Amel menghela napas mendengar ucapan Diana. Ia mendaratkan bokong di kursi lalu memainkan handphone. "Itu terserah lo mau nurutin ucapan gue atau enggak, gue udah berbaik hati menawarkan hal itu," seru Amel. Wanita itu melirik jamnya, ia langsung bangkit dan mencium punggung tangan sang suami. "Bentar lagi masuk kelas, Mas. Aku pamit dulu ya," lontar Amel. Setelah kepergian Amel, Raffa bersidekap memandang sinis Diana. "Sebenarnya gak setuju kalau cuma di skors dan menjadi pembantu di rumah, lebih bagus langsung masukin ke penjara aja! terus hubungan kerja sama dengan orang tua lo gue putusin, biar bangkrut! Gak tau diri banget sih, gue yang bantu kalian tau!" geram Raffa. Keluarga gadis itu langsung menunduk, Papa Diana membisikan agar sang anak meminta maaf dan menerima hukuman dari Amel. Dengan cepat mendorong Diana agar cepat berbicara. "Maafkan saya Pak, saya akan melakukan apa yang dikatakan Amel. Tapi jangan putuskan kerja sama dengan keluargaku," cicit Diana. Raffa men
Gadis itu menghentakan kakinya lalu memilih masuk ke kediaman, terlihat banyak orang di sana. "Eh kamu udah pulang, ayo sini," seru Wulan. Sedangkan di mobil, keadaan hening. Akhirnya Dimas memulai pembicaraan untuk memberitahu apa yang menganjal dari tadi. "Mel, gue pengen ngomong sesuatu," tutur Dimas. Amel berdehem mendengar ucapan Dimas, ia tidak lepaskan handphone karena tengah bermain games. "Gue ngomong soal penting nih, Mel," seru Dimas kesal. Wanita itu mendengar penuturan Dimas terkekeh, ia mematikan dan menaruh di tas benda pipih tersebut. Tatapannya terarah ke Dimas yang melihat dari kaca spion. "Apa yang mau lo omongin, Dim," lontar Amel. Dimas mengembuskan napas terlebih dahulu membuat Amel mengeryitkan alisnya. "Lo napa sih, kaya berat banget lo ngomongnya," sembur Amel. Dimas menatap sekilas Amel lagi lalu menatap jalanan. Tangannya memegang erat setir mobil. "Cewek yang demen sama Bos dateng," ucap Dimas. "Sepupunya Erika, siapa tuh namanya gue lupa," lanj
Raffa berusaha menyembunyikan riak senangnya kala melihat wajah cemberutu sang istri. Ia menarik napas dalam dan mengembuskan pelan, bahkan ia sampai mengigit bibir. "Maka dari itu, kita harus nunjukin keharmonisan kita sama mereka. Lagian Mamanya juga tujuannya begitu kok, dia tau kalau Kayla suka sama aku," ujar Raffa. Amel langsung menatap wajah Raffa, ia memperhatikan apa yang di ekpresikan lelaki yang menyandang status suaminya itu. "Ekpesimu kenapa gitu, Mas," cecar Amel. Amel memicingkan matanya, tatapan curiga sangat jelas terlihat. "Kenapa bibirnya gitu, Mas seneng Kayla bakal beberapa hari serumah sama kita. Ohh, iya ... dia itu cewek yang ngejar-ngejar Mas, ya. Jadi ngerasa bangga gitu," cecar Amel. Wajah lelaki itu memucat mendengar penuturan sang istri. Ia langsung menggenggam jemari wanita tersebut. "Mana mungkin, aku hanya menahan senyum karna melihat wajah cemburumu," lontar Raffa. Mendengar penjelasan sang suami, Amel langsung memalingkan wajahnya. Bahkan ia m
Kayla mendengar itu hanya memiringkan kepalanya. Ia mengedikan bahu dan malah langsung masuk ke ruangan Raffa. "Eh, gak sopan banget sih, maen nyelonong masuk aja. Belum juga dipersilakan masuk," cecar Amel. Kayla tidak menanggapi Amel, ia malah mengambil pesanan Raffa dari tangan Erika. Dia langsung menarik lengan lelaki yang masih menjadi incarannya. "Gue lagi ngomong lho, gak ditanggepin banget sih,"omel Amel. Wanita itu mendekat dan melepaskan gandengan Kayla di lengan suaminya. Ia langsung bersidekap menatap nyalang perempuan tersebut. "Bar-bar banget sih,"gerundel Kayla. Perempuan itu mendekat dan berbisik di telinga Amel. "Apa lo takut kalau Mas Raffa berpaling ke gitu, lagian gue lebih segalanya dari lo yang cuma orang miskin," cibir Kayla.Amel melebarkan matanya mendengar penuturan Kayla. Dengan kesal ia mendorong perempuan itu. Membuat dia terjatuh ke lantai. "Aduh, sakit tau!" Raffa juga terkejut dengan apa yang dilakukan istrinya. Ia langsung bergegas membantu Kay
