Beranda / Romansa / Obsesi Tuan Hagen / BAB 20 I Aroma Testosteron

Share

BAB 20 I Aroma Testosteron

Penulis: Blezzia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-03 00:23:04

Hagen membawa tubuh Camellia melintasi halaman sampai ke depan pintu. Dia kesulitan mengeluarkan kunci rumah gadis itu dari balik saku celana di saat kedua tangannya sibuk menggendong Camellia.

“Shit,” umpatnya ketika kunci itu nyaris terjatuh dari genggaman.

Kemudian, dia pun menatap wajah tertidur Camellia cukup lama sebelum akhirnya memperbaiki posisi gendongan gadis itu kembali dengan merebahkan kepalanya di bahu.

“Kau tidak berat, jangan salah paham, Princess. Hanya saja …” Hagen bergumam disaat dia sibuk memutar kunci pada pintu. Berkali-kali dia menarik napas sembari menggeram, dikarenakan melakukan dua aktivitas bersamaan. “Hanya saja … aku tidak bisa memelukmu terlalu lama.”

Beberapa kali Hagen menghela napas ketika dia merasakan benda di balik celananya mulai membentuk tenda.

“Oh, shit,” bisiknya sembari memperbaiki celana yang mulai menyesaki. “Itu benar-benar ketat,” gumam Hagen dengan gigi mengatup rapat.

Begitu pintu ruma

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 21 I Diculik

    Suara gumaman percakapan di sekitar membangunkan Camellia. Perlahan-lahan mata gadis itu terbuka, dan dengan kepala yang terasa sedikit berat, dia pun mengedarkan pandangan ke sekitar.Camellia mengerjab-ngerjabkan kelopak mata beberapa kali untuk menjernihkan penglihatan yang masih berkunang-kunang, dan saat itulah dia melihat tepat di depannya seorang pria tengah duduk di sebuah kursi dengan burger dalam genggaman. Pria berusia empat puluhan itu makan dalam diam, dan tidak sekali pun melihat ke arah Camellia yang kini terbaring di atas lantai dingin.Sementara itu, terlihat televisi menyala di dinding yang berhadapan dengan pria tersebut.Untuk sesaat, Camellia mengumpulkan kesadaran, menatap sekitar dengan seksama, pada dinding kusam dan atap tidak terawat. Dia juga menyadari, tubuhnya terbaring di atas lantai kotor, membuatnya menahan diri untuk tidak menjerit jijik.Kemudian, perhatian Camellia teralihkan pada pria berbadan gempal tersebut.Se

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 22 I Sakit

    Begitu panggilan berakhir, mata Camellia membulat seketika. Dengan manik mata bergetar dan pelupuk mata yang basah, dia pun menatap pria yang menculiknya penuh permohonan tersirat.Kepala gadis itu menggeleng cepat saat mendapati tatapan bengis pria tersebut dengan bibir membentuk garis lurus. Dapat Camellia rasakan aura gelap yang keluar dari tubuh pria itu, membuat sekujur tubuhnya hendak meringkuk, insting melindungi diri secara tidak sadar.Kini, wajah pria itu pun memerah dengan pandangan marah yang terarah pada ponsel dalam genggaman. Dan seketika saja benda pipih itu membentur dinding yang berada di balik tubuh Camellia, meloloskan jeritan histeris cukup panjang dari mulut gad

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-09
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 23 I Wajah Tanpa Ekspresi

    “Apa yang kau lakukan pada gadis itu?”Seorang pria dengan stelan jas hitam berdiri tidak jauh dari tubuh terbaring Camellia. Dia mengusap dagunya pelan sembari melirik sesekali pada pria yang kini mematung di dekat meja makan.Dengan gigi beradu dan nada sinis, pria yang ditanya itu pun berkata; “Aku tidak melakukan apa pun yang dapat membunuh gadis tersebut.”Mendapat jawaban itu, si pria berjas hitam menaikkan sebelah alis sembari menunjuk ke arah tubuh tidak berdaya di atas lantai.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-10
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 24 I Ini Hanya Permulaan, Brengsek!

