Share

Chapter 24

Penulis: Paradista
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-19 08:00:00

Hari sudah malam dan Aditya pun tertidur di sofa ruang tamu penthouse miliknya. Catrina juga begitu nyenyak sehingga dia tidak sadar jika tidur di rumah orang asing.

••••••••

Keesokan harinya, Aditya sudah bangun pagi-pagi sekali, dia menyiapkan sarapan dan kopi untuk dirinya sendiri, sementara Catrina tidak berani keluar dari kamar.

Tok, Tok, Tok.

"Cat, bangun sudah siang, aku harus pergi bekerja!" seru Aditya dari dalam kamar.

Catrina tidak berani menjawab, dia terlihat merasa begitu malu, apalagi semalam sudah berbuat demikian pada Aditya.


Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rusman Nur
banyak inspirasi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 25

    kring ….Kring ….Kring …Telepon penthouse berbunyi, Aditya kebingungan dan bertanya-tanya siapa yang menghubunginya, dia keluar dari kamarnya, sedangkan Catrina terlihat sedang membersihkan meja makan bekas mereka berdua sarapan.Aditya mencari asal suara telepon yang berdering begitu nyaring tersebut, Penthouse itu memang sangat luas dan baru satu malam dia tinggali, itu pun terpaksa karena Catrina mabuk, seharusnya dia pulang menemani ibunya di rumah sakit."disebelah mana teleponnya yah?" gumam Aditya."nyari apa?" teriak Catrina."telepon" jawab Aditya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-20
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 26

    Aditya dan Catrina keluar dari penthouse miliknya bersamaan, Saat sudah berada di lobi apartemen, Catrina tidak berani keluar bersamaan dengan Aditya, sedangkan Aditya langsung keluar lalu menaiki kendaraan yang sudah menunggunya dan meninggalkan Catrina disana, setelah dirasa aman, tidak ada yang mengenalnya, Catrina barulah keluar apartemen, lalu menaiki taksi menuju rumah sakit tempatnya bekerja.Aditya sampai di kantornya, terlihat Tuan Calvin dan Tuan Indra Buana sedang menunggunya di lobi perusahaan tersebut, saat Aditya datang kedua orang tersebut menyambutnya."Selamat pagi Tuan muda, jika anda tidak sibuk, maukah anda sarapan bersama kami?" tanya Tuan Indra Buana.Aditya menghentikan langkahnya, "oh selamat siang, ini sudah siang, saya sudah sarapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-21
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 27

    "jika anda tidak keberatan, sepertinya kita harus sering-sering berbincang seperti hari ini, jika anda berkenan juga, anda bisa ikut dengan kami ke club malam milik Tuan Calvin, cobalah datang kesana, agar terasa fresh" ajak Tuan Indra."iya betul, datang yah ke club milikku" sahut Calvin."terima kasih Tuan-tuan, mungkin setelah urusan pekerjaan Ayahku selesai, aku akan merayakannya di club milik anda tuan Calvin" jawab Aditya.Disaat mereka bertiga asyik berbincang, terlihat Paman Yosef mendekat dan membisikan sesuatu pada Aditya. Aditya hanya mengangguk."maaf Tuan-tuan sepertinya sangat disayangkan, pertemuan kita tidak bisa dilanjutkan karena saya harus segera pergi" ucap Aditya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-22
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 28

    "Tentu saja tidak, untuk apa saya menjebak anda? Nona Catrina memang tinggal di hotel itu" jawab Dion, "baiklah jika anda tidak mau, biar saya yang antarkan" ucapnya lagi, kemudian mulai mencoba memapah tubuh Catrina."oh tidak perlu, biar aku saja" cegah Aditya, kemudian dia meraih tubuh Catrina, lalu memapahnya menuju hotel yang berjarak dua blok saja dari bar itu, atau hanya terhalang dua gedung dari bar tersebut.Meskipun ragu, Aditya mencoba membawa tubuh Catrina yang berjalan sempoyongan, dia sangat mabuk berat, tidak lama kemudian Aditya memasuki hotel, atau lebih tepatnya motel, dia langsung masuk saja dengan kepala ditutupi oleh hoodie yang dia kenakan, baginya sangat aneh memasuki motel bersama perempuan di malam hari.Aditya mencari kamar yang di

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 29

    Catrin keluar dari ruangan pasien dengan perasaan bersalah dan terus memaki dirinya sendiri yang sudah tidak profesional. Sedangkan Aditya juga merasa bersalah saat sikap Catrina telah berubah dingin padanya, seolah mereka tidak saling mengenali satu sama lain.Seperti biasa, siang harinya Aditya berangkat ke perusahaan mikik ayahnya, saat dirinya sampai di lobi, dia melihat para pekerja kebersihan begitu sangat menghormatinya."selamat siang Tuan muda? maaf mengganggu, bagaimana keadaan Tuan pemimpin?" tanya seseorang pekerja kebersihan di lobi tersebut.Aditya heran, "kenapa pegawai rendahan seperti ini berani bertanya tentang ayahku? apa ayahku seakrab itu dengan mereka? oh tidak mungkin, mana mungkin orang arogan yang bahkan putranya sendiri saja dia us

