Walau begitu kesal Dean mencoba untuk memahami apa yang terjadi. Kelakuan Keira yang memprovokasinya seakan menguji kesabarannya. Jika tidak mengingat betapa cintanya dia pada Keira mungkin tak sudi dia menerima perlakuan istrinya yang sudah menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang pria.“Aku harus sabar. Aku harus segera menemukan cara untuk membongkar kedok Ettan agar Keira sadar kalau selama ini diperalat dan dibodohi,” ucap Dean.Dean melangkahkan kakinya meninggalkan rumah sakit. Dia harus menjaga jarak dengan Keira untuk beberapa saat agar tidak terjadi perselisihan terus menerus. Dia juga akan mengabari Arman dan Rosanna, orang tua agar bisa menjaga dan merawat Keira.Arman yang tertidur di samping istrinya, Rosanna terkejut mendengar dering telepon di pagi ini. Rasanya berat sekali untuk membuka matanya yang masih betah diatas bantal.“Siapa sih ini yang telepon pagi-pagi buta begini. Apa ga tau ya kalau orang lagi tidur, bikin emosi aja,” ujar Arman kesal.“Papa itu dian
Dengan semangat Dean menghubungi Richie Geraldo. Menurutnya ini waktu yang tepat saat subuh di Jakarta, tapi malam di New York. Yaa… Richie bersama kedua anak dan istrinya tinggal di New York.“Hallo Dean,” sapa Richie.“Hallo Richie. Terima kasih yaa semua fasilitas yang kamu berikan selama aku di Jakarta,” ucap Dean.“Namanya pertemanan itu sudah seharusnya saling membantu Bro.”“Aku padamu, Bro.”Dean dan Richie berbasa-basi sebentar tentang segala hal. Richie juga menceritakan dia lagi bahagia istrinya kembali hamil anak ke-3. Dia berharap anak ketiga perempuan setelah anak pertama dan kedua laki-laki. Pusing dia menghadapi anak laki-laki yang suka bertengkar.Mendengar Richie bercerita tentang anak membuat Dean merasa sedih. Seandainya Keira tidak keguguran tentu saja dia juga akan memiliki seorang anak. Rasa di hatinya begitu sakit mengingat semuanya.“Richie, apa aku bisa minta tolong sesuatu ke kamu,” ujar Dean memulai pembicaraan tentang masalahnya.“Selama aku bisa membantu
Dering ponselnya berbunyi dan lagi-lagi dari Dean. Ettan jadi curiga jangan-jangan Dean dibalik semua masalah yang dihadapinya sekarang. Dia ragu untuk mengangkat telepon, tapi juga penasaran.“Angkat atau ga yaa,” ujarnya ragu.Dari pada dia semakin penasaran akhirnya memutuskan untuk mengangkat telepon dari Dean.“Jangan telepon aku terus!” bentak Ettan begitu mengangkat telepon dari Dean.“Woi… sabar kali Tuan Ettan yang terhormat. Jangan suka teriak-teriak nanti urat sarafmu bisa putus, haha.”Ettan mendengus kesal mendengar kata-kata Dean. “Bagaimana Ettan dengan kasusnya apakah sudah mempengaruhi nilai saham Luca Entertaiment?” tanya Dean santai.Mendengar kata saham membuat Ettan melonjak kaget. Dia terlalu fokus untuk mengatasi semua masalah di bagian media, tapi lupa dengan perkembangan saham. Bisa-bisa anjlok nilai sahamnya jika dia tidak segera menyelesaikan semua permasalahan yang ada.“Bagaimana dengan perusahaan-perusahaan lain yang bekerjasama dengan Luca Entertaiment.
Dean tersenyum puas tidak percuma dia menggunakan uang hampir 1 milyar demi mendapatkan informasi dari Devi. Terkadang sekretaris bahkan orang terdekat adalah musuh yang bersembunyi dalam kedok kepercayaan.“Sebentar lagi aku akan menemui Ettan dan pasti orang itu akan memohon-mohon untuk dibantu. Saatnya Keira tahu siapa sebenarnya Ettan. Yang dikiranya malaikat tak ubah sama seperti Iblis,” ucap Dean tersenyum puas.Kris menghubungi Dean memberitahukan kalau Ettan membawa-bawa nama Dean sebagai dalang semua masalah yang dihadapinya. Dean hanya santai menghadapinya dia yakin semua tuduhan yang dialamatkan padanya akan dengan mudah diserang balik.Dean yang seorang pengacara atau advokat juga tidak bisa dituntut ada dalam jika menjalankan profesinya, advokat tidak dapat dituntut secara pidana maupun perdata. Hak imunitas advokat termaktub jelas dalam ketentuan Pasal 16 UU No.18 Tahun 2003 tentang Advokat yang belakangan diperluas oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Akan tetapi bisa juga di
Keira memikirkan semua yang dikatakan Dean dan Vio. Jika benar semua masalah yang terjadi dalam hidupnya merupakan perbuatan Ettan berarti selama ini pria yang dianggapnya sebagai sahabat merupakan orang yang paling bersalah dalam hidupnya.“Aku ingin bertemu dengan Ettan,” ujar Keira.Dean bersorak gembira dalam hatinya. Tanpa dia menyuruh Keira untuk bertemu Ettan malah istrinya yang ingin bertemu laki-laki sialan itu.“Kamu lagi sakit Kei. Jangan banyak bergerak dulu.” Cegah Dean. Dia sangat mengetahui sifat Keira. Jika semakin dilarang wanita itu akan semakin penasaran.“Kenapa melarang aku? Apa kamu takut kalau Ettan malah mengatakan hal yang sebenarnya tentang hubungan kalian?” tanya Keira kesal.“Yaa sudah jika itu memang keinginanmu. Aku hanya melarang demi kebaikanmu saja bukan hal lain. Kamu aja harus banyak istirahat,” ujar Dean lembut.“Aku ga peduli. Aku lelah jika harus dibohongi terus.”“Siapa yang membohongimu. Kamu nya saja yang tidak mau mempercayai.”Keira menatap D
Seorang pria berpenampilan setelan jas rapi berjalan tergesa-gesa menuju rumah sakit. Dia adalah Kris dengan raut wajah gusar tidak memperdulikan siapapun melihatnya aneh bahkan ada yang tersenggol olehnya dia tidak dihiraukannya yang penting harus segera menuju ruang rawat tempat istri atasannya berada.“Aku minta maaf Keira. Aku sebenarnya melakukan kesalahan yang benar - benar ku sesali seumur hidupku kalau aku pernah dengan Vio melakukan —”“Maaf Pak, saya mau memberikan kabar,” ujar Kris langsung membuka pintu kamar rawat Keira.Dean menatap Kris dengan kesal bahkan sangat kesal. Asisten baru nya ini malah mengganggu.“Ada apa?” tanya Dean.“Kris… apa kamu, Kris Adinata?” tanya Keira terkejut melihat Kris.“Eh, apa kamu si senggol bacok Keira Mawar berduri?” tanya Kris mendekati Keira.“Yaa ampun Kris apa kabar Jeng?” ujar Keira dengan suara riang gembira.“Astaga mawar berduri ku yang cantik. Aduh aku seneng banget deh bisa ketemu kamu lagi. Kabar aku tuh baik-baik aja loh,” uca
Kris melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada yang mendengarkan mereka.“Ada apa dengan Ettan Lucas, Kris?” tanya Dean dengan suara tegas.“Ettan Lucas mati Pak,” ujar Kris berbisik.“Apa! Ettan mati?” teriak Dean tidak percaya.“Aduuh Pak jangan keras-keras.” Kris berbicara berbisik dan dengan spontan menutup bibir Dean dengan sebelah tangannya.Dean dengan kesal menghempaskan tangan Kris.“Kamu dasar kurang ajar! Iih gila tanganmu bau banget!” Dean membentak tapi dengan berbisik juga.“Maaf Pak. Masa sih bau,” bisik Kris sambil mencium tangannya.“Ooh ini bau terasi Pak. Tadi saya makan sambal terasi pak.”“Kita ke kantor polisi sekarang,” ajak Dean.“Baik Pak.”Walau sebenarnya Dean bersyukur Ettan mati, tapi dia juga merasa ada yang aneh. Tidak mungkin Ettan bisa mati dengan begitu mudah. Pasti ada sesuatu di balik kematian Ettan.“Bagaimana Ettan mati?” tanya Dean penasaran pada Kris.“Dari desas-desus yang saya dengar Ettan Lucas mati bunuh diri Pak,” ucap Kris.“Mati b
Di sebuah rumah mewah bergaya Eropa dengan pilar-pilar menjulang tinggi sedang sibuk menyiapkan acara pemakaman. Sang pemilik rumah sedang berlatih di depan cermin wajah berduka di dampingi seorang wanita muda yang mengenakan gaun hitam berpotongan da.da rendah memperlihatkan asetnya untuk dipandang setiap orang.“Sudahlah Sayang. Kamu ga usah sok sedih begitu,” ujar Vanessa kekasih Lucas.“Kamu ini gimana sih. Aku itu harus terlihat sedih, masa anak sendiri mati aku malah bahagia,” ucap Lucas kesal.“Lah gimana kamu bisa sedih kalau kamu yang menyuruh orang untuk membunuh anakmu sendiri. Sudahlah jangan sok menjadi korban deh,” ejek Vanessa jengah.“Vanessa! Kamu bisa diam atau aku akan memotong lidahmu,” ancam Lucas menatap Vanessa tajam. Ingin sekali dia menyiksa wanita seksi tersebut.Vanessa hanya bisa menelan salivanya. Dia tahu kekejaman Lucas. Anak kandungnya sendiri saja dibunuhnya apa lagi cuman dia yang wanita simpanan Lucas.“Ma–maafkan aku, Sayang. Maaf aku ga akan pernah
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan