah membicarakan tentang predikat pahit yang mereka terima kelak jika mereka menolak untuk kembali ke Celebes. Mereka akan akan dikutuk oleh bangsanya karena dianggap sebagai serdadu-serdadudesertie(pembangkang). Namun bagi mereka, predikat itu jauh lebih baik daripada mereka disebut sebagai penjajah dan membunuh rakyat yang tak berdosa di kemudian hari! Sepekan kemudian, datang utusan dari Sangaji Mbojo yang memberi kabar, bahwa ada hampir sepuluh kapal dari Celebes dan beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 114

    Tiga hari berselang, datang laporan dari Kerajaan Mbojo bahwa ada sekitar lima kapal perang Kompeni Belanda dari arah Celebes dan dua kapal penyokong dari arah barat. Kemungkin dari wilayah komando Lombok atau Bali. Mendapat laporan itu, Galara Mudu dan Dato Hongli segera melakukan koordinasi dengan berbagai pimpinan pasukan di berbagai bagian (divisi). Tiap-tiap bagian langsung mengatur posisi mereka masing-masing. Di luar dugaan, sehari sebelum pasukan penyerbu itu mencapai dataran bagian timur Pulau Sumbawa, pasukan sukarela dari berbagai desa datang dari berbagai desa di wilayah Kerajaan Mbojo berdatangan ke wilayah Tanaru. Jumlah mereka ada ribuan dengan menunggang kuda mereka. Mereka adalah para pemuda dan laki-laki tangguh yang terbiasa dalam berburu, terlihat dengan senjata panah dan tombak yang mereka bawa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-05
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 115

    Galara Mudu lalu menoleh kepada Kangjian, sang panglima pasukan berbedil. “Tolong panggilkan Markus, Aldert, atau Timo ke mari.” “Baik, Galara...!” Tiga nama yang disebutkan oleh Galara Mudu adalah pemimpin tiga serdadu Kompeni Belanda yang ditawan yang menyatakan diri ingin berjuang bersama rakyat Tanaru. Karena ketiga serdadu tawanan itu hanya tinggal di Uma Naru yang tak jauh dari Uma Na’e, tak lama kemudian mereka sudah muncul. “Galara memanggil kami?” “Iya, Aldert, silakan duduk. Bagaimana keadaan kalian?” “Iya, terima kasih, kami baik-baik saja, Galara,” sahut Aldert sembari meletakkan pantatnya di kursi kayu ukir nyang diikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 116

    Subuh itu mesjid tampak sepi, karena para laki-laki telah berada di garis depan medan pertempuran dan mereka akan melaksanakan sholat subuh secara bergantian di daerah pengintaian. Sementara kaum wanitanya memang diperintahkan untuk tetap menunggu dan sholat di rumah saja. Yang ada dalam mesjid hanyalah marbot mesjid yang berusia sudah 60-an tahun yang bernama Ama La Sanggiu. Melihat kehadiran Galara Mudu, Ama La Sanggiu langsung menggelarkan tikar sembahyang yang terbuat dari daun pandan. Ia menunggu sampai sang pemimpinnya itu untuk sholat sunat tahiyatul mesjid baru ia melantunkan iqomah. Seperti biasa, yang bertindak sebagai imam sholat adalah Galara Mudu. Subuh itu pun sang galara memimpin sholat dengan hanya bermakmumkan Ama La Sanggiu. Setelah selesai sholat subuh, Galara Mudu alias Pendekar Tapak Dewa tidak langsung bangkit

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 117

    Hebatnya lagi, serdadu Kompeni Belanda yang berjumlah lumayan besar itu kemudian tak dianggap sebagai tawanan oleh pemimpin Tanaru, Galara Mudu. Atas nasihat guru sekaligus mertuanya, Dato Hongli, para serdadu itu dianggap sebagai tamu dan diperlakukan sebagai tamu. Hanya saja senjata mereka berupa bedil dan pedang disita dahulu untuk sementara. Kapal-kapal mereka yang dilabuhkan di pelabuhan kecil di pesisir utara pun dipindahkan ke Pelabuhan Wadu Mbolo. Para serdadu itu sebagian ditempatkan bersama para serdadu tawanan terdahulu di kedua Uma Naru, sebagian lain ditempatkan di beberapa tenda, dan yang luka-luka yang berjumlah hampir seratus orang di rawat di beranda Uma Na’e. Pokoknya mereka seluruhnya dijamin secara baik dan beradab sebagai layaknya tamu. Hanya saja memang, Kapitan Almos dan Sergeant Ruben mendapat perlakuan agak istimewa oleh

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 118

    Beberapa hari kemudian, seluruh pasukan penyerbu dari Celebes dan Bali dipulangkan dalam keadaan semuanya baik-baik saja. Bahkan mereka diantar beramai-ramai oleh segenap rakyat Tanaru di Pelabuhan Wadu Mbolo. Yang paling berat meninggalkan Tanaru adalah Kapitan Almos dan Sergeant Ruben. Namun mereka berjanji, suatu saat mereka akan kembali lagi ke Tanaru, dan ingin belajar banyak hal dari Galara Mudu dan Dato Hongli. Bagi kedua tokok kompeni itu, Galara Mudu sudah mereka anggap sebagai dewa penyelamat bagi hidup mereka, dan mereka harus memuliakannya. Sementara itu, serdadu tawanan yang terdahulu yang berjumlah seratusan orang, hampir separonya menolak untuk kembali ke Celebes, karena sebagian sudah merasa Tanaru dan rakyat Tanaru adalah kampung halaman dan keluarga besarnya. Bahkan sebagian besar dari mereka sudah memiliki kekasihnya masing-masing, dan mereka sangat mencintai satu sama lainnya. Mereka rela jika bangsanya meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 119

    Kehadiran mereka berdua dalam warung makan itu langsung menjadi perhatian dari semua pelanggan warung. Antara satu sama lain mendekatkan kepala mereka dan membisikkan sesuatu. Entah apa yang mereka katakan. Namun dari ekspresi wajah yang tampak, mereka sedang merasa aneh. Aneh pada penampilan La Mudu dan laki-laki yang menyertainya, Satra. Satu orang berpenampilan kumal dan seorang lagi berpenampilan seperti laki-laki Jazirah Arab yang bersih dan berwibawa. Baik La Mudu dan Satra merasakan pandangan heran dari orang-orang itu, tetapi keduanya tetap bersikap tenang dan seolah-olah tak tahu saja. Keduanya mengambil sebuah meja yang agak di pojok kanan depan ruangan. Seorang laki-laki muda pelayan datang menghampiri dan menanyakan makanan yang hendak dipesan. “Apa saja lauknya?”

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21

Bab terbaru

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 151

    Melihat keadaan perkembangan Tanaru yang demikian pesat dengan kekayaan dan pendapatannya yang demikian tinggi dan ditambah dengan pelabuhan lautnya yang makin ramai itu, maka Raja Mbojo pun menetapkan Tanaru sebagai pusat pemerintahan untuk wilayah timur Kerajaan Mbojo, dan La Mudu diangkat langsung sebagai Galara Na’e (setingkat gubernur zaman sekarang). Akibat kepemimpinan Galara Na’e Mudu sangat dimuliakan oleh rakyat Mbojo di wilayahnya, menjadikan Tanaru mengalami perkembangan yang makin pesat. Sejak diresmikan sebagai pusat pemerintahan di wilayah kerajaan bagian timur, Tanaru benar-benar telah menjelma sebagai sebuah bandar yang sangat ramai. Pelabuhan Wadu Mbolo yang merupakan pelabuhan terakhir dan persinggahan, pun makin ramai, dan menjadikannya sebagai pintu utama masuknya rejeki dan pendapatan bagi Bandar Tanaru. Kapal-kapal dagang besar antarnegeri pun makin banyak yang keluar masuk di pel

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 150

    Tugas pertama yang diberikan oleh Baginda Raja kepada Lalu Galising memperbesar dan memperkuat lagi angkatan perang kerajaan. Atas perintah dan petunjuk dari sang Baginda Raja, Lalu Museng selaku pelaksana panglima perang lalu melakukan perekrutan anggota prajurit baru secara besar-besaran, baik untuk prajurit darat maupun prajurit laut. Dan atas petunjuk dari sang panglima utama, Lalu Galising merumbak seluruh kepemimpinan dari segala tingkatan angkatan perang dari pejabat yang kurang kinerjanya dengan perwira-perwira dan bintara-bintara yang cerdas dan sangat loyal. Ribuan tamtama dan bintara baru itu oleh Lalu Galising digembleng terlebih dahulu dengan ilmu kependekaran dalam taraf tertentu, sehingga prajurit-prajurit itu kelak akan menjadi prajurit yang sangat tangguh dan militan. Untuk mewujudkan kebijakannya itu, Lalu Galising mendatangkan ratusan pendekar jebolan Padepokan Tanaru yang merupakan saudara seperguruannya untuk me

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 149

    Sebuah prosesi pernikahan yang tergolong mewah dan besar dilangsungkan satu bulan kemudian setelah acara lamaran. Pestanya berlangsung selama dua hari berturut-turut dan digelar tak ubahnya sebuah perkawinan di kalangan putra-putri raja-raja. Itu bisa dimaklumi, karena soal biaya bagi La Mudu atau Tanaru secara umum tak menjadi masalah. Kebetulan juga Ang Bei dan Ming Mei, orang tuanya An Bao Yu, adalah salah seorang juragan kaya di Tanaru. Namun demikian, semua biaya perkawinan berikut pestanya itu sudah ditanggung sepenuhnya oleh pihak Uma Na’e (Galara Mudu). Dalam pesta walimah itu dipersembahkan berbagai hiburan dan pertunjukan dari dua bangsa, yaitu dari Bangsa Sinae (Tiongkok) maupun Bangsa Mbojo. Berpuluh-puluh ekor kerbau dan kambing dipotong untuk dinikmati oleh para tamu dari berbagai kalangan. Para tamu yang hadir dalam pesta walimah itu bukan

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 148

    Di kota kerajaan yang luas dan ramai itu, Lalu Galising, yang ditemani Lalu Rinde dan saudara-saudara seperguruannya, mengajak Ambayu untuk menikmati berbagai hiburan di lingkungan istana maupun di sekitar kota, atau berbelanja berbagai barang yang disukai oleh sang kekasih. Jika sewaktu-waktu pergi berburu rusa, terkadang Lalu Galising mengajak sang kekasih untuk ikut serta. Ambayu bukan gadis yang lemah. Dia juga adalah calon seorang pendekar yang memiliki kekuatan fisik jauh di atas yang dimiliki oleh gadis biasa umumnya. Ia juga sangat lihai dalam berburu. Dengan menggunakan kuda pacu tunggangannya, ia berkali-kali mampu memburu rusa liar dan membunuhnya dengan cara ditombak atau dipanah. Keberhasilannya itu selalu mendapat pujian dari sang kekasih, Lalu Galising, dan juga para murid-murid padepokan yang menyertai mereka. Setahun kemudian, atau 5 tahun genap L

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 147

    Keberhasilan muridnya, Lalu Galising, dalam memimpin dan menumpak gerombolan pemberontak di kerajaan seberang sangat membanggakan bagi La Mudu. Artinya, hasil didikannya secara khusus terhadap muridnya itu tak sia-sia, sudah sangat terlihat nyata hasilnya. Dan hal itu pun membuat kebanggan juga bagi segenap murid Padepokan Tanaru. Baik kakak-kakak seperguan maupun adik-adik seperguruannya, langsung memberikan ucapan selamat kepada Lalu Galising. Setelah mencapai usia 24 tahun, atau setelah 4 tahun ia menjadi murid Pendekar Tapak Dewa alias La Mudu, Lalu Galising telah tumbuh menjadi pemuda yang matang dan sempurna. Wajahnya makin tampan dengan bangun tubuhnya yang tinggi lagi kekar. Dan namanya pun makin terkenal di kalangan masyarakat Tanaru, lebih-lebih di kalangan seperguruannya di Padepokan Tanaru. Setiap ada permintaan bantuan dari kerajaan-kerajaan di Kepulauan Tenggara kepada pihak Ta

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 146

    Sementara itu, perkembangan kawasan pemukiman di penghujung timur Pulau Sumbawa itu ramainya nyaris sama dengan ramainya ibu kota kerajaan. Terlebih dengan kesibukan yang terjadi di Pelabuhan Wadu Mbolo yang paling mendukung munculnya banyak saudagar-saudagar baru yang kuat. Kehidupan masyarakat di kawasan itu benar-benar aman dan tenteram, karena semua berada dalam kepatuhan pada pemimpin mereka, yaitu La Mudu alias kepala Desa Mudu alias pendekar Tapak Dewa. Tak ada satu pun penjahat atau kelompok penjahat mana pun di kawasan Kepulauan Tenggara yang berani coba-coba membuat kerisauan di kawasan itu. Baru mendengar nama sang pemimpin dari kawasan itu saja hati mereka sudah ciut lebih dahulu. Berani melakukan tindakan konyol di kawasan penghujung timur Pulau Sumbawa itu, sama halnya mereka melakukan tindakan bunuh diri. Sementara dari pihak Kompeni Belanda pun enggan untuk mengusik atau berurusan dengan Tanaru. Lagi pula, tak sediki

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 145

    Kepulangan La Mudu menjadi kebahagiaan bagi segenap rakyat Tanaru. Keberadaannya sebagai seorang pemimpin di tengah-tengah mereka merupakan kekuatan tersendiri bagi mereka. Lebih-lebih yang merasakan kebahagiaannya itu adalah seisi Uma Na’e (Istana Sandaka), yaitu kedua istri dan anak-anak mereka, juga kedua pasang mertuanya. Indra Kelana (anak La Mudu dengan istrinya Meilin) dan Dewi Samudra (Anak La Mudu dengan istrinya Ming Wei) menyambut kehadiran ayah mereka dengan sangat riang gembira. Keduanya langsung menggelayut dalam gendongan di kedua sisi rusuk sang ayah. Lalu kedua bocah itu mendominasi cerita apa pun tentang mereka terhadap ayahnya, termasuk tentang ilmu beladiri yang mereka miliki makin tinggi serta hafalan Al Quran mereka yang sama-sama mencapai beberapa juz. “Luar biasa kedua anak-anak Ayah,” puji La Mudu sembari mencium pipi kedua buah hatinya. “Kalian harus terus belajar sama K

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 144

    Pendekar Tapak Dewa bersama seluruh warga Desa Sera Guar mengantarkan rombongan pasukan bhayangkara yang akan membawa seluruh anggota penyamun Dewa Lenge itu ke kota raja di batas desa. Ada kelegaan namun juga perasaan rihatin serta kecewa yang dalam di dada setiap orang saat itu. Lega karena gerombolan yang sangat meresahkan itu telah berhasil dibekuk, dan prihatin serta kecewa yang dalam karena kenyataan bahwa pemimpin gerombolan penyamun malam itu ternyata adalah pemimpin mereka sendiri, Lalu Lojang, orang yang sangat mereka percaya, hormati, dan kagumi selama ini. Namun demikian, mereka hanya berharap, semoga Baginda Raja tidak sampai menjatuhkan hukuman gantung kepada pemimpin mereka itu. Mereka yakin, Lalu Lojang hanya sedang tersesat dan terjerumus. Mereka sangat tahu, sebelum kemunculan gerombolan penyamun malam di bawah pimpinannya itu, sang kepala desa itu adalah orang yang sangat baik, pen

  • PENDEKAR TAPAK DEWA   PART 143

    Tentu saja mereka tak akan mendapatkan sahutan, karena rumah-rumah itu telah ditinggalkan oleh penghuninya. “Rumah ini kosong! Ke mana para penghuninya...!?” Rata-rata demikian pertanyaan spontan yang terlontar dari mulut para anggota gerombolan itu. Namun anehnya, saat mereka menyalakan obor di tangannya masing-masing, mereka menemukan butir-butir emas yang tergeletak begitu saja di atas tempat tidur. Dan tanpa ragu-ragu mereka mengambil butir-butir emas itu dan memasukkannya di kantong dalam pakaian mereka. “Bagaimana, apakah kalian keluar dari rumah-rumah warga dengan membawa hasil?” Itu yang bertanya adalah Gumang Lanang, ketika seluruh anggota gerombolan telah berkumpul kembali di sebuah tanah yang kosong dalam de

DMCA.com Protection Status