Kehamilan Batari semakin membesar dari hari ke hari, dihujani kasih sayang oleh suami dan mama mertuanya. Keadaan yang sangat berbeda sewaktu menjalani kehamilan anak pertama.Andalaska kembali ke rumah pribadi bersama Xinda yang telah menyelesaikan penelitian di Jakarta. Sesekali ia mengunjungi Batari dan Xaba di siang hari. Hubungan mereka membaik berkat banyak kejadian tak terduga dalam keluarga. Suatu waktu, Andalaska mengutarakan isi hatinya pada Xabier terkait Groban, tanpa diduga masalah baru terjadi."Ma, kurang tersakiti apalagi mama dengan orang itu?!" Xabier tak mampu menahan geram di hati. "Tidak usah temui dia lagi, saat sakit begini baru cari-cari kita."Di sana ada Xinda dan juga Batari, mereka menyaksikan perdebatan sengit antara ibu dan anak sulung."Mama sudah bilang, ternyata papa kamu tidak berselingkuh tetapi dijebak oleh lawan politiknya," ulang Andalaska menceritakan kejadian masa lalu."Mau dijebak atau tidak, dia bisa ambil keputusan lebih baik daripada mence
Ketukan di kaca jendela berkali-kali membangunkan Xabier yang ketiduran di mobilnya usai menelepon Batari. Paras cemas bercampur marah dilayangkan Batari pada Xabier, nyatanya pria yang dimabuk alkohol tidak merasakan kegundahan hati Batari.Kendaraan Xabier ditinggal begitu saja, Batari tadi meminta sopir keluarga untuk memberitahukan pihak pusat hiburan malam bahwa kendaraan itu akan parkir semalaman di sana.Perjalanan pulang Xabier banyak mengigau, menyebut rasa kecewa dan sakit hatinya pada Groban. Batari menjadi tidak enak hati dengan sopir yang menyaksikan sisi lain Xabier."Sudah, Pak, tidur saja," ucap Batari sembari mengelus-elus dada suaminya. Campuran cemas dan marah di hati Batari tidak membuat ia mengabaikan Xabier yang mungkin saat ini lebih bergejolak. Hanya saja, Batari akan membuat perhitungan dengan cara Xabier yang dinilainya kurang dewasa.Batari sampai meninggalkan Xaba di rumah sampai-sampai Sri ditelepon untuk menjagai Xaba. Jarak kos Sri dengan rumah Batari de
Batari masih irit berbicara, tidak seperti biasanya. Kejadian Xabier pulang mabuk dan pakaian bernoda gincu masih penyebab utama Batari mendiamkan Xabier. Pagi ini mereka berdua sarapan bersama, pengasuh Xaba telah kembali dan bisa bertugas. Xabier melirik istrinya yang enggan melihat ke seberang.Usai sarapan, Batari masuk ke kamar hanya untuk menyibukkan diri agar pikirannya tidak tersita pada kejadian itu."Bu, aku pergi ke restoran, ya," pamit Xabier yang mengikuti istrinya sampai ke kamar mereka."Ya," jawab Batari pendek.Bukannya membalik tubuh keluar kamar, Xabier mendekati Batari yang berdiri menghadap ke lemari merapikan pakaian."Kamu masih marah, Bu?" tanya Xabier, ia tidak menyangka akibat keteledorannya menyebabkan Batari memendam kekesalan.Batari diam, tidak merespon.Xabier menarik nafas panjang dan dalam. "Aku ke sana mau bertemu dengan orang suruhanku, Bu." Xabier memutuskan berkata jujur pada Batari. Melihat tidak ada perubahan posisi tubuh, Xabier memohon lagi.