    Usapan lembut di pipi membuat kelopak mata Camellia bergetar. Gadis itu menggerakkan sedikit kepala dan mencari-cari sumber sentuhan. Ketika tangan hangat itu mengelus kepala dan punggungnya, Camellia pun bergumam puas sembari menghela napas pelan.Namun, dahinya membentuk kernyitan halus saat tangan itu menyentuh bagian tubuh yang membiru.Sontak saja Camellia mencoba menjauhkan tubuh diikuti ringisan kesakitan yang seketika menghentikan sentuhan tangan hangat itu di udara.Dan tidak lama setelahnya, dia pun mendengar bisikan lembut menenangkan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 25 I Pertemuan Tidak Terduga

    Camellia menatap ujung sepatunya dengan gugup. Dengan kedua tangan meremas sisi rok selutut berwarna biru, gadis itu pun mengangkat kepala begitu mendengar suara yang familiar.“Miss Duncan,” panggil seorang pria paruh baya dengan jas putih yang keluar dari sebuah ruang perawatan.Seketika Camellia pun berdiri, dia mengulas senyum tipis dan menyambut dokter itu ramah.“Selamat siang Dokter Hans,” sapanya balik.Dokter tersebut menatap wajah Camellia yang masih terlihat membiru, membuat gadis itu pun berdiri gelisah dan menundukkan kepala kembali.Menyadari itu, Dokter Hans berdehem dan mengisyaratkan pada Camellia untuk berjalan bersisian dengannya.&ld

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-12
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 26 I Terkadang Aku Ingin Memeluknya

    Tubuh Camellia terlonjak seketika, dan dengan cepat dia berbalik arah hanya untuk mendapati sosok Hagen yang berdiri tepat di depan wajah.“Astaga! Kau mengejutkanku,” jerit Camellia sembari memegangi dada, sedangkan matanya melempar delikan tajam.Hagen yang saat itu bersikap sangat tenang hanya memberikan tatapan datar pada gadis tersebut. Tidak seperti sebelumnya, pria itu seolah menguarkan aura dingin yang membuat langkah Camellia mundur tanpa sadar.“Kau belum menjawab pertanyaanku,” ucap Hagen sembari mengobservasi keseluruhan wajah Camellia yang masih membiru.Mata pria itu memperhatikan dengan seksama, membuat gadis itu pun berdiri gelisah.Didahului deheman, Camellia pun berkata; “Kau tida

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 27 I Di Mana Pria Brengsek Itu?

    Camellia menatap bingung pada ruangan yang dia tempati. Melihat warna dan interiornya, gadis itu pun menyadari bahwa dia berada di dalam kediaman Hagen. Seketika tangannya meremas seprei putih yang berada di bawah tubuh. Baru saja gadis itu hendak beranjak saat tiba-tiba dia mendengar suara pintu yang terbuka. Kepalanya dengan cepat menoleh ke sumber suara, dan mendapati seorang wanita berparas rupawan tengah masuk ke dalam ruangan dengan pembawaan tenang. Saat melihat dirinya yang duduk di atas ranjang, wanita itu pun mengulas senyum yang tampak sangat terlatih. “Miss Duncan,” sapa wanita tersebut sembari berjalan mendekati ranjang. “Maaf, aku tidak mengetuk lebih dahulu, kupikir anda masih tertidur.”