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-24
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 30

    "Tuan besar juga bantu istri saya operasi sesar, tuan muda, saat itu gaji saya tidak cukup untuk membayar operasi tersebut, dia tiba-tiba datang ke toilet tempat saya bekerja dan memberi saya amplop untuk biaya operasi istri, sungguh kami para pekerja jelata sangat mengagumi beliau, untuk itu saat tahu beliau terkena musibah, kami sungguh prihatin, ikut bersedih, kami hanya bisa mendoakan beliau" ucap bapak petugas kebersihan itu lagi, terlihat ada linangan air mata yang jatuh di pipinya.Aditya ikut terharu, dia sekarang semakin bingung, "orang lain demi kamu hingga meneteskan air mata, sungguh aku tidak tahu sifat kamu sebenarnya tua bangka, aku tidak mengenalmu, kamu begitu baik dimata orang lain tapi di mataku kini kamu samar, aku juga jadi bingung, aku takut salah, karena sudah begitu membenciku, siapa kamu sebenarnya Tua bangka?" tanya Aditya dalam hati, dia terus mendesah, perasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-25
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 31

    "Bodohnya aku, aku pikir itu John, ya Tuhan" desah Catrina, dia terus menyalahkan dirinya sendiri, dia tak menyangka ucapannya yang tidak pantas itu didengar oleh Aditya secara langsung, padahal Aditya sudah sangat baik padanya, terbukti kopi yang ada di atas meja tepat di hadapannya, untuk siapa lagi jika bukan untuknya.Sementara itu, Aditya yang berjalan menuju kamar ayahnya dirawat sangat kecewa setelah mendengar ucapan dari mulut Catrina, tetapi Aditya sadar mungkin Catrina sangat stres saat menjaga ayahnya yang tak kunjung terbangun dari komanya itu, Aditya marah tetapi dia selalu berpikir dengan kepala dingin, ucapannya tadi hanya karena marah sesaat, faktanya dia tidak mau jika harus melaporkan Catrina pada pemimpin rumah sakit tersebut.Aditya memasuki ruangan tempat ayahnya dirawat, terlihat kedua wanita yang di

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-26
  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 32

    Benar saja, saat Aditya berjalan turun dari penthousenya menuju lobi, terlihat Catrina sedang duduk di luar pintu masuk lobi apartemen miliknya. Tentu saja para petugas tidak berani memasukkannya karena alasan keamanan di apartemen tersebut sangatlah ketat. Catrina terlihat begitu mabuk berat, dia tidak sadar sudah tertidur di luar gedung bangunan orang lain, Aditya melihatnya dengan sangat iba. "Tuan, benarkah anda mengenalnya?" tanya salah seorang petugas keamanan gedung itu. "ya, sudahlah biar saya yang mengurusnya, terima kasih pak" jawab Aditya, kemudian dia memangku Catrina menuju ke penthousenya. Setelah sampai di atas, Aditya segera menidurkannya di kamar tamu yang dari awal pernah ditempati

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-27

Bab terbaru

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 199

    "Aditya kamu gak apa-apa?" teriak Jonathan panik dan segera melindungi Aditya jika saja ada serangan lagi dari Indra."Indra apa kau ingin mati!" seru Jonathan ke arah Indra."Ayolah kita sebaiknya mati bersama-sama." Balas Indra sambil bersiap kembali menarik pelatuk.Jonathan tidak bisa membiarkan Aditya, anak buahnya maupun dia mati begitu saja, akhirnya dengan spontan tanpa sengaja menarik pelatuk dan tembakan itu mendarat tepat di dada Indra yang langsung terpental hingga jatuh ke dalam air laut di belakangnya.Semua orang terdiam, Aditya tampak terperanjat kaget saat Indra terjatuh dan tak terlihat lagi berdiri di depannya."Aditya ayo pergi." Ajak Jonathan sambil menarik lengan temannya itu, dia tak peduli keadaan Indra."Kamu yakin dia sudah mati?" tanya Aditya, lalu berdiri dan melihat laut.Wajah Aditya tersenyum puas kala melihat tubuh Indra yang tersangkut oleh jaring, pria itu tampak masih berusaha bertahan sambil menahan rasa sakit."Belum mati rupanya." Dengus Jonathan

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 198

    Aditya tampak tak peduli dengan perkataan temannya itu, dia segera pergi dan berjalan lebih dulu. Sedangkan Jonathan sepertinya kini tak bisa mencegah Aditya lagi, dia menebak jika Aditya tahu kalau dia memiliki rencana terselubung."Maafkan aku kawan, aku tahu kamu berbuat begini karena ingin membuatku tetap aman." Batin Aditya mendesah saat dia menebak-nebak rencana yang dibuat temannya itu.Aditya berjalan semakin jauh menuju sebuah pelabuhan yang disana sudah mulai dipadati beberapa orang, mereka tampak bersiap untuk menurunkan barang dari kapal besar yang baru saja berlabuh.Kedua mata Aditya berkeliling mencari seseorang di sekitar sana, dengan wajah yang tegas dan pandangan yang tajam akhirnya tatapan matanya berhenti pada seseorang yang sedang duduk sambil melihat ke arah kapal di depannya.Jonathan mengawasi tatapan Aditya dan dia juga melihat sosok itu, Aditya akan melangkah pergi tapi Jonathan segera mencegahnya."Tunggulah disini, serahkan dia padaku." Kata Jonathan.Adity

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 197

    Tidak ada manusia normal manapun yang akan baik-baik saja kalau dalam waktu dekat kehilangan dua orang yang paling dicintai dalam hidupnya. Begitulah kiranya perasaan Aditya dan Jonathan dapat memahaminya, makanya dia harus waspada serta menyerahkan penangkapan Indra pada para pengikutnya agar keselamatan Aditya lebih terjamin daripada dia sendiri yang menangkapnya.Jonathan berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan para pengikutnya untuk memberikan perintah tanpa sepengetahuan Aditya.Waktu sudah sangat larut, keadaan dermaga juga tidak terlalu ramai seperti saat siang. Mungkin karena di siang hari banyak kapal-kapal kecil yang singgah, sedangkan malam tidak ada.Suara klakson kapal feri yang baru datang terdengar nyaring dan menggema, Aditya mulai waspada."Ayo cepat kita kesana, mungkin pria itu akan menaiki kapal feri itu." Ajak Aditya sambil menunjuk."Tenanglah ada pengikut kita di depan, pergerakan mereka lebih smooth dibanding kita berdua." Jawab Jonathan disertai senyuman

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 196

    Jonathan melajukan kendaraannya dengan cepat, adrenalinnya benar-benar terpacu saat dia tahu akan menangkap penjahat itu. Penjahat yang sudah mengambil nyawa penolong keluarganya yaitu tuan Fajar, dia juga memiliki dendam bukan hanya Aditya saja."Aku juga sudah menghubungi ayahku, biarkan anak buahnya berjaga di pelabuhan agar penjahat itu tidak bisa pergi kemanapun.""Good job." Puji Aditya.Jonathan melirik sebentar, dia sangat senang ketika temannya itu bersemangat lagi.Perjalanan cukup jauh meskipun Jonathan sudah memacu kendaraannya dengan cepat, mereka berangkat dari pusat kota dan menuju ke pesisir pantai dimana Indra terlihat. Sementara Aditya tidak mau hanya diam saja dan menyia-nyiakan waktu berharganya itu, dengan cekatan dia terlihat merakit senjata api yang sudah disiapkan oleh Jonathan di kursi penumpang."Kamu memilih senjata kecil itu?" tanya Jonathan disela-sela memacu kendaraannya."Hem." Jawab Aditya pendek."Aku ingin membunuhnya perlahan dari jarak terdekat kami

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 195

    Sementara Aditya belum cukup puas memandangi wajah Catrina untuk terakhir kalinya, namun kini paramedis seakan memaksanya harus segera berpisah dengan wanita itu. Benar saja apa kata teman-temannya dan Sandra, kalau dia akan menyesalinya."Tolong, biarkan aku sebentar lagi. Tolonglah…." Pinta Aditya memohon."Maafkan kami tuan Aditya, jasadnya harus segera kami bersihkan sebelum terlambat." Kata-kata paramedis itu benar-benar menyakiti hati Aditya, "bukankah memang sudah terlambat? Dia sudah mati, apalagi yang membuat semua ini tidak terlambat?""Dia tidak akan hidup lagi, bukankah semuanya sudah terlambat?""Ya beliau memang sudah tiada, tubuhnya kaku dan kulitnya mulai membiru. Apa Anda akan puas saat tubuh ini mulai membusuk? Apa itu yang Anda inginkan?" balas paramedis tersebut.Rasanya jantung Aditya berhenti berdetak, dia menyesali segalanya tapi dia juga masih ingin melihat wajah Catrina untuk beberapa saat lagi."Sudahlah ikhlaskan dia, kasihan tubuhnya." Kata Jonathan sambil