"Bapak yakin ini rumahnya?" tanya Batari sambil mengamati rumah mewah dari kendaraan mereka."Sesuai dengan laporan orang suruhanku, Bu."Xabier mengajak Batari menjumpai Groban ke rumah yang tidak jauh dari kediaman mereka. Xabier turun membunyikan bel, tidak lama kemudian seorang pria menanyakan kepentingan Xabier."Katakan pada Groban, Xabier ingin bertemu dengannya."Mereka belum dibukakakan pintu gerbang, pria itu harus menanyakan pada Groban terlebih dulu apakah pria itu berkenan ditemui atau tidak.Pintu gerbang terbuka secara otomatis. "Silakan masuk, Tuan Groban bersedia ditemui."Xabier menilai cukup berlebihan cara pengawal Groban. Ia beranjak ke mobilnya lalu mengendarai memasuki halaman rumah Groban.Seorang pria dengan jalan timpang mendekati Xabier dan Batari. "Selamat datang Tuan Xabier dan Nyonya Batari, Tuan Groban telah menunggu. Mari ikut saya."Batari tersenyum ramah, berbeda dengan Xabier yang berekspresi datar dan dingin. Mereka berjalan memasuki kediaman mewah
Hati Andalaska mengembang saat Batari mengatakan bahwa Xabier dan Groban telah bertemu. Jarak kediaman mereka yang tidak begitu jauh cukup mengejutkan Andalaska, selama ini Andalaska memang tidak pernah berjumpa dengan Groban di rumah pribadinya."Terima kasih Tari sudah mau membantu. Mama hanya ingin Xabier berdamai dengan masa lalu dan papanya sendiri," ucap Andalaska. Meski demikian, Andalaska belum seratus persen memaafkan Groban."Em... boleh saya menanyakan sesuatu, Ma?" tanya Batari agak ragu khawatir Andalaska tersinggung. "Katakan.""Apakah mama ada rencana rujuk dengan papa?" Saat Andalaska menatapnya, Batari hanya bisa melempar senyum datar menunjukkan barisan giginya sambil berharap kalau ibu mertuanya tidak memarahinya."Apakah ini pertanyaan Xabier?"Batari menggeleng. "Kelihatannya papa menderita selama ini, Ma," nilai Batari sepengamatannya."Tidak mudah untuk kembali, hati mama masih belum pulih. Hanya saja, untuk kesehatan papanya Xabier mama akan siap menemani, men
Batari dijemput oleh Xabier, pria itu terpaksa meninggalkan rapat yang bertempat di restorannya. Xabier tidak tenang seketika mendengar cerita Batari tentang bingkisan misteri yang diserahkan kepada Kasman.Mereka mengikuti saran dari pemilik cafe untuk melaporkan kejadian aneh yang dialami. Xabier pun tidak mengizinkan istrinya untuk membuka bingkisan yang diserahkan oleh seorang perempuan tidak dikenal."Kita akan membuka bingkisan ini," ucap petugas kepolisian setempat. Mereka telah menerima barang bukti berupa minuman dalam gelas kemasan yang diduga berisi obat penenang."Untuk minuman akan diuji di laboratorium untuk mendapat hasil," ucap seorang petugas lainnya.Xabier mengangguk, perhatiannya fokus pada bingkisan yang sedang dibuka oleh petugas. Sebelumnya, petugas telah menggunakan alat detektor untuk mengetahui apakah isinya berupa logam atau bahan yang mudah meledak, hasilnya tidak.Hal yang mencurigakan, bingkisan itu ringan, hampir seperti tidak ada isi sama sekali bila di
Andalaska langsung menghubungi Batari, setelah mendapat kabar dari putranya mengenai kejadian di cafe.Xabier telah pergi ke restoran pagi itu, tinggallah Batari dan Xaba serta pekerja rumah tangga mereka."Saya baik-baik saja, Ma," jawab Batari. "Hanya shock mendapati Pak Kasman tertidur dengan membawa sekotak bingkisan.""Mama bilang pada Xabier untuk menyewa jasa pengamanan di rumah," kata Andalaska penuh rasa khawatir. "Tidak perlu, Ma. Mungkin pelaku hanya ingin kami menjauhi papa Groban, tapi tidak tahu maksudnya apa."Andalaska mulai berpikir siapa yang mungkin melayangkan ancaman semacam itu. Hanya saja, dia tidak punya nama lain selain mantan istrinya Groban atau perempuan yang pernah merusak rumah tangganya."Ma." Batari memanggil Andalaska yang melamun beberapa kali."Ah, ya. Tadi mama sedang berpikir siapa orang di balik bingkisan itu.""Kalau dugaan kami, lawan politik papa Groban, Ma. Tapi siapa, kita belum mengabari papa mengenai hal ini."Andalaska menganggukkan kepal