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14
  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 28 I Gelut di Ranjang

    Ujung jemari Hagen menyentuh sudut bibir Camellia yang masih menyisakan bekas luka, namun lagi-lagi gadis itu menepis lengannya. Bahkan, sebanyak apa pun dia berusaha memperlakukan gadis itu penuh kelembutan, Camellia akan menolak keras.Kini, keduanya duduk saling berhadapan di atas ranjang yang tadi gadis itu tiduri. Tanpa sekali pun menatap pada pria yang sedang mengoleskan salep pada bekas luka di wajah porselinnya, Camellia memilih menatap lurus ke depan dengan pandangan menerawang.“Dalam seminggu, bekas lukamu akan menjadi samar,” ucap Hagen sembari menyentuh bagian pipi serta ujung mata Camellia penuh kehati-hatian.Mereka terlalu lama membisu, membuat atmosfir di sekitar tidak lagi seringan bulu.Dia pun meniup-niup pelan permukaan kulit gadis itu ketika suara ringisan keluar dari mulut mungilnya. Seketika hati Hagen seperti dicubit, karena wajah porselin itu kini penuh luka yang masih menyisakan nyeri.Sekuat tenaga dia menaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-15

Bab terbaru

  • Obsesi Tuan Hagen   TAMAT

    Camellia baru saja terbangun, dan dirinya menatap puas dengan pandangan berbinar pada pria yang masih terlelap di samping tempatnya berbaring. Dengan ujung jemari yang menari-nari di atas kulit telanjang pada punggung pria itu, Camellia mencoba menahan diri agar tidak tertawa, terutama ketika Hagen menggumamkan sesuatu di dalam tidurnya. Tahu bahwa dia hanya akan membangunkan singa yang lapar, Camellia memilih untuk segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa waktu kemudian, Hagen tampak masih tertidur dengan posisinya semula, sehingga Camellia membiarkannya dan terus melangkah ke arah balkon. Gadis itu tampak menikmati semilir angin pagi yang menyuguhkan pemandangan hutan beton di hadapan. Sembari menyeduh susu cokelat hangat, tatapan Camellia tertuju pada arakan langit cerah yang memenuhi kota New York. Dia hendak menyesap minumnya kembali, saat tiba-tiba sepasang tangan kekar memeluk dari arah belakang. “Morning, Princess,” sapa Hagen, s

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 4

    Saat Ini, di Luna Star Hotel. Honeymoon On New York.Di salah satu kamar Luna Star Hotel, ditemani cahaya remang-remang. Aroma kopi yang maskulin dan wangi mawar yang berpadu. Camellia menatap punggung lebar dan kokoh yang membelakanginya dengan desah napas yang teratur.Otot-otot liat itu menggoda mata Camellia untuk tidak berpaling sedikit pun. Namun, bukan itu yang membuat Camellia masih terjaga kendati jam dinding mewah yang tergantung di depan pintu sudah menunjukkan pukul tiga pagi.Matanya belum perpaling ketika punggung kokoh serupa Dewa Yunani itu berbalik dengan sepasang mata yang menghunjam Camellia. Warna hitam obsidian yang bersinar itu menatap langsung ke arah bola mata Camellia.Dia tidak mampu mengontrol detak jantungnya yang berdesir cepat ketika Hagen memamerkan senyum tipis yang menghiasi wajah rupawannya tersebut.“Mengapa kau belum juga tidur?” Suara parau yang berat dan dalam itu seolah menyedot semua akal sehat Camellia.Camellia tidak mampu menjawab. Tubuhnya

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 3

    Camellia tidak tahu harus melakukan apa dalam situasinya saat ini, sehingga dia hanya mendengarkan suara hangat pria itu yang kini menggelitik telinganya.“Cukup anggukan kepalamu jika kau setuju.”Mendengar instruksinya, Camellia pun mengangguk cepat.Jelas sekali bahwa gadis itu tengah ketakutan.Menyadari hal itu, pria yang kini membekapnya pun tampak berusaha menenangkan.“Sssttt … aku tidak berniat melukaimu. Yang aku butuhkan hanya bantuan.”Seketika, Camellia pun menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan mata untuk menenangkan diri. Ketika dia dapat mengontrol rasa takut yang sempat menguasai, gadis itu mengangguk samar dan pelan. Tetapi, tetap saja pria bersuara maskulin yang menenangkan di balik punggungnya tidak melepaskan bekapan tangan dari mulutnya.“Seseorang tengah mengincar keberadaanku, dan jika kau bisa menyembunyikanku sampai supirku tiba, maka aku akan melakukan apa saja untuk melindungimu di masa mendatang.”Mendengar penjelasannya, tanpa Camellia sadari, manik

