Arumi menutup buku dongeng pemberian Ibu Kepala panti asuhan yang sudah selesai di bacanya dengan perasaan lega kemudian memasukkan kembali buku kecil miiknya tersebut ke dalam tas ransel biru di samping tempat tidurnya.
Gadis itu merasa sangat tenang dan hatinya juga terasa lebih lapang setelah ia membaca buku dongeng pemberian Ibu Kepala yang selalu menjadi kebiasaan rutinnya saat di panti asuhan dulu.
Ah, seketika Arumi merasa rindu akan panti asuhannya.
Biasanya jika jam segini ia akan keluar kamar dan berdoa bersama para suster, Ibu Kepala dan adik-adiknya di sana.
Memohon kesejahteraan dan kebahagiaan untuk hidup mereka kemudian mulai makan bersama dengan lahap satu sama lain, lalu Arumi akan mencuci peralatan makan yang kotor dengan ceria kemudian membacakan dongeng menarik untuk para adiknya agar bisa tertidur lelap.
Arumi menghela nafasnya pelan saat mengenang kebersamaan yang manis itu.
Arumi hanya merasa rindu, rindu tempat ia dib
“Kau lihat kan kemarin? C4 mendatangi gadis ini. Memangnya gadis ini siapa sih?”“Iya, aku dengar bahkan para pangeran kita mengantarnya sampai ke ruang dosen. Siapa sih gadis itu? Sok penting! Menjijikkan!”“Kudengar dia anak baru di sini. Menyebalkan! Sepertinya dia belum tahu siapa kita.”"Jangan-jangan, dia mau bersikap centil dan menggoda senior C4?"“Iya, berani-beraninya dia menggoda para pangeran kita tercinta. Dasar gadis murahan!”“Gadis ini pasti mau memikat para pangeran C4. Berani sekali dia!”“Ini tidak bisa di biarkan!”Alena yang baru sampai di kampus memutar bola matanya jengah begitu mendengar sekelompok mahasiswi wanita berkumpul dan kelihatan seperti sedang menggosipkan sesuatu.Bukan hal baru bagi Alena untuk melihat hal seperti ini, hampir setiap kedatangannya di sekolah ia pasti melihat para kumpulan gadis tidak waras ini menggosipkan
“Ya!! Memangnya aku melakukan kesalahan apa! Aku bahkan tidak mengenal kalian tapi mengapa kalian melakukan ini padaku! Katakan padaku apa masalah kalian sebenarnya?! ” Arumi berusaha untuk menahan suaranya agar tidak meledak namun para orang-orang ini semakin menatap Arumi dengan tatapan menantang dan menjijikan.Bersamaan dengan itu, munculah Dasom Viorendari arah belakang yang maju ke depan dan langsung menyilangkan tangannya dengan gaya sombong menatap Arumi dengan penuh tatapan tidak suka terpancar dari matanya.Pasti. Firasat Arumi mengatakan Dasom adalah dalang dari semua ini.Ia masih mengingat saat di sekolah dulu bagaimana ia menjadi korban bullying akibat Dasom yang menindasnya bersama para antek-anteknya.“Jadi ini semua ulah mu Dasom?” tanya Arumi seakan sudah punya firasat bahwa Dasomlah yang menyebabkan semua ini.“Jangan menyalahkanku anak buangan. Ini semua salahmu karena berani sekali kau mendekati id
“Tenang, Alena, tarik nafas yang dalam, hembuskan, tarik nafas, hembuskan.” Kai langsung menghampiri gadis itu dan dengan gaya terapis nya menyuruh Alena menarik nafas lalu menghembuskannya dan dengan polosnya Alena menuruti ajakan konyol Kai itu.“Hei!! Hentikan kekonyolan ini! Pokoknya kalian harus bertanggung jawab!” teriak Alena lagi, raut-raut wajah penuh kekesalan sangat nampak di wajah pucat gadis itu.“Baiklah, Alena, jadi katakan siapa diantara kami yang berani menghamili dirimu.” Gerald langsung maju dan memasang wajah seriusnya, membuat Alena langsung membulatkan matanya tidak percaya dengan semua ke-tidak-sambungan ini.“BUKAN ITU !! Ini soal Arumi!”“ARUMI???”C4 langsung terkejut setengah mati begitu nama Arumi di sebut."Apa yang terjadi padanya?" tanya Kris yang tiba-tiba bangkit dan mengajak Alena bicara, sementara Alena mundur satu langkah refleks begitu saja.
"Sudah ya, kami mau kembali ke kelas. Mata kuliah selanjutnya sudah mau di mulai.” Alena memecah keheningan dengan menarik lengan Sally dan Arumi untuk segera beranjak pergi karena sebentar lagi kelas manajemen bisnis akan segera di mulai.“Hey, tunggu. Kami juga ikut. Kita kan mengambil kelas yang sama.” Gerald dan Kai langsung mengejar langkah para gadis itu yang sudah beranjak pergi meninggalkan mereka.Alena menghentikan langkahnya sejenak lalu berbalik menatap Gerald dan Kai secara bersamaan."Oh ya, aku lupa kalian mengulang kelas. Sungguh malang." sindir Alena sebentar sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Gerald dan Kai yang hanya bisa termangu mendengar penghinaan tidak langsung yang baru saja gadis itu berikan.Oh, nampaknya rumor yang mengatakan bahwa Alena masih membenci C4 itu benar.Tapi, Gerald dan Kai tidak peduli. Mereka berjalan mengekor di belakang ketiga gadis itu seakan tidak pernah terjadi apa
“Baiklah, aku pikir tidak ada masalah lagi. Semua masalah sudah clear, kan? Ayo kita ke kelas. Mata kuliah selanjutnya akan segera di mulai.” ujar Arumi lantas kemudian beranjak menuju kelasnya sembari menggandeng Alena dan Sally setelah memastikan kepada para saudaranya dan fansclub C4vers ini bahwa masalah di antara mereka semua sudah selesai.Arumi sama sekali tidak masalah dengan perundungan kemarin.Ia mengerti, itu semua karena rasa cinta fansclub ini kepada para saudaranya yang begitu besar.Derita punya empat saudara super tampan yang menjadi idola di kampus, Arumi sampai di salah pahami menjadi penggoda.Ada-ada saja.Tapi syukurlah, Arumi tidak ingin terlalu membesar-besarkannya. Toh, para C4vers ini juga sudah minta maaf serempak padanya.“Kalian bersyukur Arumi memaafkan kalian semudah ini. Lain kali pastikan kalian tidak akan melakukan aksi anarkis seperti kemarin atau kami akan membenci kalian seumur hidup. Ka
Arumi, Sally dan Alena menghampiri loker mereka untuk mengambil beberapa perlengkapan materi kuliah mereka i yang akan mereka gunakan untuk mata kuliah kuliah selanjutnya, namun seketika kening Arumi mengernyit samar begitu ia menemukan sepucuk surat berwarna putih terselip di bagian bawah loker milik Arumi.Arumi segera meraih surat itu dan mengamatinya dengan seksama.Benar, surat ini memang ditujukan untuk dirinya.Ada tanda bertuliskan “To : Arumi” di pojok sisi kanan atas surat itu.Arumi memainkan hidungnya mengendus surat ini yang baunya sangat teramat harum seperti habis di celup ke dalam tangki parfum.“Itu apa Arumi?” tanya Sally penasaran melihat surat di tangan Arumi.“Surat. Ini aneh ya, di jaman global seperti ini masih ada orang yang mengirim surat.” jawab Arumi sekenanya.Sally mengangguk setuju.“Memangnya itu surat apa?” tanya Sally lagi. Mendengar Arumi dan Sall
“YEEYY!! AKU MENANG!!!” Arumi bersorak kegirangan dan menari-nari dengan riang begitu gadis itu berhasil mengalahkan Rion dalam permainan video game “Wristling Swist”, game gulat yang cukup populer diantara para anak laki-laki karena levelnya yang lumayan susah untuk di mainkan.Game virtual tiga dimensi itu adalah permainan favorit Rion, ia tidak pernah kalah sebelumnya saat memainkan game itu.Rion hanya melongo tidak percaya bahwa Arumi berhasil mengalahkannya, padahal selama ini belum ada yang berhasil mengalahkan Rion Chandrawinata si gamers sejati dalam memainkan game virtual tiga dimensi.“Baiklah, Kak lihat kan, kau sudah kalah. Kau kalah, aku ulangi lagi, kalah. Sekarang , ayo, menunduk. Tepati janjimu. Ini sudah menjadi perjanjian kita berdua.” ujar Arumi setelah puas bersorak dengan polosnya menyuruh Rion untuk menundukkan badannya lalu gadis itu naik begitu saja di atas punggung Rion dan menjadikan lelaki itu
Mariya Diandelina memarkir mobil hijaunya memasuki pekarangan rumah yang sederhana terkesan bergaya minimalis dan sederhana. Dosen wanita di Draksita yang masih terlihat muda dan segar itu kemudian keluar dari dalam mobil dengan beberapa kantung belanjaan di tangannya yang sempat ia beli saat mengunjungi supermarket tadi sore. “Hyeri-ah, eomma pulang.” teriak Bu Mariya begitu memasuki rumah dan menutup pintu dengan kakinya. Mata wanita itu melebar mencari keberadaan seorang gadis kecil berkulit putih dari dalam rumahnya. “Dia sudah tidur.” terdengar suara dari arah ruang televisi, Bu Mariya mendapati keberadaan seorang gadis berambut panjang bergelombang yang sedang duduk di sofa sambil menyaksikan sebuah film horor yang sedang di putar di layar sambil menyulam sebuah sweater dengan benang di tangannya. Bu Mariya menghela nafasnya sebentar, menatap kehadiran gadis itu di rumahnya. Ya ampun, gadis ini hampir saja mengagetkannya.
“ALENA TANUBRATA???” kelima manusia itu secara kompak berteriak, sementara Alena juga tidak kalah kagetnya mengetahui keberadaan C4 dan Sally yang berada di sini.“Alena? Kenapa jadi kau? Dan…. Kenapa kau memakai pakaian Arumi kami?” tanya Sally terkejut, tentu karena ia tahu persis bahwa baju yang sedang di pakai Alena sekarang adalah baju yang sama dengan baju yang di pakai Arumi saat meninggalkan rumah tadi.Alena tidak menjawab, bukan karena ia tidak ingin, tapi lebih kepada suhu tubuhnya yang mendadak menjadi panas dan membuat dirinya kembali tidak bisa di kontrol begitu melihat C4 secara tiba-tiba dan mendadak menghampirinya secara serempak bersamaan seperti ini.Kenapa mereka bisa berada di sini bersama-sama?“Hihihihihihihihihihihihi…..aku bertemu kalian di sini. Kebetulan sekali. Hihihihihihihhihihihihihi~ lalalalalalalala~” C4 dan Sally ternganga bersama-sama melihat Alena cekikikan
Alena sedang melamun di sebuah ruangan yang merupakan salon sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin rias, lebih tepatnya gadis itu kembali teringat terhadap apa yang sudah dilakukan ayahnya kepada dirinya semalam.Alena menyentuh pipinya, masih terasa sakit.Untuk pertama kalinya ia di tampar oleh Ayahnya sendiri. Namun lebih daripada pipinya yang memerah, hatinya lebih sakit melebihi apapun.Bahkan… Ayahnya sendiri pun sudah menganggapnya gila.“E …hem…” sebuah suara deheman terdengar, membuyarkan lamunan gadis itu sehingga Alena refleks menatap lelaki yang tengah berdiri di sampingnya.“Ba… bagaimana?” tanya lelaki itu menatap Alena sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.“Ya! Mark Prakarsa?” Alena segera bangkit dari kursinya , menatap lelaki di depannya ini dari atas rambut hingga ujung kaki.“Kau benar Mark Prakarsa kan?&r