Langkah Xabier tergesa masuk ke dalam rumah. Meskipun belum waktu pulang kerja, Xabier memutuskan kembali lebih awal. Kabar paket misterius dari Batari membuat Xabier was-was, ada yang ingin main-main dengan keluarganya."Kita harus serahkan paket bingkisan ini ke pihak berwajib, sebelumnya kita telah menerima kalimat ancaman," kata Xabier di hadapan Batari dan semua pekerja rumah tangganya.Paras semua orang yang berdiri di sana terlihat cemas dan terkejut, terlebih Kasman yang trauma dengan paket tanpa nama pengirim."Untuk selanjutnya, jangan pernah terima paket misterius dari kurir. Setiap kiriman harus dipastikan ada nama jelas." Mereka semua mengangguk, tanpa seorang pun berani angkat bicara.Xabier membubarkan semuanya, tinggallah ia bersama Batari dan paket di meja ruang keluarga."Kalau dari ukuran dan beratnya, ini lebih ada bobotnya, Pak," ucap Batari. "Tapi, saya tidak berani mengguncang atau membukanya," lanjut Batari berjalan mendekati Xabier. Batari dirangkul oleh Xabi
Kesehatan Ayasya membaik, suhu tubuh telah kembali normal dan muntah tidak lagi menghantui keseharian di rumah sakit. "Moga tidak sakit lagi menjelang pernikahan nanti," ucap Ayasya berjalan menuju lobi rumah sakit.Hari ini, Ayasya diizinkan pulang ke rumah oleh pihak rumah sakit. Betapa senang Ayasya karena ia pun merasa jauh lebih sehat dibanding beberapa hari lalu.Ayasya dijemput oleh Xaba, sementara itu keluarga Santos yang lain memiliki kesibukan sendiri.Xaba sengaja menggunakan jasa pengemudi agar dirinya bisa duduk berdekatan dengan Ayasya di bangku penumpang belakang."Ayas, aku mau bertanya."Ayasya yang duduk menyender ke lengan Xaba menegakkan tubuh lalu menoleh pada Xaba. Kendaraan melaju menuju kediaman Santos."Apa, Mas?" tanyanya."Kamu keturunan dari Dewandaru apakah kamu mau mengurus hak sebagai ahli waris?" tanya Xaba yang sejurus kemudian dihadiahi pelototan dari Ayasya. "Eh, bukan maksud aku macam-macam, tidak seperti pikiran kamu, ya. Hanya bertanya, bila kam
Elang masuk begitu saja ruang rawat Ayasya bermodalkan pesan alamat dan nama ruang rawat inap yang dikirim oleh Ayasya. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Elang di saat Ayasya tengah berbaring di ranjang pasien. Raut sendu memancarkan kecemasan dari Elang.Sontak Ayasya bangkit menyender dengan mata membelalak sejenak lalu normal kembali."Tidak."Elang mendekat hingga membuat gerakan bergeser ke sudut pada Ayasya."Stop di sana, Elang! Katakan cepat soal papa saya," tuntut Ayasya yang sebenarnya masih memerlukan istirahat. Dengan sisa keberanian, ia memberi tahu lokasi rumah sakit tempatnya dirawat dengan tujuan mengetahui kisah lama orang tuanya."Apa kita bisa bicara baik-baik, Ayas, tanpa ada nada suara yang tinggi?"Elang berjalan bertambah dekat ke arah Ayasya. Tangan Ayasya terkepal di balik selimut rumah sakit. Baginya, Elang terlalu mengulur waktu. "Sebagian sudah saya ceritakan pada kamu. Kamu adalah putri dari Sri dan seorang pengusaha bernama Dewandaru. Anak di luar pernikahan
Elang sengaja bepergian ke Surabaya untuk menemui Ayasya. Sepanjang penerbangan, tidak luntur senyum di balik masker yang dikenakan.Beralasan akan mengunjungi makam orang tua dan lembaga pendidikan swasta yang dimiliki keluarga Dewandaru, langkah Elang menjejak ke Surabaya kembali.Bayangan Ayasya begitu lekat dalam pikiran Elang. Perempuan manis yang menarik hati sejak zaman mereka menimba ilmu di kampus milik keluarga Dewandaru.Lain hal dengan Ayasya yang gelisah pagi ini, suhu tubuhnya meningkat."40 derajat. Bagaimana perasaan kamu?" tanya Xinta yang duduk di samping ranjang. Ia seorang dokter yang mengetahui cara menurunkan demam, tetapi butuh pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada penyakit tersembunyi di balik demam.Di situ berdiri pula Xaba dan Batari yang khawatir terhadap kondisi Ayasya. Xinta meminta mereka semua memakai masker selama berada di dekat Ayasya. "Pusing, sakit otot, dingin," jawab Ayasya sambil menggigil dan terbatuk-batuk serta hidung pun sampai
"Pak, lagi-lagi kita dikirim surat kaleng. Kali ini sarung tangan bayi dan foto lama Sri. Buat apa itu semua, Pak? Apa hubungan ke kita?"Sewaktu Batari dan Xabier berdiskusi di ruang keluarga, tanpa sengaja Ayasya menguping pembicaraan. Tadinya, hanya sekedar lewat menuju dapur.Namun, suara riuh menjelang tengah malam menarik Ayasya untuk mengetahui apa yang dibicarakan. "Sulit untuk dimengerti maksud pengirim. Mau dilaporkan ke pihak berwajib, tapi kali ini tidak ada ancaman di isi suratnya."Menggigit bibir sendiri, Ayasya gelisah berdiri di ujung dinding. Tidak ingin ketahuan, buru-buru Ayasya meninggalkan tempat menuju ke kamar pribadinya. "Apa maunya Elang? Sampai nekat. Jahat sekali," ujar Ayasya sambil duduk di ujung ranjang. Keesokan pagi, Ayasya sengaja bangun pagi lalu jalan-jalan ke halaman besar kediaman Santos. Rasa penasaran membuatnya singgah ke pos jaga. "Olahraga, Bu?" sapa seorang penjaga."Ya, Pak."Demi apa Ayasya menjadi pribadi berbeda hari ini. Biarlah pik
Mengingat hingga malam Xaba akan syuting, terlintas niat Ayasya untuk menemui Elang ke restoran, menagih nama siapa ayah kandungnya.Menimbang Xaba akan keberatan bila ia mengutarakan niat bertemu Elang, Ayasya masih menyimpan rahasia sendiri rapat-rapat. "Awww."Tangan Ayasya berdarah teriris pisau. Ia gegas membersihkan jari telunjuk kiri ke wastafel."Kamu kenapa?"Mendengar suara asing dari dapur, Xaba lantas beranjak dari kamar."Kurang hati-hati mengiris sayur, Mas."Tidak seperti biasa menurut Xaba."Melamun? Lamunin apa, sih?"Xaba mencolek dagu Ayasya, mencoba menghibur tunangannya."Gak ada, Mas. Hanya kurang fokus saja."Ayasya menuju kotak P3K, mengambil cairan antiseptik lalu membalut dengan plester luka."Sudah beres," ucap Ayasya. Xaba memerhatikan Ayasya dengan seksama."Jangan pikirkan hal lain sewaktu memegang pisau, harus konsentrasi, bila tidak, bisa melukai diri sendiri."Ayasya menghela napas lalu mengangguk menyetujui perkataan Xaba. Pesan Elang sangat memenga