Raffa hanya mendengar itu riak wajahnya berubah, bahkan tangan lelaki tersebut terkepal. Lalu secara spontan meninju meja kaca. "Apa lo bilang, ha! Hanya masalah sepele." Kaca itu pecah, bahkan Amel yang terkejut langsung berdiri. Ia mendekati suaminya dan memeriksa lengan Raffa. "Mas, tangan kamu bedarah," ucap Amel. Raffa meletakan jarinya ke bibir sang istri, isyarat agar dia diam. Tatapan murka masih lelaki itu layangkan pada Kayla, membuat kedua perempuan dihadapannya itu menunduk dan gemetar ketakutan. "Menurut lo dia yang nyebar fitnah tentang istri gue itu, cuma masalah sepele," seru Raffa dengan nada tinggi. Amel yang melihat kemarahan suaminya itu hanya diam di samping Raffa. Dengan tangan masih memegang lengan lelaki tersebut yang berdarah. "Mas boleh aja marahin mereka sepuasnya, tapi ayo duduk! Aku bakal ngobatin tangan Mas," perintah Amel. Raffa menoleh memandang istrinya dengan tatapan tajam, ia mengembuskan napas lalu tersenyum. Dia mengangguk mengiyakan perint
*** "Diana! Yang bersih cucinya," omel sang Mama. Gadis itu langsung membuang spon untuk mencuci, ia mengembuskan napas kesal. "Mama, Diana ini udah usaha banget. Kalau belum maksimal namanya juga pertama kali," gerundel perempuan itu. Sang Mama mendengkus kesal, wanita paruh baya itu bersandar di dinding. "Ahh ... lain kali jangan cari gara-gara sama mereka lagi, kamu harusnya tau ambahan dia bisa diusik atau enggak," cecar sang Mama. Diana menyesal, jika tau akan begini. Ia tidak akan pernah mengusik Amel. Andaikan saja wanita itu berkata kalau suaminya orang berpengaruh, dia pasti berpikir ulang melakukan rencana membuat Amel jera, kini malah dirinya yang kapok walau masih ada rasa kesal. "Kenapa malah santai-santai gini, ayo cepat belajar lagi! Tuan Raffa hanya memberikan waktu seminggu buat ngajarin kamu melakukan pekerjaan rumah tangga," omel sang Kakak Mendengar omelan lelaki itu, Diana dan sang istri langsung menoleh. Tatapan marah dilayangkan pria tersebut. "Ayo cepa
[Cepat jemput kami, Raffa! Jangan kekepin istrimu terus.] Kedua sepasang suami istri ini masih terlelap. Ini hari minggu, mereka jadi tidur sangat nyenyak. Suara dering ponsel, membangunkan Amel. "Ahh ... berisik banget sih," gerundel Amel. Mata wanita itu masih terpejam, ia mencari benda pipih miliknya dan memandang handphone tersebut. Ternyata ini yang berdering, menoleh ke meja dan melihat ponsel Raffa yang menyala. "Mas, handphone kamu tuh bunyi terus. Angkat dulu napa," perintah Amel. Amel menggoyangkan tubuh suaminya, Raffa menggeliat dan malah semakin memeluk erat sang istri. "Ihhh ... Mas, jangan peluk dulu, teleponnya angkat dulu," seru Amel. Raffa mengerang kesal, ia akhirnya membuka mata dan bergegas mengangkat telepon. "Kamu ini! Jam berapa sekarang, jangan ngekepin Amel terus." Lelaki itu langsung terbangun dan melotot. Ia terkejut mendengar teriakan sang Mama. "Apaan sih, Mah! Ganggu aja, orang lagi tidur," gerutu Raffa. Amel yang mendengar jika itu mertua yan
Sesampai di tempat semua berkumpul, kedua manusia itu keluar dari mobil. Dan beberapa menyoraki sepasang suami istri tersebut. "Cie ... ini pengantin baru, yang janjinya bakal dateng lebih awal malah paling telat ya," cibir salah satu dari mereka. Amel menatap kesal suaminya, ia menyenggol lengan Raffa. "Husttt ... kalian ini, demen banget sih godain kami. Iya dong, jadi maklumi ya kami kan masih terbilang pengantin baru," balas Raffa. "Udah, mendingan kita langsung berangkat yuk! Tapi ke minimarket dulu, beli keperluan kita-kita," seru Shilla. Mereka langsung bersorak lagi mendengar balasan Raffa. Sedangkan Amel wajahnya semakin kusut, Shilla yang melihat itu langsung berdiri di samping temannya dan merangkul wanita tersebut. Keluarga besar itu menyetujui ucapan Shilla. Gadis tersenyum menyeringai lalu berbisik di telinga Amel. "Gue udah bantuin elo tuh, jadi lo harus traktir gue ya. Oh iya gue juga mau nebeng," bisik Shilla. Amel mengacungi jempol, sedangkan Raffa yang meli
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb