Beranda / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / 073 - Suami dan Istri Sama Saja

Share

073 - Suami dan Istri Sama Saja

Penulis: Rytíř
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Karena ada kemungkinan mereka akan kembali mengirim barang lagi, Yusuf pun kembali menyarankan Dani untuk beristirahat saja di rumahnya malam itu. Pikirnya, kalau jadi besok malam mereka kembali, dengan begitu Bobby bisa bergantian dengan Dani.

Hingga dalam satu minggu itu, mereka melakukan pengiriman sebanyak lima kali. Sementara permintaan baru terus saja datang, membuat Yusuf semakin sibuk mencari persediaan barang.

Di minggu berikutnya, dia sudah mulai semakin jauh mencari barang ke tempat lain. Bukan karena beberapa kawasan yang dia datangi sejauh ini sudah kehabisan stok. Dia hanya mencoba menjalin komunikasi dengan para petani, untuk membuka peluang akan kemungkinan berbisnis nantinya.

Perasaan Rayna yang ditinggal di rumah juga mulai campur aduk, antara senang dan khawatir. Pasalnya, Yusuf sekarang sudah mulai menjadi tipe orang yang terlalu gila dengan kerjaan.

“Apa baik jika kamu seperti ini terus?” tanya Rayna.

“Kenapa?” tanya Yusuf.

“Belakangan, sejak kamu membeli mobil ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   074 - Perasaan Seorang Ibu

    Sementara di dalam rumah, Rayna masih nampak cemberut dengan sikap Yusuf tadi yang begitu bersikeras tak menerima keberatannya tadi. Meski begitu, dia cukup bersyukur juga dengan kondisi usaha yang baru dijalankan oleh suaminya.Tentu dia sadar juga, terlalu cepat untuk berpuas diri. Karena mereka masih baru-baru mencoba dalam menggeluti bisnis itu. Kadang sering juga usaha yang terlihat begitu bagus di awal justru tak tak mampu bertahan lama.Sesaat Rayna mencoba mengalihkan perhatian ke Aisyah, berpikir untuk mengajaknya main ke luar.“Aisyah!” panggilnya.“Ya, Kak?” sahut Aisyah sedikit terhenti dan mengabaikan tugasnya.Mendapati Aisyah yang masih begitu khusyuk dengan tugas rumahnya itu, membuat Rayna tak jadi mengajaknya keluar.“Tak jadi. Lanjutkan saja dulu tugasnya,” seru Rayna.“Akak mau ajak main ke luar, ya?” balas Aisyah dengan memancing senyum.Rayna membalasnya dengan sedikit senyum, kemudian bangkit hendak menuju kamarnya.Dari pintu kamar dilihatnya Taufiq masih begit

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   075 - Kunjungan Tak Terduga

    Entah apa yang membebaninya. Rosdiana tak kunjung membuka suara. Hingga kemudian Rayna lebih dulu menyapanya, seakan dia tahu bahwa saat ini ibunyalah yang menelepon.[Ibu apa kabar?]Tiba-tiba mata Rosdiana berkaca-kaca ketika dia kembali mendengar suara anaknya itu. Namun dia masih tak kuasa untuk menjawab.Sejurus kemudian, perhatiannya terlalihkan oleh kemunculan Harmoko yang baru masuk bersama satu orang anak buahnya dari arah dapur. Dengan seketika Rosdiana menutup telepon itu dan mengalihkan wajahnya.Namun saat itu, kenyataannya Harmoko sempat menangkap ekspresi wajah istrinya tersebut. Cukup sadar juga dia kalau istrinya itu sejatinya rindu juga dengan Rayna.Harmoko tahu, istrinya itu tak pernah marah atau pun membenci Rayna. Karena selama ini, kebencian Rosdiana hanya tertuju pada Yusuf, bukan pada Rayna. Tapi dia tak juga berkata apa-apa pada Rosdiana, memilih melanjutkan kesibukannya di luar.Sesaat sampai di teras rumah sebelum menuju kandang truknya, giliran Harmoko yan

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   076 - Aku Masih Ibumu

    Harmoko nampak begitu sumringah, bergegas menghampiri cucunya yang saat ini tengah dalam gendongan Rayna. Begitu pun Rayna, nampak begitu haru dalam mempersilakan mereka untuk masuk ke dalam.Cindy sendiri malah lebih memilih duduk saja di teras. Sepertinya dia ingin menikmati kesegaran udara itu lebih lama.“Aku mau di sini saja dulu. Sumpek sedari tadi berada di dalam mobil,” ucapnya.Harmoko masuk ke dalam rumah dan langsung dijamu oleh Aisyah untuk dipersilakan duduk. Memang hanya duduk di karpet tebal di lantai saja, karena tak ada juga sofa mewah di rumah itu.Saat Rosdiana menghampiri Rayna di teras, Rayna menyapa dan menyalami ibunya itu dengan begitu baik selayaknya seorang anak. Rosdiana menerima salam itu dengan datar, hanya dengan sedikit anggukan tanpa mengatakan apa-apa.Namun melihat Taufiq yang begitu lucunya mengulurkan kedua tangan ke arah neneknya itu, mau tak mau Rosdiana luluh juga dan memasang wajah sumringahnya. Dia pun meniman-nimang Taufiq dengan penuh keceria

