Kayla langsung menoleh menatap Mamanya, lalu menghempaskan bokong ke ranjang. "Kayla kesel banget tau, Mah. Masa Raffa ngajak kencan Amel," adu Kayla.Mila yang mendengar itu matanya membulat. Ia langsung duduk di samping anaknya."Serius, La. Mereka kemana? Mendingan kamu samperin deh," cetus Mila.Wanita itu memutarkan bola mata kesal mendengar penuturan sang Mama. "Mama ini, kalau aku tau pasti aku kesana buat ngacauin." Kayla mendengkus, wanita itu keluar meninggalkan sang Mama. Ia memilih ke dapur ingin melegakan tenggorokan yang terasa kering. Mata perempuan tersebut menangkap para cewek tengah berkumpul. "Ahhh ... mereka serasi banget, kan, gak salah aku milih menantu," cetus Wulan. Mendengar hal tersebut, Amarah Kayla mendadak naik. Ia berusaha mengatur emosinya agar tidak meledak. "Ahh ... so sweet banget sih. Gak pernah ya kita, lihat Raffa sampai senyum lepas gitu," ucap Mama Panji. Kayla langsung mendekati kerumunan itu dan merebut handphone yang dipegang Shilla. "
Teriakan itu membuat Amel terkejut, begitupun Raffa. Karena handphone wanita tersebut di los spaker. Istri Raffa masih kaget,sang suami langsung mengambil benda pipih tersebut. "Lo gak perlu ngatain istri gue bodoh! Gue yang emang gak mau angkat telepon dari lo," hardik Raffa. Mendengar suara Raffa yang lumayan besar, Amel menatap suaminya. Sedangkan Kayla mendapatkan bentakan tersebut terkejut. "Eumm ... anu, mertua kamu kepeleset minyak, Mas, dan keningnya kejedot party," cicit Kayla pelan. Raffa terdengar mendengkus, ia menarik dan mengembuskan napas mengatur emosi. "Berikan ponsel ini ke Mama!" perintah Raffa dingin. Kayla segera memberikan benda pipih itu ke sang pemilik. Wulan yang sedikit bingung langsung menempelkan handphone ke kuping. "Tenang, Mah. Coba tenangkan diri dulu, kalau cemas gak bakal bisa mikir," lontar Raffa.Wulan menuruti perintah anaknya, ia mulai menenangkan diri dengan menghirup dan mengembuskan napas pelan. Sedangkan Sekar meminta besannya untuk me
Kini mereka selesai melakukan video call setelah memastikan jika Sekar sudah membaik. Raffa menurunkan ponsel sang istri lalu diletakan ke meja, ia menoleh membuat netra keduanya beradu."Ayo, kita lanjutin makan," ajak Raffa. Amel masih terdiam, ia mengkhawatirkan Ibunya. Raffa yang melihat riak sedih sang istri, ia mengulurkan tangan dan memegang bahu wanita itu."Sayang ... jangan sedih dong, masa dikencan kita ini mukanya malah gitu. Emang gak denger apa kata Ibu, ayo kita nikmatin kencan ini, malahan disuruh ke hotel lho," seru Raffa.Lelaki itu berseru seraya menggoda sang istri. Mendengar ucapan terakhir Raffa, Amel mendelik membuat pria tersebut terkekeh."Udah ayo, kita makan lagi, nanti keburu dingin gak enak lho," ucap Raffa.Amel akhirnya mengangguk dan mulai melahap makanan walau dengan riak cemberut. Raffa yang gemas dengan istrinya, memiliki ide jahil agar wanita itu tersenyum lagi."Sayang, pipimu ada apaan tuh? Kok gerak-gerak gitu." Wanita itu langsung memekik, ia
Mila berusaha menenangkan anaknya, ia menatap miris barang dihancurkan Kayla. Terlihat wanita itu menangis, bahkan pipi banjir air mata. Melihat hal tersebut, Mila mendekat dan mendekap sang putri. "Sabar, La. Nanti Mama bakal mikirin gimana caranya dapetin Raffa," bisik Mila. Kayla membalas pelukan Mamanya, ia terisak apalagi saat melihat update foto Raffa yang bersama Amel. Setelah merasa sang anak tenang, wanita itu menyuruh Kayla untuk duduk di ranjang. "Mah ... kenapa Mas Raffa gak melirikku sedikitpun," lirih Kayla. "Apasih kurangnya aku, apa kelebihan gadis tengik itu yang gak ada dalam diriku, Mah ...." Mila menatap wajah anaknya yang sangat menyedihkan. Baru pertama kali sejak beranjak dewasa Kayla menitihkan air mata. "Sayang, tenangkan dirimu, ya. Mendingan kamu tidur aja," perintah Mila. Kayla mengangguk lemah, ia berbaring di ranjang. Mila langsung menyelimuti putrinya. Ia keluar kamar setelah memastikan Kayla terlelap. "Kasian banget anakku, ahh ... apakah piliha