Sebuah suara sirine ambulans terdengar, mobil ambulans itu melesat pergi meninggalkan sebuah bangunan tua yang sudah di kerubungi beberapa orang dan di pasangi garis pembatas polisi.Yifan berlari tertatih-tatih menghampiri sebuah kerubungan manusia, tidak memperdulikan peringatan polisi yang menyuruhnya untuk berhenti, Yifan tetap berlari menembus kerubungan itu demi untuk mencari sesuatu.Mencari keberadaan Na Bi yang ia tinggalkan begitu saja di bangunan tua itu demi mencari pertolongan.“Kasihan sekali gadis kecil itu….”“Dia sepertinya kehilangan banyak darah….”“Lukanya sepertinya parah.”“Aku benar-benar mau muntah.” terdengar beberapa orang berbisik-bisik tidak jelas.Yifan berusaha meyakinkan dirinya, meyakinkan bahwa orang-orang ini tidak sedang membicarakan Na Bi. Mata anak lelaki itu tetap berusaha mencari keberadaan Na Bi, siapa tahu Na Bi berada diantara banya
"Permisi, maaf menganggu." seorang pria berjas hitam mendadak muncul dan menghampiri Ayah Alena dan membisikkan sesuatu, sesuatu yang membuat pria paruh baya itu terkejut hingga matanya membulat tak percaya."Apa?! Anak buah kita patah tulang semua?! Bagaimana bisa?!"Lelaki paruh baya itu terkejut bukan main begitu mendengarkan laporan terbaru anak buahnya.Lelaki berjas itu lantas membuka i-padnya, menunjukkan foto markas yang hancur porak poranda di sana. Banyak orang yang terkapar dan tidak di sadarkan diri di gambar sana.Lelaki paruh baya itu men-zoom salah satu foto yang terpampang di sana. Nampak banyak serpihan tumbuhan hijau yang menjalar memenuhi lantai terlihat. Tumbuhan hijau itu bukankah jenis Cedrus?Tumbuhan asli dari pegunungan Himalaya dan Mediterania yang terkenal langka, juga merupakan simbol dari geng mafia terkenal di kota... Cedrus4?***Kris menempelkan satu plester luka tepat di pipi Gerald yang memar, membuat
- Flashback -“Oppa…. Oppa….!!” Alena , gadis itu berteriak tidak karuan berusaha memberontak agar 2 orang bertubuh besar dengan pakaian gelap yang memegangi tubuhnya itu melepaskannya, namun sekuat tenaga gadis itu berusaha bergerak,menendang dan berteriak, ia tetap tidak mampu melepaskan diri dari cengkraman dua orang yang memegangi lengannya.“Oppa…. oppa….” sekali lagi Alena berteriak dengan wajah yang sudah basah penuh genangan air mata menyaksikan seorang lelaki yang sedang di pukuli habis-habisan oleh beberapa lelaki bertubuh besar dan menyeramkan di depan matanya sendiri.Lelaki itu, Yonghwa Lee…“Lena…” lelaki itu membuka suaranya dengan suara tertahan saat tubuhnya tersungkur begitu saja dengan hiasan penuh luka diwajahnya.Dia adalah lelaki yang kuat, tapi dia hanya seorang diri sementara tubuhnya dipukuli oleh sekitar 5 orang atau lebih, sekuat apapun
Ddrttt… drrrttt…Suara bunyi getar pesan masuk di ponsel Alena membangunkan gadis yang sedari tadi tertidur dalam posisi meringkuk di bawah ranjang kamarnya itu.Gadis itu menggosok kedua matanya perlahan, kemudian menjulurkan kepalanya keluar dari bawah tempat tidur lalu dengan gerakan cepat meraba seprei tempat tidur dengan tangan kirinya untuk mencari sebuah ponsel yang dari tadi terus mengeluarkan suara.Dapat!Alena mengerjapkan matanya begitu sudah berhasil menemukan benda segiempat itu ke dalam telapak tangannya, kemudian gadis itu mendekatkan ponsel berwarna putih itu ke depan wajahnya.Sebuah Pesan masuk terpampang di layar ponsel gadis itu membuat Alena segera membuka isi pesan seluler yang baru saja masuk di ponselnya.“From : ArumiAlena!! Bagaimana ini, aku tidak bisa tidur! Apa aku benar-benar harus pergi bersama Mark besok? Lena, bagaimana ini? Aku tidak yakin.”Alena menge