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 194

    Sandra terus berbicara agar anak sambungnya itu sadar dari sikap omong kosongnya itu."Aditya dengarkan saya sekali ini_""Sejak kapan saya tidak pernah mendengarkanmu? Bukankah selama ini saya selalu menurut?" potong Aditya bertanya.Sandra menghela napas, dia juga tahu kalau putra sambungnya ini sedang dalam proses depresi akut. Hanya saja tingkat depresinya sangat mengkhawatirkan, yang lain bisa menangis, bersedih, menyalahkan diri sendiri atau marah-marah untuk meluapkan emosinya. Tapi Aditya hanya diam saja tanpa melakukan apapun, masalahnya jika dia tidak menghalangi orang-orang untuk mengurus mayat Catrina tidak jadi masalah mau bersikap begini, tapi Aditya menghalangi dan mengacaukan segalanya."Maksud ibu, apa harus ibumu yang langsung bicara padamu? Ibumu sekarang masih lemah dan terbaring di rumah sakit, tapi ibumu masih baik-baik saja. Sementara Catrina… dia sudah tiada, tubuhnya butuh segera diurus.""Lalu… apa kamu juga menganggap aku sehat sampai bisa datang kesini? Tid

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 193

    "Jo kamu harus hubungi seseorang." Kata Jhon setelah dia ingat sesuatu."Siapa?" tanya Jo penasaran."Orang tuanya, siapa tahu dia mau nurut." Jawab Jhon."Ah_"Jonathan akhirnya teringat seseorang yang mungkin saja bisa membujuk Aditya yang keras kepala itu. Akhirnya dia segera menghubungi orang tersebut agar segera datang, untungnya orang itu tidak sulit untukdia hubungi."Sudah, kita tunggu saja semoga nyonya besar cepat datang." Kata Jonathan pada Jhon.Jhon tampak mengelus-elus dadanya, sepertinya pria itu merasa sedikit lega. Tidak ada yang bisa dia lakukan, dia juga tidak bisa melihat Catrina secara langsung selain dari balik kaca ruangan tersebut karena Aditya duduk tepat di depan pintu ruangan itu dan menghalangi siapapun yang akan memasuki ruangan itu.Sedangkan Jonathan dengan perlahan tampak berjalan mendekati Aditya."Hey ayolah, kasian dia." Masih berusaha membujuk.Jonathan lalu berjongkok agar bisa berbicara lebih dekat dengan atasan sekaligus sahabatnya itu."Tuan Adi

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 192

    Aditya tidak menjawab, bahkan dia enggan untuk masuk dan melihat wajah Catrina yang terakhir kalinya. Dia memilih berdiam diri dan duduk di luar ruangan tempat tubuh tak bernyawa Catrina terlentang dengan tenang."Tolong beri aku ruang Jo, tinggalkan aku sendirian bersama Catrina. Siapapun yang masuk cegahlah, jangan biarkan siapapun mengganggu kami." Pinta Aditya terdengar lesu.Jonathan mengangguk lalu menjauh, dari kejauhan itu dia menghubungi para penjaga Aditya juga teman satu gengnya agar datang ke rumah sakit dan menjaga Aditya yang sedang sedih.Namun tampaknya Aditya masih belum masuk untuk menemui Catrina, para dokter dan staf rumah sakit sudah sangat khawatir dengan jasad Catrina yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja karena bagaimanapun juga Catrina sudah meninggal."Bagaimana ini? Jasad tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setidaknya berilah kami waktu untuk memandikannya, semakin kaku jasadnya akan semakin sulit kita urus." Celetuk seorang paramedis di rumah sakit tersebu

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PEWARIS    Chapter. 191

    "Kami tahu, teman saya ini hanya asal bicara saja." jawab Aditya sedikit ketus."Oh iya Jo, dia kabur dimana?" lanjutnya bertanya pada Jonathan."Di rumah sakit, tadi di lobby." Jawab Jonathan.Aditya terdiam, jarak antara ruangan dia dan Lobby memang sangat jauh karena dia berada di gedung yang berbeda dan berada di atas beberapa lantai dari Lobby utama rumah sakit tersebut."Bilangnya mau ke toilet dulu, mau membersihkan diri sebelum bertemu putrinya. Eh siapa sangka kalau itu hanya akal bulus untuk mengelabui semua petugas." "Lagipula para petugas bodoh ini benar-benar terlalu meremehkan si tua bangka itu."Jonathan menjelaskan semua yang terjadi di bawah tadi, karena kebetulan dia mengikuti mobil para petugas yang membawa Indra. Siapa tahu apa yang dia pikirkan benar-benar terjadi, Indra benar-benar kabur. Hanya saja Jonathan pikir kalau Indra akan kabur di perjalanan, tapi rupanya orang itu lebih nekad lagi.Tepat setelah Jonathan berbicara demikian, terdengar ada pengumuman cod

DMCA.com Protection Status