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   077 - Agitasi

    Meski ada yang membuat Rayna merasa senang, namun tetap saja Rosdiana selalu bisa membuat putri sulungnya itu semakin kesal. Rosdiana masih juga tak selesai dengan omelannya perihal Yusuf. Memang seluruh omelannya itu mengungkit soal dia yang dulu diledek di pasar. Ujung-ujungnya tetap saja ditutup dengan rasa kesalnya pada Yusuf. Hal itu membuat Harmoko semakin merasa tak enak. Karena tentu omelan istrinya itu akan terdengar ke dapur di mana Mak Sannah dan Aisyah sekarang berada. “Sudah, sudah, Ros! Keempat orang itu juga sudah meminta maaf secara langsung. Yang salah pun bukan mereka, tapi anak buah mereka dan satu anaknya si Agus. Kamu sedari dulu selalu begitu. Berlebihan sekali menyimpan dendam sama orang,” tutur Harmoko. “Berlebihan apa maksudmu? Meski keempat orang itu berhenti jualan sekali pun, tak akan cukup membersihkan nama baikku atas penghinaan mereka. Aku yakin, sejak kejadian itu, orang-orang di pasar pasti menjadikan aku bahan ghibahan mereka,” sanggah Rodiana. “N

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   078 - Sisi Lain Yusuf

    Dani pun datang dan berusaha menahan Yusuf. Namun Yusuf masih tetap tak menghilangkan intimidasinya meski sudah menjauhkan dan menyembunyikan kerambit itu. Yusuf menyeret paksa kerah baju Mahzar, dan baru di situ perhatian lebih banyak pedagang di pinggir jalan tertuju ke arah mereka. “Dani, kau duduk saja di kiri, biar aku yang bawa mobil,” ucap Yusuf. Setelah berada di bagian belakang bak mobil, Yusuf memaksa Mahzar naik untuk memungut kembali rokok yang dibuangnya tadi. Mahzar terpaksa naik ke atas bak, dan Yusuf pun meninggalkannya untuk menuju ke depan. Meski sudah naik ke atas bak itu, Mahzar masih diam saja menatap begitu tak senang pada Yusuf. Hinga kemudian, Yusuf yang sudah berada di belakang kemudi mobil, menghentak mobilnya itu dengan menginjak gas dengan langsung menginjak rem seketika. Mahzar pun tersungkur di bak belakang karena kehilangan keseimbangan. “Cepatlah! Bawa puntung rokok dan pantat jelekmu itu turun dari mobilku!” teriak Yusuf. Mahzar tak juga menginda

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   079 - Rezeki Durian Runtuh

    Memang, terkadang kemampuan orang dalam mengendalikan diri tak selalu sama di setiap waktu. Mereka yang mampu menahan diri dalam waktu yang lama pun, suatu ketika bisa saja lepas kendali hanya karena hal sepele. Bagaikan memecah kaca yang sudah retak hanya dengan sedikit sentuhan. Kaca itu bisa saja sudah retak karena sudah terlalu lama menahan benturan. Kemudian, satu jentikan tiba-tiba membuatnya pecah seketika. Itu bukan berarti karena kacanya saja yang rapuh. Begitu juga halnya dengan manusia. Kesabaran pun ada batasnya. Tiap orang tak selalu berada dalam kondisi terbaiknya untuk mengendalikan diri di setiap keadaan. Hingga tak jarang juga, seseorang tiba-tiba tersulut amarah hanya karena hal sepele, tanpa kita tahu apa yang sudah dia tahan selama ini. Hingga Yusuf sampai di rumah Bobby pun, wajahnya masih muram dan serius karena masih larut dalam instrospeksi dirinya, memikirkan apa yang salah dengan dirinya. “Kusut sekali tampangmu kulihat. Jadi benar, tadi kamu bermasalah de

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   080 - Lelah Lahir dan Bathin