“Kau datang?” seorang wanita dengan tudung kepala dan pakaian serba berwarna hitam ala pakaian kaum gypsi dan mata terbalut eyeliner tajam itu mengarahkan pandangannya ke arah seorang gadis muda yang baru datang memasuki ruangannya.Gadis itu, Sienna yang hanya memakai dress terusan selutut berwarna putih dengan motif bunga khas dirinya dengan cepat membungkukkan badannya dengan sopan, kemudian menghampiri wanita paruh baya yang sudah duduk manis di depan meja dengan hiasan bola kristal diatasnya.“Apa kabar, Nyonya Go. Lama tidak bertemu.” ujar Sienna lembut dan pelan begitu ia sekarang sudah duduk di hadapan wanita itu.Wanita bernama Nyonya Go itu hanya tertawa sebentar, kemudian menatap Sienna dengan pandangan sulit diartikan. Menebak apa yang membawa gadis ini datang ke tempat kerjanya setelah sekian lama.“Apa yang membawamu datang kemari? Apakah sesuatu sudah terjadi?” tanya peramal Go dengan tatapan menyel
Rion melemparkan sebuah map dokumen coklat ke arah Kris yang sedang tertidur terlentang di rooftop rumah mereka. Kris yang masih dalam kondisi setengah tertidur dengan cepat menangkapnya. Lelaki itu mengamati map dokumen coklat di tangannya, apa ini?"Pemilik bar Alcoholic yang kita datangi beberapa hari yang lalu menepati janjinya. Ia mengutus suruhannya hari ini, memberikan bukti yang sepertinya berguna." jelas Rion sebelum saudara pertamanya itu mengeluarkan suara untuk bertanya.Kris mengerti dengan maksud ucapan Rion, lalu dengan cepat membuka map cokelat di tangannya itu dengan tidak sabaran. Beberapa lembar foto terlihat saat lelaki itu membukanya, dan nampaknya memang hanya lembaran foto-foto itu saja yang menjadi isinya.Rion mendekatkan dirinya pada Kris, ikut mengecek foto-foto di map dokumen cokelat tersebut dengan seksama."Apa ini orang yang kita cari selama ini?" Rion menunjuk ke arah sebuah foto yang memperlihatkan lelaki bertubuh tinggi b
“Setelah apa yang kita lalui selama ini, kau masih memperlakukan ku seperti ini Sienna.” ujar Kai membuka suaranya, seperti ia sama sekali tidak tertarik dengan kotak bekal yang di sodorkan Sienna.Sienna mengangkat kepala dan memiringkannya."Apa maksudmu?" tanya Sienna seakan tidak mengerti.Kai bangkit dari duduknya dan menatap sang dewi kampus itu dengan sinis."Insiden valentine berdarah. Kau mau berpura-pura lupa atas apa yang terjadi hari itu?" tanya Kai dengan tatapan sinisnya lalu melangkah pergi meninggalkan Sienna.Sienna menggemertakkan giginya sendiri saat mendengar ucapan Kai barusan.Bekal buatannya sama sekali belum tersentuh dan Kai masih membahas soal kejadian malam itu?"Insiden itu...bukankah kita sudah sepakat untuk melupakannya?" gumam Sienna dengan wajah kesalnya."Tunggu...!" entah apa yang membawa Sienna, gadis itu menutup bekalnya dan berlari menghampiri Kai yang sudah berjalan agak jauh da