"Kenapa kamu datang dengan dia!" omel Mama Panji. Wanita itu sedang bersantai diluar villa, ia langsung mendekati anaknya dan mendelik pada Mila. Mama Kayla sama sekali tidak memperdulikan hal tersebut, dia malah menerobos masuk. "Lihat, judes banget dia. Kamu jangan deket-deket sama mereka takut ketularan," ujar Mama Panji.Panji langsung memegang kedua bahu sang Mama. Mengajak wanita itu untuk masuk ke villa. "Udahlah, Mah. Gak usah dipikirin, mendingan ayo kita mandi dulu terus jalan-jalan," seru Panji.Wanita itu menatap anaknya, ia melirik jam dan menggeleng."Ngapain jalan-jalan, ini udah malam. Mendingan kita nonton bareng aja," kata sang Mama.Lelaki itu hanya mengangguk sebagai jawaban, ia langsung berlalu pergi ke kamar. Sedangkan sang Mama, menyambut suaminya. Panji bergegas membersihkan diri lalu ke dapur untuk meminum air dan ternyata berpapas dengan Kayla yang hendak minum juga."Eh, cantik. Kayanya baru bangun tidur ya," ujar Panji.Kayla hanya melirik malas Panji,
Raffa hanya menggelengkan kepala mendengar perkataan istrinya. Ia mulai mengikuti langkah Amel dan membantu membawakan stroli. Terlihat perempuan tersebut sibuk memasukan berbagai jenis cemilan dan minuman."Mas! Ambilin troli satu lagi, yang ini udah penuh," perintah Amel.Raffa menatap belanjaan istrinya lalu menggelengkan kepala. Padahal di benda itu sudah sangat penuh bahkan menggunung tapi masih meminta ambilkan satu troli lagi. "Iya, Sayang. Tunggu ya!"Lelaki itu melangkah ke tempat troli berada lalu mendorongnya menuju Amel yang ternyata malah pergi dan meninggalkan benda ini. Raffa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya, ia meminta petugas untuk membawakan belanjaan ke kasir."Sayang, kamu dimana sih?" tanya Raffa. Lelaki itu malas berteriak nanti malah menjadi pusat perhatian. Amel langsung bergegas ke tempat tadi dan tersenyum memamerkan gigi saat Raffa menatapnya datar."Maaf, Sayang. Aku gak dengerin kamu, aku khilaf pengen liat-liat jajanan," tutur Amel.Raffa m
Setelah belanjaan dimasukan ke bagasi, Amel tidak lupa mengucapkan terimakasih. Raffa langsung melajukan kendaraan saat istrinya sudah naik. Setelah setengah perjalanan, ia melirik Amel yang asik memakan cemilan. "Sayang, akukan udah bantuin kamu tadi. Harus ada imbalannya dong, di dunia ini gak ada yang gratis," tutur Raffa.Mendengar perkataan suaminya, Amel langsung menatap dengan alis berkerut. "Bantuin apaan sih," sahut Amel.Raffa langsung melirik ke arah istrinya berada untuk membalas tatapan wanita itu. Dan mulai fokus menyetir lagi. "Itu lho, tadi ngikutin drama kamu. Aku tau kok kamu manggil suamiku soalnya ada cewek yang curi-curi pandang aku kan," jelas Raffa. Wanita yang berstatus istri Raffa itu, menatap kesal suaminya. Dengan gerakan cepat mencubit pinggang pria tersebut. "Kamu ini! Ya jelas harus ngikutin drama lah, kan kamu emang suami aku. Apa kamu selalu tebar pesona gitu, genit banget sih!" omel perempuan tersebut. Raffa hanya memekik kala tangan wanita itu m
Panji terlihat terengah-engah dan menatap kesal Shilla. "Lo ini, gue gak makan cemilan lo ya. Asal nuduh aja deh, Mel jangan percaya kata-kata dia," lontar Panji. Amel memang sudah menoleh saat Shilla mengucapkan kata tersebut. Lalu disusul Panji untuk membela dirinya. Terlihat wanita itu menghela napas dan mengambil beberapa tas belanjaan dan menyodorkan pada Shilla. "Maaf lo jadi tertuduh karena ulah gue, dan ... maaf gue yang ngabisin cemilan lo, La. Tadi dikampus gue lupa bilang karena lagi kesel sama Mas Raffa," ungkap Amel. Mendengar penuturan Amel, Panji langsung tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Shilla menghela napas dan mengambil tas belanjaan yang disodorkan padanya. "Ish ... lain kali bilang dong, lo ini emang kebiasaan sejak dulu, gue lupa kalau biangnya itu pasti elo," cetus Shilla. Amel yang menundukan kepala mendengar suara Shilla yang terdengar ketus. Sedangkan perempuan itu ingin sekali tertawa melihat wajah murung kakak iparnya. "Aishhh lo ini, kenapa muka
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb