"Kebahagiaan dicapai melalui tiga hal: 1) Bersabar ketika diuji, 2) Bersyukur ketika menerima nikmat, dan 3) bertaubat atas dosa-dosa." – Ibn al-Qayyim
Kebersamaaan (Pov Author)
Raisa menggelengkan kepala, sambil berkata namun masih dengan menunduk," masa depanmu pasti cemerlang Dit, tapi berbeda denganku. Masa depan terlihat sangat suram bagiku," ucap Raisa lirih.
Mendengar perkataan lirih Raisa itu, Dita langsung menoleh, "kok kamu jadi pesimis gitu? Ingat Sa, pasti akan ada pelangi setelag hujan. Aku sangat yakin kehidupan kami kedepannya itu akan sangat lebih baik. Kamu akan menemukan pasangan yang baik pula, yang bisa membimbingmu dan mendukung hijrahmu ini," ucap Dita sambil memegang bahu Raisa.
"Aku tak akan mungkin berumah tangga lagi,Dit. Aku punya banyak kekurangan, kurasa tak akan ada satu laki-laki pun di dunia ini yang mau men
"Bertobatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung." - Q.S An Nur: 31*****************************************Cobaan Lagi Untuk Raisa (Pov Author)Seminggu sejak hari dimana Dita membebaskan Raisa dari bos yang berada dalam tahanan itu, Raisa kini tinggal bersama Dita di Kediri, namun dia bekerja di pabrik kelapa yang berada di Jombang. Karena jaraknya yang terlalu jauh, maka nanti setelah acara pernikahan Linda dan Leo usai, rencananya Raisa akan tinggal di panti asuhan saja. Kebetulan di sana banyak kamar kosong dan juga agar sedikit bisa membantu merawat anak-anak yang kurang beruntung itu.Raisa dengan tekun belajar, tentang bidang pekerjaan yang digelutinya, yaitu adminisatrasi perkantoran. Dan dia tak ingin membuat kecewa Dita, jadi dia terus-dan terus memperbaiki diri.
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)"Tolong! Tolong! Tolong!"Melihat hal itu, kedua pria itu malah tertawa jahat , dan dengan cepat mereka menganggkat tubuh Raisa masuk ke dalam kebun tebu itu.Raisa masih saja terus berontak saat kedua laki-laki muda yang sudah gelap mata itu membawa tubuhnya makin masuk kedalam rimbunya tanaman tebu itu. Hingga kemudian mereka menjatuhkan tubuh Raisa ke tanah, sakit, pasti itulah yang kini dirasakan Raisa. Sekuat tenaga dia mencoba untuk berdiri, namun kaki kanannya sangat sakit sekali. Raisa hanya terus berteriak minta tolong dan berdoa dalam hati, agar ada yang menolongnya."Heh, jangan teriak terus! Sakit telingku mendengarnya! Mau teriak sampai suaramu habis pun tak akan ada yang mendengarnya!" Pria yang berperawakan tinggi itu kini tengah duduk di samping Raisa sambil mengikat kedua tangan Raisa.Sementara itu, pria yang berperawakan pendek,
Takdir Yang Mempertemukannya (Pov Author)Rendy beruusaha membuka matanya, namun rasa nyeri di punggungnya makin terasa. Matanya kemudian menyusuri tempat di mana dia berada kini. Ah rumah sakit, pikirnya. Ada selang infus menancap di tangannya, juga ada selang oksigen di hidungnya, dan korden warna biru laut memutarinya, sebagai menyekat dengan ranjang lain. Dia masih ingat sekali kejadian apa saja yang terjadi sebelum dia pingsan. Lalu di mana gadis cantik itu? Bagaimana keadaannya saat ini?Rendy kemudian mencoba bangun, namun ternyata punggungnya terasa nyeri sekali. Saat meraba punggungnya yang terluka itu, ternyata luka itu kini telah di perban, berarti dia telah mendapatkan perawatan insentif. Tapi berapa lama kira-kira dia pingsan? Dan di mana Pak Sardi kini?"Pak Sardi! Suster!" teriak Rendy lirih, karena dia tak mau suaranya mengganggu pasien lain."Pak Pardi...Suster!" Sekali l
