Share

PART 72

Penulis: Emde Mallaow
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 Pendekar Wadon Kulon melirik ke samping, ia melihat dua kaki lawannya. Artinya, jika ia melakukan sebuah gerakan, maka sama halnya dia membunuh dirinya sendiri, dan benar...ujung salah satu pedang yang ditekan di punggungnya akan menembus jantungnya. Maka ia pun langsung menjatuhkan tubuhnya sehingga membuatnya seperti orang yang tidur tengkurap.

       “Baiklah, Cah Bagus, aku menyerah...!”

       “Terima kasih, nek. Tapi nenek jangan pernah berpikir untuk melakukan kecurangan, sebab aku tak akan memaafkan nenek!” ancam Pendekar Naga Merah dengan suaranya yang datar.

       “Baiklah, Cah Bagus, aku tahu. Aku tak mungkin melakukan itu.”

       “Baik, terima kasih...!”

       Tepukan tangan dan seruan-seruan penonton pun langsung pecah membahana. Na

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 73

    Malam hari, Raden Anom mengobrol berdua dengan Laksmi di halaman belakang rumah. Walau dinaungi oleh beberapa pohon sawo, namun sinar rembulan tetap mampu menerangi tempat itu. Keduanya membahas masalah lanjutan pertandingan esok hari. “Apa ada yang Dik Laksmi pikirkan tentang pertandingan esok hari?” tanya Raden Anom. “Tidak pada pertarungannya, Mas, tapi hanya pada siapa calon tarung pertama saya besok.” “Hm. Tapi siapa pun yang lawan pertama atau selanjutnya Dik Laksmi besok, tidak perlu dirisaukan, karena Mas akan melindungi Dik Laskmi tanpa siapa pun yang tahu. Bahkan bila perlu, Dik Laksmi minta kepada juru acara agar Dik Laksmi agar bisa melawan dua orang sekaligus. Jika demikian, maka kemungkinan Dik Lasmi akan bertarung dengan Pendekar Naga Merah di pertarungan terakhir.”

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 74

    Lagi-lagi Pendekar Banci kelana tertipu. Rupanya gerakan liciknya itu sudah diketahui oleh sang lawan. Saat ujung selendang mengandung maut itu satu depa lagi akan memotong urat lehernya, dengan cepat Pendekar Cambuk Iblis melentingkan tubuhkan ke belakang, yang kemudian dengan menggunakan siku kiri untuk menyangga tubuhnya, tangan kanannya dengan cepat dan kuat mengayunkan cemeti saktinya ke depan, dan... Crash..! Crash...! Dua kali ujung cambuk yang ada semacam pisau pendek namun sangat tajam itu mengenai perut lawannnya, Pendekar Banci Kelana dan mengoyaknya. “Ah...!” Semua penonton spontan menutup wajahnya atau memalingkannya ke arah samping karena tak sanggup melihat pemandangan yang mengerikan di hadapan mereka. Serta-merta Pendekar banci Kelana

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 75

    Yang paling bernafsu untuk menyerang adalah Pendekar Kapak Kembar. Begitu Ki Surojoyo turun dari panggung pertarungan, laki-laki yang bertubuh kekar dan berwajah garang itu langsung menyerang ke depan dengan memutar kedua kapak kembarnya dengan sasaran yang berbeda pada tubuh lawannya, Pendekar Naga Merah. Pemuda yang bergelar Pendekar Naga Merah tentunya bukanlah pendekar berkepandaian rendah. Begitu mendapat serangan itu, ia justru menyambut serangan yang sangat berbahaya itu dengan menggunakan tangan kosong sembari menyambutnya dengan tendangan memutar yang sangat keras dan mengarah langsung pada bagian bawah dada lawannya. Saat Pendekar Kapak Kembar bergerak memutar untuk menghindari tendakan keras lawannya, justru saat itu sang lawannya mengirimkan tendangan kerasnya dengan menggunakan kakinya yang lain. Bughk...!! Bughk.

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 76

    Suara penonton langsung gegap gempita untuk memberikan semangat kepada kedua bertarung. Tetapi nama Laksmi atau Pendekar Cantik terus-terusan dielu-elukan. Pendekar Cambuk Iblis terus saja menyabetkan cambuk bajanya ke arah tubuh Laksmi, tetapi sejauh ini tak satu pun yang mampu menembus pelindung tak kasat mata yang menyelimuti tubuh gadis cantik itu. Bahkan pukulan dan tendangannya hanya mengenai angin kosong karena dengan mudahnya lawannya itu menghidarinya dengan hanya menggerakkan tubuhnya sedikit. Ia benar-benar seperti sedang melawan sesosok bayangan semata. “Ayo pria tua, teruskan seranganmu. Apakah keperkasaanmu yang kau bangga-banggakan itu hanya segitu saja?” ejek Laksmi sembari terus menggerakkan tubuhnya mengelakkan setiap serangan cambuk, tangan, dan kaki lawannnya. Mendengar ejekan itu

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 77

    Raden Anom bertindak cepat. Dengan gerakan cepat, ia membopong tubuh laki-laki itu dan dibawahnya ke dalam rumahnya dan meletakkannya ke atas lantai permadani. Saat itu Nimas Isyana muncul bersama Laksmi dan juga...Pendekar Naga Merah. Raden Anom sesaat terheran, namun segera dibuangnya dalam pikirannya. “Tolong ambilkan air minum...!” pinta Raden Anom tanpa ditujukan kepada siapa pun dalam ruangan itu. Nimas Isyana langsung bergerak ke ruang dalam, dan sesaat kemudian telah keluar kembali sambil membawa satu mok besar air minum. Mok perak itu diambil alih oleh Raden Anom dan diletakkan di depannya. Ia segera memusatkan pikirannya. Satu tapak tangannya diletakkan di atas mulut mok. Mulutnya terlihat komat-kamit. “Tolong diminum dulu air ini, sebanyak yang Ki Lurah mampu,” ucap La

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 78

    Pada keesokan harinya, Raden Anom, Laksmi, Ki Prana, Nyi Ngatmi, juga Jiao Long diundang oleh Ki Lurah Srandak untuk datang ke rumahnya. Tak ada di antara mereka yang tahu mengapa Ki Lurah mengundang mereka. Ki Jalak Ireng pun yang diutus ke rumahnya Ki Prana tak tahu dalam rangka apa orang nomor satu di Desa Blimbingan itu mengundang mereka. Namun demikian, Raden Anom, Laksmi dan kedua orang tuanya, serta Jiao Long tentu tak menolak undangan itu. Mereka datang ke rumah orang yang lebih dikenal dengan Juragan Srandak itu pada malam harinya. Mereka dijamu oleh sang juragan alias Ki Lurah dengan perjamuan yang istimewa. Setelah perjamuan, Ki Lurah mengajak mereka untuk duduk di ruangan dalam rumah itu. Sebuah ruangan khusus keluarga yang luas dan mewah. Mereka duduk melingkar di atas sebuah permadani berwarna merah.

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 79

    “Baiklah,” ucap Ki Lurah Srandak, “untuk urusan pertama kita tinggalkan dulu, dan aku ingin menyampaikan hal berikut yang tak kalah pentingnya.” Semua terdiam dan menunggu kelanjutan ucapan Ki Lurah. “Sebelumnya, aku ingin bertanya dulu kepada Nok Laksmi, apa benar punya rencana untuk mencalonkan diri sebagai lurah?” Mendengar pertanyaan yang di luar dugaan itu, membuat Laksmi, Raden Anon, Ki Prana, dan Nyi Ngatmi kaget dan mengangkat wajah mereka. Mereka tak mengira jika Ki Lurah sudah mengetahui rencana itu.Apakah Ki Jalak Ireng yang memberitahunya? “Tak usah merasa tak enak hati atau kaget. Aku sudah mendengar selentingan dari kalangan rakyat soal itu. Jadi aku hanya ingin memastikan kebenaran kabar itu,” lanjut