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 2

    Beberapa Minggu setelah pertemuan dengan Jeff, Camellia tampak lebih berhati-hati dengan sekitar.Sesekali gadis itu merasakan seseorang tengah mengikutinya, dan hal itu semakin membuat Camellia merasa tidak aman jika jalan sendirian, walaupun hanya sekedar melakukannya di lingkungan sekolah yang ramai oleh lalu-lalang siswa lainnya.Camellia lebih memilih untuk mengajak Bella agar dapat menemaninya kemanapun dia pergi. Hal ini tentu saja membuat gadis enam belas tahun itu bertanya-tanya akan perubahan sikapnya.“Ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat seperti orang yang ingin menyembunyikan diri, Lia?”Mendengar itu, kepala Camellia pun menggeleng samar.Akhir-akhir ini dia lebih banyak diam, terutama setelah acara pentas seni, dimana sang ayah tidak menghadiri undangan yang telah Camellia berikan pada butler keluarganya.Dia tidak tahu dimana letak kesalahannya. Padahal kehadiran ayahnya sangat Camellia tunggu waktu itu.Dan, sepulang dari acara pentas seni, dia pun menanyakan alasan

  • Obsesi Tuan Hagen   EKSTRA PART 1

    Lancester, Tiga Setengah Tahun yang lalu.Camellia baru saja pulang dari sekolah, saat tiba-tiba salah satu butler menyambutnya dengan wajah sedikit masam. Jelas sekali, terjadi sesuatu sehingga membuat seisi rumah menjadi sangat tidak bersahabat dan bersitegang.Mendapati keadaan itu, Camellia pun melirik kembali pada jajaran mobil mewah yang terparkir di halaman.Biasanya, sang ayah; Edgar Duncan, selalu mengundang beberapa orang paling berpengaruh di Lancester dan Denver untuk mengadakan rapat bulanan yang selalu diadakan di rumah mereka.Pemandangan mobil mewah memenuhi parkiran bukanlah hal yang asing baginya. Namun, gadis muda itu tampak khawatir, karena setiap kali pertemuan itu dilaksanakan, pasti ada saja sesuatu yang janggal terjadi.Misalnya beberapa bulan lalu, salah satu anggota parlemen di Lancester menghilang secara misterius, dan keluarga dari parlemen tersebut tidak lagi terdengar kabarnya seminggu kemudian. Dan, Camellia tahu penyebabnya, tidak lain adalah rahasia di

  • Obsesi Tuan Hagen   Epilog

    Tidak ada yang lebih bahagia dari pasangan Hagen dan Camellia, yang kini berdansa di tengah-tengah ballroom yang dipenuhi oleh orang-orang terdekat mereka. Tidak hanya itu, beberapa orang berpengaruh di Lancester dan juga Denver tampak berkumpul di bawah atap yang sama, menari, berbicara dan tertawa dengan siapa saja yang mereka temui di Kastil Petunia.Camellia yang tampak sangat cantik dengan gaun satin berwarna putih, memahat sempurna pada lekuk tubuh feminimnya, hingga mampu membuat mata Hagen berbinar hanya dengan menatapnya.Pria itu bahkan tidak bisa menjauhkan tangannya dari pinggang ataupun jemari lentik gadis itu.Jelas sekali, keduanya hanyut dalam dansa dengan melody lambat di bawah lampu kristal yang menghiasi langit-langit ballroom.Sementara itu, tidak jauh dari keduanya, Erlinda dan Cintya yang juga berdandan cantik dengan gaun berwarna pastel senada, tampak mengagumi pasangan berdansa yang berada di tengah-tengah ruangan.“Ahhhh … aku benar-benar menginginkan pernikah

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 169 I Dia Tidak Akan Tahu

    Petunia tidak seperti hari-hari biasa. Kini, kastil megah itu dihiasi oleh berbagai rangkaian bunga yang menghiasi setiap dinding, meja, dan sudut-sudut ruangan. Bahkan, dengan sangat spesifik, Hagen memesan beberapa jenis bunga atas saran dari Jaxon Bradwood.Tentu saja hal itu dikarenakan mereka menghindari insiden di masa lalu, dimana pernikahan Jaxon berakhir bencana akibat Mia alergi bunga Snow on Mountain. Dengan sangat hati-hati, orang-orang yang bekerja di Kastil Petunia pun memilah dan mengawasi setiap bunga yang datang sebelum menyebarkannya di beberapa tempat.Frank bahkan tampak lebih sibuk dari biasanya.Kini, stelan hitam pria itu dilengkapi alat komunikasi yang terpasang di telinga.Dan dengan mata elangnya yang mengawasi jalannya persiapan, Frank memberi sedikit instruksi di sana sini pada penjaga kastil yang berkeliling dari satu ruang ke ruang lainnya.Sementara itu, Erlinda tampak sibuk menyiapkan beberapa kamar untuk setiap tamu yang akan menginap. Begitu pula deng

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 168 I Aku Mencintaimu, Camellia

    Hagen menemani Camellia saat mengunjungi Edgar Duncan di rumah sakit. Dengan perasaan yang berat, Hagen menyadari bahwa pria tua di hadapannya benar-benar tidak memiliki harapan untuk umur panjang, membuat pandangannya jatuh pada Camellia yang tampak setia menunggu sang ayah yang terbaring layaknya tubuh tanpa nyawa dengan bantuan penunjang kehidupan di atas tempat tidur.Tanpa sedikit pun mengganggu gadis itu, Hagen bergegas keluar dari ruangan dan memilih duduk di salah satu rangkaian kursi tunggu, yang berada tepat di depan ruang perawatan Edgar Duncan.Sesekali Hagen menarik napas sembari menengadah pada langit-langit lorong rumah sakit.Saat itulah dia menyadari bahwa dirinya tidak mungkin menyembunyikan keberadaan bayi mungil yang kini diberikan pada Danny Johanson.Cepat atau lambat, Camellia harus mengetahui keberadaan bayi itu. Meskipun keduanya tidak berhubungan darah, tetapi Talia Duncan tetaplah adik bagi Camellia. Dan, tidak mungkin dia akan diam saja saat mengetahui sem

  • Obsesi Tuan Hagen   BAB 167 I Pergulatan Di Ranjang

    “Kau sudah membawa semuanya?” tanya Hagen pada Frank begitu dirinya tiba di Petunia.Setelah meninggalkan Denver, Hagen memutuskan untuk meminta bawahannya agar mengantarkan Camellia kembali ke rumah. Dan mereka pun tiba dalam waktu terpisah.“Aye, Boss,” jawab Frank diikuti anggukan. “Nyonya ada di dalam kamar. Beristirahat,” ujar Frank, yang segera merubah panggilannya pada Camellia.Dalam waktu sangat singkat, kabar pernikahan keduanya pun menghebohkan para pelayan di Kastil Petunia. Bahkan, tidak sedikit yang merayakan bergabungnya nyonya baru di sana. Setidaknya, Hagen telah memilih wanita yang tepat, dan bukannya wanita seperti Irene yang pasti akan menyiksa para pelayan.“Aku meminta Jaxon untuk mengurus Alfred,” ucap Hagen secara tiba-tiba, yang tentu saja membuat Frank mengerti akan maksudnya.Kepala keamanan Petunia itu tampak mengangguk paham dan setelahnya berdeham pelan.“Aku akan datang ke kediaman Ryder untuk memberikan kabar.”Mendengar ucapan bawahannya itu, Hagen tid

DMCA.com Protection Status