Dita Ngunduh Mantu (Pov Author)Raisa kini telah siuman, namun dia masih merasakan kepalanya yang pusing. Matanya di kerjap-kerjapkan. Dia bingung dengan keberadaanya saat ini. Terakhir kali dia ingat sedang berada di kebun tebu bersama dua orang pria jahat itu. Namun kini dia telah berada di sebuah ruangan, dan dia sangat tahu bahwa ini adalah sebuah ruangan di rumah sakit."Suster...suster!" teriak Raisa lirih."Eh, si cantik sudah bangun toh! Suster!"Suara Sardi yang memang ada di balik kelambu dan kini menengok Raisa itu, membuatnya sontak terkejut."Siapa Anda?" ucap Raisa."Jangan takut Nduk, aku sopirnya Den Rendy, orang yang sudah menyelamatkan dan membawamu kesini. Tuh dia, sama denganmu dia kini terbaring karena luka besar di punggung saat menyelamatkanmu tadi," ucap Sardi sambil menunjuk ke ranjang Rendy yang saat ini tengah tertidur setelah m
Lisa (Pov Author)Acara resepsi pernikahan Linda dan Leo di gelar sangat meriah di kediaman Dita. Pancaran kebahagiaan terpampar jelas di wajah kedua pengantin baru itu. Leo terlihat sangat mencintai istri cantiknya itu. Meskipun Linda memiliki masa lalu yang tak baik, namun Leo tetap setulus hati mencintai istrinya.Dita juga sangat bahagia, karena hari ini Raisa juga bisa hadir, namun pria yang menolongnya belum bisa, karena lukanya terlalu dalam. Dita berharap semoga secepatnya Raisa juga bisa menyusul Linda dan menemukan seorang pria yang benar-benar bisa mencintai Raisa apa adanya.Dita mulai saat ini tak memperbolehkan Raisa kerja jauh lagi, biarlah Raisa menjadi asisten pribadinya saja untuk memmbantu menjaga Ryan saat sedang bepergian. Mengingat saat ini Raisa juga tengah hamil muda, Dita tak ingin hal buruk terjadi pada sahabatnya itu lagi. Apapun akan di lakukan Dita agar Raisa bisa selalu sehat dan bahagia, hing
Lisa Jangan Pergi Dulu"Bik, ayo kita berangkat sekarang," ucapku pada Bik Sanah di dalam kamarnya.Setelah shalat subuh ini, aku mengajak Raisa dan juga Bik Sanah untuk menuju ke Surabaya. Sengaja ku bawa mereka berdua untuk membantu menjaga Ryan, karena kini aku menyetir sendiri. Karena tak mungkinkan aku menyuruh Leo yang tengah bulan madu untuk mengantarkan perjalananku kali ini?"Sudah, Non," jawab Bik Sanah sambil mengambi Ryan dari gendonganku."Aku juga sudah siap, Dit," ucap Raisa yang kini menenteng tas berisi segala macam keperluan Ryan.Akhirnya kami berangkat, perjalanan dari rumah ke Surabaya sekitar tiga sampai empat jam perjalanan. Semoga nanti saat aku sampai di sana, Lisa siuman. Dan aku kemarin pun sudah meminta pihak rumah sakit u
Lisa Jangan Pergi Dulu 2 Aku kemudian dudk di samping Mbak Lisa. Dan dia pun tersenyum melihatku. Wajahnya tampak bugar dan bahagia kulihat. Entah itu bahagia karena bertemu dengan Ryan atau karena bertemu denganku. Yang jelas aku sangat bahagia bisa melihat wajahnya, yang selama dua bulan terakhir ini selalu menjadi pertanyaan di pikiranku. "Sa, maafin ya semua yang telah kulakukan padamu dulu," ucap Mbak Lisa memulai obrolan ini. "Ah lupain Mbak, itu sudah menjadi takdir yang memang harus kita jalani. Yang penting untuk ke depannya, kita harus menjadi semakin baik, Mbak. Jujur aku sangat senang sekali, mengetahui keberadaan Mbak Lisa. Dari dulu, aku memang sangat ingin memiliki seorang kakak, dan Alhamddulillah kini Allah sudah mengabulkan doaku," ucapku sambil menggengam tangan Mbak Lisa. "Kamu ternyata memang sangat baik, sama seperti almarhum Mamamu," ucap Mbak Lisa singkat sambil tersenyum.
Apakah Semua Ini Takdir?"Semoga saja Dit. Tapi, ada satu hal lagi yang harus kau tahu tentang apa yang telah kuperbuat padamu dulu..." kata Lisa."Apa itu Mbak?" tanyaku penasaran."Sebenarnya, aku ada dibalik kejahatan Pak Johan, salah satu pekerjamu dulu.""Pak Johan? Kok Mbak Lisa bisa kenal dengan dia sih?""Saat itu aku memang sangat ingin menghancurkan perusahaanmu, jadi aku mencari pekerja yang bisa kupengaruhi. Kebanyakan pekerja senior di sana sangat pumya loyalitas yang tinggi, mereka semua setia kepadamu. Namun ternyata Pak Johan bisa kuajak kerja sama juga, karena dia juga ternyata mengincar jabatan yang lebih dan juga dia ternyata punya hati yang kotor, sehingga dapat dengan mudahnya masuk kedalam perangkapku..."