Bab 39 : Peningkatan desa level 3
Pagi yang cerah menyelimuti Lembah Babi. Udara segar bertiup lembut, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang berembun. Namun, di balik ketenangan alam, desa tengah dipenuhi oleh hiruk-pikuk aktivitas. Para penduduk, baik yang lama maupun yang baru saja tiba, mulai bergerak dengan semangat baru.
Di tengah desa, di depan balai utama, Kenta berdiri dengan tangan terlipat, mengawasi perkembangan dari atas panggung kayu kecil yang telah disiapkan. Di sampingnya, Hakka, Jenderal Batu, Liam, dan Rengga berdiri dalam posisi masing-masing, siap menerima instruksi lebih lanjut. Maya berada di sisinya, meskipun tak terlihat oleh orang lain, hanya Kenta yang bisa merasakan kehadirannya.
"Hari ini kita memulai langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik," Kenta membuka pertemuan pagi itu dengan suara lantang. "Kita telah melewati masa su
Bab 40: Manajemen DESAPagi yang sibuk kembali menyelimuti Lembah Babi. Di berbagai sudut desa, aktivitas pembangunan dan perekrutan berjalan dengan lancar. Hasil dari sistem perekrutan yang Kenta jalankan mulai terlihat. Para pendatang baru telah menerima tugas mereka sesuai keahlian yang dimiliki.Di balai utama, Kenta duduk seorang diri, menunggu dengan sabar sampai semua pemimpin desa menyelesaikan tugas mereka masing-masing. Kali ini, ia tidak membutuhkan kehadiran mereka. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus ia tangani sendiri.“Maya,” panggilnya dengan nada rendah namun tegas.Seketika, cahaya biru berkilauan di udara, membentuk siluet seorang gadis muda berambut perak dengan mata bersinar. Maya, administrator sistem, muncul di hadapannya dengan senyum khasnya.&
Bab 41: Misi Rahasia ke Distrik HiburanLangit sore mulai meredup, semburat jingga keemasan mewarnai cakrawala di atas Lembah Babi. Desa ini terus berkembang pesat setelah kemenangan melawan Raven dan Tujuh Bayangan. Pembangunan infrastruktur berjalan sesuai rencana, dan perekrutan tenaga kerja baru mulai menunjukkan hasil. Namun, di tengah semua itu, Kenta tahu bahwa masih ada satu urusan penting yang harus ia selesaikan—misi penyelamatan Asami.Kenta duduk di ruang strateginya, menghadap meja besar yang penuh dengan dokumen serta peta wilayah sekitar. Ia menghela napas panjang. Misi ini tidak bisa diketahui oleh para pemimpin desa. Jika mereka tahu ia akan mempertaruhkan nyawanya demi seorang wanita dari Distrik Hiburan, pertanyaan akan bermunculan. Apalagi, tak ada alasan logis mengapa desa membu
Bab 42: Jantung Kota KekaisaranLangit malam di kekaisaran bersinar dengan kemilau lampion merah dan emas yang menggantung di setiap sudut kota. Distrik Hiburan, jantung dari kesenangan dan intrik politik, dipenuhi dengan kehidupan. Jalanan berbatu yang sempit dipadati oleh orang-orang dari berbagai latar belakang, pedagang kaya, bangsawan yang mencari hiburan, dan para wanita penghibur yang tersenyum menggoda di depan paviliun mewah.Namun di antara keramaian itu, empat sosok menyelinap masuk tanpa menarik perhatian lebih.Kenta berjalan dengan langkah mantap di tengah kelompoknya. Ia mengenakan jubah pedagang sederhana, wajahnya sebagian tertutup oleh tudung kain. Di sebelahnya, Ichiro, yang bertindak sebagai wajah depan tim, membawa sebuah gulungan dokumen dagang sebagai alat alibi mereka. Tsubaki, dengan pakaian yang
Bab 43: Jejak Asami dan Akar di Kota KekaisaranLampion-lampion merah bergoyang tertiup angin malam, menerangi gang-gang sempit Distrik Hiburan dengan cahaya temaram. Suasana di distrik ini selalu terasa hidup, namun di balik gelak tawa, dentingan gelas, dan alunan musik, tersembunyi lapisan lain dari kehidupan yang jauh lebih kelam.Di sebuah penginapan sederhana yang mereka jadikan markas sementara, Kenta dan timnya berkumpul di dalam kamar yang remang-remang. Sebuah peta terbentang di atas meja kayu, ditandai dengan beberapa titik merah dan catatan kecil."Jadi, kita punya waktu dua hari sebelum turnamen," Kenta membuka diskusi dengan nada serius. "Sebelum itu, kita harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang Asami dan situasi di sekitar Lord Ryoji."
Bab 44: Bayangan di Balik Tirai SutraMalam semakin larut di Distrik Hiburan, tetapi suasananya tetap semarak. Lentera merah menggantung di sepanjang jalan, menerangi gang-gang yang dipenuhi orang-orang dari berbagai lapisan. Para pedagang menjajakan barang dagangan mereka, para samurai dan pejabat tinggi keluar masuk rumah teh, sementara alunan musik mengalir dari rumah hiburan yang berjejer di sepanjang distrik.Namun, di balik gemerlapnya, ada sesuatu yang mengintai. Bayangan di sudut gelap, percakapan yang terhenti begitu seseorang lewat, dan tatapan mencurigakan yang mengikuti pergerakan orang asing.Kenta berjalan perlahan melewati jalan-jalan sempit distrik, pikirannya masih dipenuhi kejadian tadi siang. Serangan mendadak dari orang-orang yang mengaku seba
Bab 45: Di Balik Mata yang TajamKenta berdiri tegap, menatap pria berotot yang menghalangi jalannya. Mata tajam pria itu mengawasi setiap gerak-geriknya, seolah mencari tanda-tanda ancaman sekecil apa pun."Tidak ada yang diizinkan masuk ke sini," ulang pria itu, suaranya dalam dan berat seperti batu yang menggelinding.Kenta menghela napas. Sepertinya tidak ada cara mudah untuk masuk ke belakang panggung tanpa menarik perhatian. Namun, dia juga tidak punya banyak waktu. Jika dia kehilangan kesempatan ini, dia mungkin tidak akan bisa mendekati Asami lagi dalam waktu dekat."Aku tidak mencari masalah," kata Kenta, mengangkat kedua tangannya perlahan, menunjukkan bahwa dia tidak bersenjata. "Aku hanya ingin berbicara deng
Bab 46: Pengkhianatan dan Pertempuran Satu Lawan Sepuluh RibuLorong rahasia yang sempit membawa mereka semakin jauh dari panggung utama Kanzanro. Setiap langkah terdengar jelas di tengah keheningan yang menyesakkan. Asami berjalan di depan, langkahnya mantap meski ada sedikit ketegangan yang tak bisa disembunyikan. Kenta mengikuti di belakangnya, sementara Ichiro menutup barisan, sesekali melirik ke belakang untuk memastikan mereka tidak diikuti.Mereka telah mencapai sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di belakang dinding kayu, tempat yang jelas disiapkan untuk pelarian mendadak. Di dalamnya, terdapat beberapa perlengkapan perjalanan, jubah hitam untuk menyamarkan diri, dan pedang pendek yang tergantung di dinding.Asami menatap Kenta dengan mata tajam. "Kita
Bab 47: Satu Lawan Sepuluh RibuAngin malam berhembus kencang di tengah distrik hiburan. Langit yang awalnya cerah kini terasa menekan, seolah ikut menjadi saksi atas pertempuran yang akan segera pecah.Di hadapan Kenta, puluhan ribu pasukan Ryoji telah mengepungnya dari segala penjuru. Jalanan sempit dan atap rumah-rumah bertingkat penuh dengan prajurit bersenjata lengkap, masing-masing siap menghabisinya dalam sekejap.Namun, di tengah kepungan itu, Kenta hanya berdiri diam. Mata emasnya menatap ke sekeliling, menghafalkan posisi lawan, mengukur celah-celah kecil di antara gerakan mereka.Di atas balkon paviliun utama, Kaede berdiri dengan tangan terlipat. Senyum meremehkan terlukis di wajahnya. “Lihatlah dirimu
Bab 56: Di Balik Bayang-Bayang KegelapanAngin malam berembus dingin ketika Kenta berdiri di atas menara pengawas desa, memandang jauh ke arah cakrawala yang diselimuti kegelapan. Di kejauhan, ia tahu bahwa desa-desa yang pernah makmur kini hanya menyisakan kehancuran dan mayat-mayat yang ditinggalkan tanpa jawaban. Pembunuhan-pembunuhan misterius itu sudah berlangsung cukup lama, dan tidak ada tanda-tanda bahwa mereka akan berhenti. Meskipun Lembah Babi telah berkembang pesat, kesejahteraan di dalam tembok desa itu hanya menjadi pengecualian di tengah kehancuran yang melanda wilayah sekitarnya.Ia mengepalkan tangannya. Tidak bisa terus diam dan hanya menunggu jawaban datang. Ia harus mencari sendiri.“Mau pergi sendirian?”Suara Asami memecah kesunyian. Kenta menoleh dan melihat wanita itu bersandar pada pilar kayu di belakangnya, mengenakan jubah hitam yang menyatu dengan bayangan.
Bab 55: Jejak Darah dan Keheningan yang MencekamSudah beberapa minggu berlalu sejak pembangunan desa Lembah Babi mencapai kemajuan besar. Seluruh penduduk semakin merasa nyaman dengan kehidupan yang lebih teratur dan terjamin, berkat hasil kerja keras mereka. Namun, kesejahteraan yang perlahan tumbuh itu mulai diganggu oleh kabar buruk yang datang dari luar. Desas-desus tentang pembunuhan yang terjadi di desa-desa sekitar mulai menyebar dengan cepat. Kabar tersebut mengusik ketenangan di Lembah Babi, membawa gelombang kecemasan yang mengalir perlahan di antara warga.Hari itu, suasana di desa terasa lebih sunyi dari biasanya. Kenta tengah berjalan di sepanjang jalan utama desa, matanya fokus pada laporan yang dibawa oleh Maya. Wajahnya serius, penuh pemikiran. Sesekali ia men
Bab 54: Pembangunan Desa Level 3 dan Tantangan Musim DinginSuasana pagi itu tenang. Matahari perlahan muncul di balik pegunungan, menerangi desa yang kini tampak lebih kokoh dan terorganisir daripada sebelumnya. Lembah Babi, yang sebelumnya hanya sebuah kawasan kecil yang tersembunyi di balik hutan dan perbukitan, kini berkembang pesat. Setiap sudut desa memperlihatkan tanda-tanda pembangunan yang mengesankan. Jalan-jalan yang lebih lebar, bangunan-bangunan yang lebih stabil, dan pertanian yang semakin terorganisir memberikan harapan bagi Kenta dan warganya.Kenta berjalan dengan langkah mantap melalui desa yang telah berkembang pesat. Pasukan Lembah Babi yang dulu hanya dikenal sebagai pasukan yang terlatih dalam pertempuran kini juga menjadi ahli dalam berbagai bidang. Bebe
Bab 53: Persiapan di Lembah BabiHembusan angin malam menggetarkan ranting-ranting pohon di sekitar camp yang didirikan di luar kota. Api unggun yang menyala dengan cahaya kuning-oranye memberikan kehangatan di udara yang semakin dingin. Para prajurit Lembah Babi duduk berkelompok, berbicara dengan suara rendah, sementara para pemimpin desa berkumpul di sekitar Kenta yang tengah merenung.Kenta duduk dengan punggung tegak, tatapannya kosong sejenak. Ia memikirkan apa yang baru saja terjadi, dan apa yang akan datang. Setelah keputusan untuk menghentikan pertempuran dan menarik pasukan, Kenta tahu bahwa masa depan mereka takkan sesederhana itu. Kekaisaran mungkin memberikan jeda sejenak, tapi tidak ada yang bisa memastikan berapa lama. Itu adalah waktu yang mereka butuhkan untuk
Bab 52: Keputusan yang Belum UsaiHening menyelimuti medan perang setelah perintah Jenderal Marcus untuk menahan Ryoji diumumkan. Pasukan Lembah Babi dan pasukan Kekaisaran saling menatap dengan waspada, masih belum benar-benar yakin apakah ini benar-benar akhir dari pertarungan.Namun, Marcus tetap berdiri tegap di antara dua kekuatan besar yang hampir saling membinasakan. Kenta, dengan napas masih berat setelah duel panjangnya, menatap langsung ke arah Marcus, mencoba menelaah keputusan yang baru saja dibuat."Kau yakin ini keputusan yang benar?" suara Kenta terdengar tegas namun penuh skeptisisme.Marcus menatap Kenta dengan sorot mata yang sulit dibaca. "Aku tidak akan bertindak gegabah tanpa bukti yang cukup. Aku akan membawa Ryoji ke istana dan memastikan bahwa informasi yang diberikan kepada Kaisar selama ini tidak dimanipulasi."Dua prajurit kekaisaran menyeret Ryoji yang masih memberontak. Bangsawan itu berte
Bab 51: Di Ujung Pedang – Diplomasi di Medan PerangLangit yang kelabu masih menaungi ibu kota kekaisaran, tetapi suara dentingan senjata perlahan mulai mereda. Pasukan dari kedua belah pihak berdiri dengan waspada, menunggu langkah selanjutnya. Pertempuran yang baru saja berkecamuk dengan brutal kini hanya menyisakan ketegangan yang bisa dirasakan di udara.Di tengah medan perang yang masih dipenuhi mayat dan darah, Jenderal Marcus menatap ke arah Kenta, yang berdiri di seberang dengan napas terengah. Dekrit kekaisaran yang diperintahkan kepadanya masih tergenggam erat di tangannya.Hening. Setiap orang di medan perang tahu bahwa keputusan Marcus sekarang akan menentukan jalannya sejarah. Kenta mengangkat kepalanya, menatap mata Marcus dengan penuh ketegas
Bab 50 : Pertempuran di Jantung KekaisaranLangit kelabu menaungi ibu kota kekaisaran, memberikan atmosfer mencekam bagi mereka yang telah bersiap bertarung. Hujan turun perlahan, membasahi tanah berbatu dan bangunan-bangunan megah yang menjulang di sekitar alun-alun. Namun, di balik ketenangan itu, peperangan besar telah pecah."Majuuu!"Suara lantang Jenderal Batu menggema di tengah suara dentingan senjata dan pekikan prajurit. Prajurit Baja, yang dipimpinnya, bergerak maju dalam formasi perisai rapat, menciptakan benteng manusia yang sulit ditembus. Serangan pedang musuh yang bertubi-tubi dipantulkan oleh zirah baja mereka, sementara tombak panjang yang mereka pegang menusuk tanpa ampun ke arah pasukan kekaisaran yang mendekat.Di sisi lain, Rengga dan Pasukan Berkuda Besi menerjang seperti badai. Derap kuda yang kuat mengguncang tanah, dan tombak panjan
Bab 49 : Di Ambang KematianAngin dingin berembus pelan di atas ibu kota kekaisaran. Langit yang biasanya cerah tampak kelabu, seolah menyatu dengan suasana tegang yang menyelimuti seluruh kota. Hari ini, ada eksekusi besar yang akan dilakukan di alun-alun utama dan nama yang akan dihapus dari dunia ini adalah Kenta, pemimpin Desa Lembah Babi.Di bawah menara eksekusi yang menjulang di tengah alun-alun, ribuan penduduk telah berkumpul. Mereka datang bukan hanya karena rasa penasaran, tetapi juga karena ketakutan. Kekaisaran jarang melakukan eksekusi di tempat terbuka seperti ini, apalagi terhadap seseorang yang berasal dari desa kecil yang hampir tidak memiliki nama di peta politik kekaisaran.“Jadi ini orangnya…?”
Bab 48 : Sang Tahanan Eksekusi MatiGelap. Itulah yang pertama kali dirasakan Kenta begitu kesadarannya mulai kembali. Seluruh tubuhnya terasa berat, seolah beban raksasa menekan dari segala arah. Rasa nyeri menjalar di sekujur tubuhnya, dari luka-luka terbuka hingga memar akibat pertempuran sebelumnya. Ia mencoba menggerakkan tangan, namun bunyi gemeretak besi segera menyadarkannya bahwa ia tengah dirantai. Ketika matanya terbuka sepenuhnya, ia langsung disambut oleh pemandangan dinding batu kasar yang lembap, udara dingin yang menusuk, dan cahaya obor yang berkedip redup. Ruang bawah tanah.Kenta menghela napas, berusaha menenangkan pikirannya yang masih berat. "Jadi begini rasanya kalah..." gumamnya, setengah mengejek dirinya sendiri."Aku penasaran berapa lama