"Pak, lengan saya ini sakit lagi," rungut Batari seraya menunjukkan pada Xabier yang telah siap beristirahat malam hari.Sejak pemberitaan tentang Wisang, Batari didiamkan oleh Xabier. Merasa ada yang kurang.Xabier bangkit dari rebahnya. "Sakit kenapa?" tanyanya dengan paras khawatir. Wajah Batari meringis menunjukkan kalau sakitnya benar-benar mengganggu."Perbannya tidak apa-apa. Di dalam sakit sekali, 'kah?" tanya Xabier sambil mengelus pelan luka Batari.Batari mengangguk sambil mengintip dari sudut mata bagaimana ekspresi suaminya. Ia tertawa samar, Xabier masih cemas bila dirinya kenapa-napa."Kamu jangan dulu urusan dapur sampai sembuh total, Bu." Xabier malah menggerutu. "Mau ke rumah sakit buat periksa?"Batari menggeleng, menolak ide Xabier. "Ini tadi karena Bapak tepis tangan saya waktu nonton, jadi agak sakit," rengek Batari. "Iya, 'kah? kekencengan aku awasin tangan kamu, ya."Batari mengangguk lagi membenarkan perkataan Xabier. "Maaf, ya. Aku kalau menyangkut 'orang
Restoran mewah yang dipesan oleh Xaba memikat hati Ayasya. Ini pengalaman baru lagi buatnya, masuk ke restoran yang mengusung interior elegan.Ruang makan menampilkan replika akar pohon yang menggantung di udara. Ada pula pepohonan di sekitar mereka.Dari ketinggian saat ini, mereka bisa melihat keluar pemandangan indah gemerlap lampu kota Jakarta. Sungguh menakjubkan bagi Ayasya."Kamu cantik."Ayasya terfokus pada arsitektur restoran, lain hal dengan Xaba yang sedari tadi menatap paras Ayasya yang ceria seolah-olah itulah pemandangan menarik dibanding yang lain.Ayasya tersipu malu, temaram lampu ruangan menyembunyikan bagaimana merona pipinya kini. Dipuji Xaba menjadi kesukaan bagi dirinya sendiri."Mas juga sangat tampan." Lagi-lagi Ayasya malu melontarkan pujian hingga ia tertunduk tidak mampu menatap manik pria yang sebentar lagi akan menjadi kekasihnya."Aku harap kamu suka tempat ini."Ayssya menyapu pandangan ke sekeliling ruangan. Hanya ada mereka berdua saat ini serta bebera
Menemani Xaba bekerja ke Jakarta menjadi momen indah untuk Ayasya. Suasana berbeda ia rasakan."Mas, untuk berlian pesanan Mas itu, biar saya saja yang ambil ke tokonya, ya," tawar Ayasya malam hari seusai makan malam di unit Xaba. Xaba memberi perhatian, menaruh ponselnya di meja.Selagi Xaba mencerna tawaran itu. Ayasya kembali melanjutkan. "Kita tidak lama di Jakarta, sementara Mas masih harus bekerja. Biar saya saja," lanjut Ayasya."Setelah itu, tidak kemana-mana lagi, 'kan?""Tidak. Langsung pulang.""Ada pengawalan buat kamu seperti biasa, ya. Bila ada keperluan atau hal mencurigakan kamu bisa meminta bantuan mereka."Ayasya memasuki sebuah toko berlian. Pada hari-hari sebelumnya, Xaba menunjukkan sebuah berlian yang bakal dipakai calon istrinya di pernikahan mereka.Bantahan Ayasya untuk tidak menghabiskan uang membeli perhiasan mahal tidak didengar oleh Xaba."Berlian juga bentuk investasi, Ayas. Kamu akan terlihat cantik di pesta nanti," ucap Xaba kala itu."Berarti saat in
Batari diharuskan untuk rawat inap lantaran ada luka terbuka di bagian lengan dan bahu akibat pecahan kaca mobil mengenai dirinya."Malam ini saya saja yang menjaga Ibu, Pak, Mas," tawar Ayasya. Akhirnya, Xaba meminta Ayasya datang ke rumah sakit.Xaba dan Xabier saling pandang."Bapak saja, tidak masalah.""Ayas benar, Pa. Keadaan Papa kena benturan juga akan sulit mengurus Ibu di rumah sakit. Aku yang bantu Papa di rumah. Ayas menjaga Ibu di sini."Melihat kondisinya sendiri, barulah Xabier menerima ide dari putra dan calon menantunya."Kamu cepat beritahu kalau ada yang janggal atau kondisi ibu terbaru Ibu, ya," ucap Xaba sembari membelai kepala Ayasya. "Ada penjaga yang bertugas. Kasus rem blong ini juga sudah ditangani pihak berwajib."Xabier mengatakan demikian agar ada rasa aman dalam diri Ayasya selama menjaga Batari di rumah sakit.Xaba dan Xabier berpamitan pada Ayasya, Batari berbaring di ranjang dalam keadaan terlelap.Ayasya mengusap lengan Batari, ia iba dengan keadaan ca