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 80

    Setelah pertemuan itu, keesokan harinya Ki Lurah Srandak mengumumkan kepada segenap rakyatnya bahwa ia tak akan lagi maju untuk pemilihan kepada desa ke depan tetapi akan digantikan oleh Laksmi Saraswati. Tentu saja pengumuman itu mendapat sambutan gembira segenap warga Blimbingan. Terlebih Ki Lurah Srandak agar mendukung Laksmi secara penuh dan bulat. “Desa Blimbingan ke depan hanya akan mengalami kemajuan dan kejayaan jika pemimpinnya adalah putra atau putri asli dari Blimbingan sendiri. Karena itu, kalian harus mendukung Denok Laksmi Saraswati sebagai pemimpin kalian berikutnya. Dia seorang wanita yang tangguh dan cerdas dan bisa menjadi pemimpin hebat kalian di masa mendatang. Sementara saya sendiri akan segera beristirahat, dan kemungkinan besar akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati masa tua aku bersama istri saya,” pidato Ki Lurah Srandak di hadapan warganya.

Bab terbaru

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 88

    Di pelaminan yang cukup megah, pengantin laki-lakinya senantiasa menebarkan senyum bahagia. Sementara pengantin wanitanya, Nilamsari, nyaris tak ada senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. Justru ia lebih banyak menunduk dengan wajah sedih. Ia tak henti-hentinya mengusap air matanya yang menetes dengan ujung kain yang menutup kepalanya. Namun suasana bahagia bagi Ki Wisesa Nararya itu tiba-tiba berubah gaduh. Para undangan yang hadir dalam malam bahagia itu tiba-tiba panik dan berlarian setelah sebuah ledakan bak gemuruh petir langsung menghancurkan tempat berlangsuntgnya acara. Puluhan anak buah Ki Wisesa Nararya yang sedang mengamankan berlangsungnya acara malam itu langsung bersiaga untuk menjaga kedua mempelai dari kemungkinan buruk. Sebab mereka tahu, bahwa ledakan yang menghancurkan itu bukanlah gemuruh dan sambaran petir yang sesungguhnya, tetapi adalah serangan dadakan dari seseorang. Dan benar saja. Seorang yang mengenakan cadar hitam adalah pelakunya. Puluh

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 87

    “Ya, ya, duduklah,” ucap Raden Anom. “Apakah kamu benar-benar mencintai kekasihmu itu?” “Tentu, Kakang Pendekar. Andaikata saya ada pada saat Nilamsari dibawa paksa oleh para anak buahnya Ki Lurah Darka itu, tentu saya akan melawan para keparat itu, walau nyawa taruhannya!” papar Yodha dengan wajah marah dan geram. “Hum,” Raden Anom tertawa tertahan mendengar ucapan pemuda di sampingnya. “Jika nyawamu telah melayang, lantas siapa lagi yang akan menjadi calon suaminya Nilamsari? Kamu kan sudah mati konyol?!” Yodha menunjukkan wajah kagetnya. Satu tegukan air liurnya ditelannya dengan susah payah, karena saluran tenggorakannya tiba-tiba menjadi sempit. “Ya, kalau nyawa saya me-la-yang, tentu yang akan menjadi suaminya Nilamsari adalah ... Ki Lurah keparat itu, Kakang Pendekar.” Sontak Pendekar Cambuk Halilintar tertawa terbahak-bahak. “Jadi manusia itu harus cerdas, Yodha. Jika kamu hendak melakukan sebuah tindakan, maka pertimbangkan dulu untung dan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 86