    Kenyataannya, Yusuf sendiri juga bukan pertama kali menemukan yang seperti sekarang. Seingatnya, pernah satu kali ayahnya yang petani juga mendapatkan yang seperti ini.Di masa lalu, ayahnya juga tak menjual ke penawar harga yang lebih tinggi. Tapi memilih menghargai kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya dengan pembeli pihak pertama, dan membiarkan pembeli itu nanti yang menjual ke penawar yang datang belakangan.Saat Yusuf menghampiri tauke dari Palembang itu, ternyata orang itu juga sudah tahu akan seperti itu. Mereka berurusan langsung dengan Yusuf, dan menyerahkan uang itu, seolah kentang-kentang yang dibeli adalah kentang Yusuf.Kentang dengan total 552 Kg itu, dibeli dengan harga total Rp. 1.435.000. Baru kemudian Yusuf memberikan uang sebanyak Rp. 1.110.000 pada Mak Siti, sesuai dengan harga yang sudah mereka sepakati sebelumnya.Hanya dengan hadir di sana saja beberapa menit, Yusuf sudah mendapatkan uang 325 ribu dari deal tersebut.“Dengan begini, kamu sudah langsung menju

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   081 - Kekecewaan Rosdiana

    Setelah magrib, baru Yusuf melayani dua pria dari Palembang itu. Saat ini, di teras rumah itu ada beberapa karung bawang, kentang, juga lobak. Serta sekitar delapan peti tomat yang kebetulan masih segar.Semuanya itu baru berumur dua hari sejak dipanen dari ladang sebelum dikumpulkan Yusuf di rumahnya. Semua barang itu sejatinya melebihi jumlah muatan yang biasa dia bawa ke Padang untuk sekali pengiriman.Sebelum isya, mereka pun selesai memuat semua barang itu dengan dibantu oleh satu orang pemuda tetangga terdekat. Namun untuk truk sebesar milik pedagang dari Palembang itu, dengan jumlah itu pun belum akan memenuhi muatan truknya.“Sebenarnya, itu ladang kentangku pun sudah bisa dipanen. Mungkin bisa sekitar 6-7 karung. Tapi ya, malam-malam begini, itu juga kalau...”“Ah, tak usah. Segini pun sudah lumayan banyak ini. Cukup lah untuk menutup biaya. Dari pada kami kembali dengan keadaan kosong saja,” ucap pedagang itu memotong tawaran Yusuf tadi.“Andai sedari siang tadi kita bertemu

Bab terbaru

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   103 - Pembalasan Mantu Kampungan

    Selang beberapa minggu, kepolisian masih saja belum menemukan keberadaan satu preman yang jadi buronan tersebut. Tentu mereka sadar juga, satu preman itu pasti sudah melarikan diri keluar dari provinsi. Atau mungkin keluar dari pulau Sumatera. Begitu juga dengan laporan orang hilang atas David dan Rani, sampai sekarang belum juga mendapatkan kabar. Kehilangan mereka berdua, sedikit banyak telah memancing dugaan dari tim penyelidik. Pasalnya, mereka masih satu keluarga. Pihak kepolisian menduga hilangnya dua orang tersebut mungkin karena mereka juga telah menjadi target dari orang yang sama yang ingin mencelakai Yusuf. Namun Harmoko meyakinkan polisi bahwa itu tak mungkin ada hubungannya dengan insiden yang menimpa Yusuf. “Kami masih sedang mengusahakannya dalam dua minggu ini. Apa Bapak yakin ini tak ada hubungannya dengan hal yang menimpa menantu Bapak yang seorang lagi?” tanya polisi pada Harmoko. Harmoko pun mendekatkan duduknya pada petugas polisi itu, seperti ingin berkata se

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   102 - Buronan

    Sore harinya, dua orang petugas dari kepolisian mendatangi rumah sakit di mana Yusuf di rawat. Salah satu dari mereka langsung meminta untuk melepaskan borgol Bobby.“Kenapa di borgol?” tanyanya.“Lah tadi katanya suruh tahan dulu di sini.”Petugas itu hanya memasang wajah memelas dan kemudian masuk ke dalam ruang perawatan untuk mendatangi Yusuf. Kebetulan pada saat itu Yusuf sudah kembali bangun dan sedang makan disuapi ibunya.Polisi yang baru datang itu juga meminta petugas yang menjaga untuk melepaskan borgol di tangan Yusuf. Setelah itu, dia kemudian memberikan sedikit keterangan mengenai kasus yang sedang mereka selidiki.“Kami menemukan luka-luka di bagian kaki. Otot-otot di belakang tumit mereka putus. Begitu juga di bagian lutut dan pangkal lengan. Apa saudara yang melakukannya?”Mak Sannah terdiam mendengar pertanyaan polisi terhadap anaknya itu, dan langsung meletakkan piring makanan di atas meja. Yusuf menepuk lembut lengan ibunya, dan tersenyum seakan mengatakan tak perl

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   101 - Maafkan Aku

    Di gerbang, Rani sempat berpas-pasan dengan Cindy yang kembali dengan motor maticnya. Cindy langsung berhenti di gerbang itu, dan bertanya pada Rani.“Ran, mau ke rumah sakit?” tanyanya.Namun Rani tak menyahut dan terus berlalu.Cindy mengerutkan wajahnya sedikit. Dia tak yakin kalau raut wajah Rani yang tengah diliputi kepiluan itu karena rasa simpati soal apa yang terjadi dengan Yusuf.Sesaat dia berpikir, apa mungkin Rani seperti itu karena mendapatkan kabar buruk. Namun dia tak juga bisa menerima kemungkinan itu, karena baru saja dia sudah mendapatkan berita dari Rayna soal kondisi Yusuf.Dia pun berlalu, dan kembali mengarak motor maticnya itu memasuki perkarangan rumah. Hingga kemudian perhatiannya tertuju pada pintu rumah Rani yang dibiarkan terbuka. Dari situ, baru Cindy menyadari ibunya yang sudah tergeletak di teras rumah.“Buu!”Dia langsung menelantarkan motor, dan bergegas ke teras rumah tersebut. Dia sempat mendapati sebelah lengan ibunya bergerak seperti orang ayan. Ha

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   100 - Kesalahpahaman

    Kebetulan, daun pintu itu sedikit terbuka. Dan Rosdiana langsung saja mendorong pintu itu lebar-lebar, kemudian berlagak pinggang di sana. Anehnya, David dan Rani sama sekali tak menunjukkan wajah bersalahnya. Gelak tawa mereka hanya terurai sedikit saja, dan menoleh ke arah Rosdiana dengan sedikit kesan pangling. Toh, pikir mereka selama ini Rosdiana sangat membenci Yusuf sebenci-bencinya sampai tak memiliki empati lagi. Setidaknya itu dipikiran mereka. Namun tidak, Rosdiana langsung membentak David begitu keras. “Dasar setan! Keluar kau dari rumah ini!” Rani terkejut, dan wajahnya pun langsung pucat. Dia bergegas menghampiri ibunya dengan kegamangan tergambar di wajahnya. “Bu, kenapa Ibu tiba-tiba...” “Diam kau!” bentak Rosdiana. Rani pun terkenjut, bahkan tergerak mundur menerima semprotan amarah dari ibunya itu. Dia sudah sering melihat ibunya itu marah-marah. Tapi baru kali ini dia yang dimarahi. Satu tangan Rosdiana pun bergemetaran menunjuk ke arah David. Emosinya begitu

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   099 - Gelak Tawa

    Harmoko yang menyadari kedatangan istrinya itu, langsung bergegas keluar. Dia berlalu sesaat melewati Rayna dengan tatapan tak senang.Tentu Rayna pun diliputi perasaan bersalah. Karena bagaimanapun, Rosdiana tetap ibu kandunganya. Dia pun kembali masuk menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk.Hingga tiba-tiba, si petugas polisi yang sedang berjaga di sana mengatakan sesuatu yang cukup penting untuk Rayna.“Aku pikir mungkin Ibu dan keluarga perlu mencari pengacara. Ini hanya saran saya secara pribadi saja untuk berjaga-jaga, siapa tahu masalah ini akan lebih rumit untuk suami Ibu nantinya.”Rayna hanya menoleh sesaat, dan memberikan satu anggukan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia masih tak senang dengan petugas tersebut karena telah memborgol suaminya.Meski begitu, sepertinya sekarang dia mulai sedikit bisa memahami kalau polisi tersebut sama sekali tak memiliki pandangan buruk terhadap Yusuf.Di koridor, Harmoko mencoba menyusul istrinya. Dia menahan bahu Rosdiana dari

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   098 - Rasa Bersalah

    Polisi pun datang, namun tak seorang di sana kecuali beberapa mayat yang tergeletak di semak-semak. Satu petugas langsung melakukan panggilan dan meminta bantuan ke Polres Kota Padang.Tak hanya itu, dia juga melakukan panggilan pada satu rekannya yang masih berada di rumah sakit menjaga Yusuf dan Bobby.“Apa laki-laki itu masih bersamamu?”[Ya!]“Tahan dulu dia untuk sementara waktu. Kami menemukan mayat di sini. Orang-orang yang katanya sempat mereka lumpuhkan ternyata sudah mati.”Tanpa melakukan penyelidikan lebih jauh, tentu masih terlalu dini bagi mereka untuk menilai kalau Bobby dan Yusuf lah pembunuhnya. Namun tetap saja, mereka berdua saat ini menjadi satu-satunya tersangka. Karena Bobby sendiri telah mengaku bahwa mereka yang melumpuhkan preman-preman tersebut.Satu petugas polisi mencoba mengamati mayat-mayat tersebut secara seksama tanpa menyentuhnya. Dia mendapati tubuh-tubuh preman itu penuh luka, baik di bagian lengan maupun kaki..Namun satu luka yang jelas fatal yang

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   097 - Periksa Saja TKP-nya

    Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   096 - Mati Ang

    Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   095 - Lancang Kau

    Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na

DMCA.com Protection Status