    Pada saat yang bersamaan Nilamsari sedang menangis tiada henti-hentinya di kamar sekapan di rumahnya Ki Lurah Darka. Selama beberapa hari disekap di kamar itu, ia dilayani oleh ketiga istri Ki Lurah Darka secara bergantian. Baik untuk melap tubuhnya dengan air hangat, luluran, pakaian, dan keperluan makannya. Ki Lurah Darka melakukan semua itu agar gadis itu tidak merasa diculik atau sejenis itu, justru merasa disenangkan. Namun itu tak membuat Nilamsari terkecoh. Ia tetap menangis saban waktu hingga membuat tubuh dan wajahnya menjadi sedikit kurus dan tirus. Ia hanya mau makan hanya karena mengingat orang tuanya, juga kekasihnya Yodha. Jika ia tak makan, maka nasibnya akan makin tragis. Ia bisa mati dan hati orang-orang yang dicintanya akan sangat bersedih. Ki Lurah Darka berencana untuk menjadikannya sebagai istrinya yang keempat, makanya ia tidak akan menyentuh tubuh gadis itu sebelum ia mensahkannya menjadi istrinya. Hanya sekali-sekali ia datang ke kamar hanya sekedar u

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 85

    Raden Anom tak menangapi pertanyaan itu, ia hanya tersenyum sungging namun sinis sembari melangkah ke arah Ki Jumari. Dan sembari melirik kepada keenam penjahat ia berkata pada Jamuri, “Ini kepeng emasnya, Ki. Bahkan saya menambahnya lagi hingga menjadi tiga puluh keping.” Setelah berkata demikian, Raden Anom mengajak Yodha untuk pergi dari situ. Namun pemuda itu menahan tubuh sang pendekar dengan menarik pergelangan tangannya. Saat itu ia melihat keenam penjahat itu ramai-ramai merampas keping-keping emas di genggaman tangan Ki Jumari. Namun tiba-tiba keenam penjahat itu berteriak sembari berusaha membuang keping-keping emas dalam genggamannya masing-masing. Tetapi keping-keping itu tetap lengket di tapak tangan mereka. Bahkan terlihat tangan-tangan mereka mengeluarkan kepulan dan bau daging terbakar. Jeritan keenamnya pun makin memilukan. Raden Anom menggeleng-geleng. “Itulah ganjaran buat manusia jahat dan serakah seperti mereka,” gumamnya pelan. Dan tanpa

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 84

    “Apakah Yodha tidak punya keinginan untuk menjadi bagian dari pasukan kerajaan?” tanya raden Anom tampa menoleh kepada lawan bicaranya, karena pandangannya ditebarkan pada kondisi perkampungan yang terlihat semrawut di sana sini. “Keinginan itu ada, Kang Anom, tapi kasihan Biung dan Bopo jika saya meninggalkan mereka. Bopo sudah tak terlalu kuat lagi jika harus terus mengurus sawah dan kebun,” sahut Yodha. “Tapi Yodha pernah menimba ilmu di suatu perguruan, mungkin?” “Pernah, Kang. Dari usia sepuluh hingga dua puluh tiga tahun saya pernah menjadi murid sebuah padepan di Watek.” “Ilmu apa saja yang Yodha dapatkan dalam padepokan?” “Lumayan banyak. Ya seperti mislanya ilmu budi pekerti, ilmu seni bela negara, ilmu kependekaran, dan lain-lain. Tapi ya, masih bersifat dasar, Kang. Saya terpaksa tak melanjutkan ke perguruan yang lebih tinggi lagi di kota raja karena usaha Bopo ditutup.” “Tapi ilmu dasar yang telah kamu pelajari tetap bisa jadi modal da

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 83

    Raden Anom yang kebetulan hendak menuju desa tersebut, sempat menyaksikan iring-iringan puluhan laki-laki berkuda dan beberapa gerobak lembu dari atas sebuah bukit kecil yang berada di belakang desa. Lamat-lamat telinganya bisa menangkap suara jeritan minta tolong yang diselingi dengan kata-kata makian yang tiada hentinya dari gadis yang diangkut dengan salah satu gerobak. “Hm, tampaknya sedang terjadi sesuatu yang tak beres di sana,” gumamnya seolah-olah kepada dirinya sendiri. “Siapakah orang-orang itu? Apakah mereka gerombolan begal? Jika pembegalan terjadi di siang hari bolong seperti ini, betapa buruknya keadaan kerajaan ini. Tapi apakah benar mereka kelompok begal? Sebaiknya aku masuk ke desa itu untuk mencari tahu.” “Hupp ...!!” Hanya dalam waktu sekejap, murid Ki Jagadita telah berada dalam desa itu. Ia masih menyaksikan para warga desa berkerumun di jalan desa sambil membicarakan peristiwa yang baru saja terjadi. Di wajah mereka menggambarkan raut-raut kep

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 82

    Setelah kembali ke Padepokan di Kawasan Tapal Kuda, Raden Anom memang memutuskan untuk tidak akan ke mana-mana dulu. Ia lebih banyak mengurus keluarganya dengan bercocok tanam, selebihnya menggembleng Galih dengan ilmu kependekaran serta ilmu-ilmu kehidupan lainnya. Setelah setahun tinggal di kawasan itu, istrinya pun, Nimas Isyana, memberinya seorang bayi laki-laki yang sangat tampan. Raden Anom memberi Sang buah hatinya dengan nama Cakra Bayu. Dengan kehadiran Cakra Bayu di tengah-tengah padepokan, semakin lengkap dan ramailah suasana di tempat itu. Dan semakin betah pula Raden Anom untuk tak ingin ke mana-mana lagi. Tapi tampaknya Sang Hyang Dewata belum menghendaki Sang Pendekar Cambuk Halilintar untuk terus berada di tempat yang terpencil itu. Ketika suatu malam ia bersemedi di Gua Ngampar, ia mendapat wangsit dari eyang gurunya, Ki Baureksa Galap Ngampar. Sang Eyang Guru tak menghendaki ia untuk terus berdiam diri di tempat terpencil itu. Saat itu Cakra Bayu tep

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 81

    Seperti janji yang pernah diikrarkannya, Laksmi yang dibantu oleh Pendekar Naga Merah, sejak hari pertama mulai menjalankan roda pemerintahannya sebagai seorang lurah atau kepala desa, ia langsung melakukan berbagai gerbakan-gebrakan awal untuk menciptakan masyarakat desa dan perikehidupannya jauh lebih baik dari keadaan dan perikehidupan mereka sebelumnya. Oleh mantan lurah terdahulu, Juragan Srandak, ia diberi bekal kekayaan yang sangat besar, baik berupa hewan ternak, tanah garapan, serta berupakan emas, perak, dan permata. Semua harta itu akan Ni Lurah Laksmi gunakan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kemakmuran desanya. Ada pun rumah joglo besarnya pun, Juragan Srandak juga menyerahkannya kepada Laksmi. Rumah jogjo dengan bangunan pendukung lainbnya itu dijadikan sebagai tempat tinggal bagi Ni Lurah sekaligus sebagai balai desanya. Dari hartanya yang demikian banyak itu, Juragan Srandak hanya menyisakan untuknya sebagian kecil saja, yaitu hanya berupa beberapa kan

  • PENDEKAR CAMBUK HALILINTAR   PART 80

    Setelah pertemuan itu, keesokan harinya Ki Lurah Srandak mengumumkan kepada segenap rakyatnya bahwa ia tak akan lagi maju untuk pemilihan kepada desa ke depan tetapi akan digantikan oleh Laksmi Saraswati. Tentu saja pengumuman itu mendapat sambutan gembira segenap warga Blimbingan. Terlebih Ki Lurah Srandak agar mendukung Laksmi secara penuh dan bulat. “Desa Blimbingan ke depan hanya akan mengalami kemajuan dan kejayaan jika pemimpinnya adalah putra atau putri asli dari Blimbingan sendiri. Karena itu, kalian harus mendukung Denok Laksmi Saraswati sebagai pemimpin kalian berikutnya. Dia seorang wanita yang tangguh dan cerdas dan bisa menjadi pemimpin hebat kalian di masa mendatang. Sementara saya sendiri akan segera beristirahat, dan kemungkinan besar akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati masa tua aku bersama istri saya,” pidato Ki Lurah Srandak di hadapan warganya.

DMCA.com Protection Status