Share

Bab 41

Penulis: JEMMA JEMIMA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
DIRAJA

Selepas percumbuannya di mobil dengan Ambar, Diraja kembali melanjutkan perjalanan menuju hotel The Royal Ruby tempat keluarganya sudah menunggu. Seorang Diraja Sakala Sudibyo menyatakan perasaannya tanpa persiapan apa pun kepada Ambar. Sebuah spontanitas yang dirinya sendiri tak mengerti.

“Kenapa diam saja?” tanya Diraja seraya melirik ke arah Ambar.

Gadis itu memegang bibir seksinya secara refleks dan menatap Diraja sebentar sebelum membuang muka dan memilih untuk melihat ke luar jendela. Dari ujung matanya, Diraja lihat wajah Ambar memerah dan sepertinya masih mengingat apa yang baru saja terjadi dengan dirinya.

Diraja membiarkan gadis itu hanyut dalam pikirannya sendiri. Sepertinya perdebatan mereka yang berakhir dengan ciuman tadi membuat Ambar berpikir begitu keras dan dalam. Perjalanan yang sunyi itu akhirnya sampai juga, mereka tiba di hotel dan Diraja langsung keluar dari pintu kemudi. Menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas valet dan membuka pintu penumpang un
JEMMA JEMIMA

Maaf agak malaman baru bisa update ya, dua hari terakhir ini lagi nggak enak badan banget, sampai harus izin nggak masuk kerja. Jaga kesehatan ya sayang=sayangkuu Salam, JJ

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
carsun18106
gute Besserung say ^_^
goodnovel comment avatar
Titis Puji Lestari
sehat2 ya kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 42

    “Anggap saja rumahmu sendiri,” ucap Diraja saat mereka berdua memasuki unit apartemennya sore ini. Ini kali kedua Ambar menginjakkan kaki di tempat personalnya. Pertama kali tentu saja dalam keadaan asing dan sikap yang penuh kewaspadaan satu sama lain. Tapi kali ini suasana berbeda. Mungkin karena Diraja telah memiliki perspektif berbeda dalam memandang hubungannya dengan Ambar. “Ah, dalam beberapa bulan tempat ini memang akan menjadi rumahmu, kan.” Diraja menambahkan. “Kita akan tinggal di sini setelah menikah?” tanya Ambar ragu-ragu. Diraja berhenti sejenak, dan memutar kembali tubuhnya untuk menghadap Ambar yang berjalan di belakangnya sambil memperhatikan interior unit apartemennya. “Kamu keberatan? Atau kamu lebih memilih untuk tinggal di rumah saja?” tanya Diraja, mencoba menebak isi hati Ambar mengenai masalah tempat tinggal mereka kelak. “Ah bukan begitu.” Ambar menyanggah ucapannya. Diraja menyandarkan bahunya di pintu kamarnya seraya bersedekap. Kakinya bersila

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 43

    AMBAR Hari-hari yang berganti setelah kejadian memorable saat fitting terakhir kebaya untuk pertunangan dan pernikahannya terasa begitu cepat berlalu. Mulai dari pembicaraan sensitif akan masa depan mereka nanti kelak setelah menikah, melihat cincin yang akan disematkan ke jarinya kelak, hingga nonton bareng di XXI Premiere yang terletak di Plaza Indonesia dan dilanjutkan dengan makan malam di restoran Seribu Rasa yang masih terletak di dalam pusat perbelanjaan mewah tersebut. "Habis ini kita mampir ke Chanel? Atau mungkin mengecek jam tangan di Cartier?" usul Diraja dengan bersemangat. Awalnya Diraja bersikeras mengajaknya untuk menyusuri beberapa butik brand ternama yang bertebaran di Plaza Indonesia. Tapi Ambar pun dengan keras kepala menolak dan mengatakan dia sudah begitu lelah karena sudah beraktivitas sejak pagi tadi. Dia hanya ingin pulang ke rumah dan tidur. Diraja yang mendengarnya sontak merasa kecewa, walau pada akhirnya menuruti keinginan Ambar dan mengantarnya pul

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 44

    “Ambar, kenalkan, ini sepupuku Bian. Dia manajer marketing di Sudibyo Group. He directly report to me, dan sejauh ini kerjanya bagus.” Diraja kemudian menepuk pundak sepupunya dan memperkenalkan Ambar kepada sepupunya seakan mereka bertiga tadi tidak melalui serangkaian percakapan aneh. Bian yang mendengar ucapan sepupunya terkekeh pelan seraya menggelengkan kepalanya. “What a way to introduce me to your fiance, Mas Diraja,” ujar Bian dengan tampang masam. Tapi tak lama pria itu mendaratkan pandangannya kepada Ambar dan mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan diri, atau upaya memberikan selamat kepadanya. Entahlah, namun Ambar menerimanya dan menyunggingkan senyum kepada Bian. “Selamat Ambar, you look beautiful indeed, Mas Diraja beruntung sekali bertemu denganmu lebih dahulu,” tambah Bian yang membuat Ambar terjepit dalam posisi rikuh. Sedangkan Diraja hanya menatap sepupunya dengan tajam. “Hati-hati berbicara, cousin…” Diraja memberikan peringatan verbal. “Apa kamu

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 45

    DIRAJA Diraja memandangi cincin yang tersemat di jari manisnya dengan lekat. Tak dinyana seulas senyum mampir di bibirnya diikuti dengan kekeh pelan tanda dia merasa terhibur dan senang. Suasana rapat terhenti seketika Diraja bertindak di luar kebiasaannya. Beberapa pegawainya saling menatap satu sama lain, mencoba menakar bagaimana mood bos mereka saat ini. Pegawai perempuan yang melihat tersipu karena menurut mereka sang bos terlihat begitu kasmaran di mata mereka. “Okay, let’s wrap this up.” Diraja beranjak dari kursinya dan berdiri untuk kembali ke ruangannya. Rencananya dia akan menjemput Ambar dari kampus sore ini untuk mengajaknya makan malam bersama. Hari ini ada rapat bulanan untuk melaporkan progress dan juga hambatan yang dialami setiap divisi, disampaikan langsung oleh para kepala seksi dan manajer tiap bidang. Biasanya meeting seperti ini akan berlangsung paling cepat tiga jam dan paling lama bisa saja seharian hingga jarum jam menyentuh angka 12. Tapi, hari ini D

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 46

    Mata Diraja menyapu daerah kampus Cahaya Ilmu College yang bertaraf internasional dengan tujuan mencari sosok tunangannya. Sore ini dia meminta sang supir untuk drop off dia di kampus Ambar dan berencana untuk kembali pergi makan malam bersama Ambar. Untungnya rencana dadakannya ini disetujui oleh Ambar dan mengatakan kalau kelasnya selesai jam empat sore tadi. Maka dari itu selepas meeting dia langsung cabut menuju kampus. Dia duduk di sebuah bangku taman sambil mengecek ponselnya, meneliti laporan itinerary honeymoon yang disusun Nina setelah Ambar mengusulkan tujuan mereka. Tiap negara disajikan dengan power point deck yang rapi dan runut. Lengkap dengan jadwal, destinasi wisata, informasi penginapan hingga kegiatan favorit yang bisa dilakukan. Diraja sudah pergi ke tiga kandidat destinasi bulan madu ini. Tapi mungkin Ambar memilih tiga tempat ini karena dia belum pernah ke sana. Dia akan mendapatkan jawabannya hari ini juga agar Nina dapat membantu mereka untuk mengurus sisanya

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 47

    “Jangan disentuh. Nanti memarnya semakin sakit,” larangnya seraya meraih tangan Ambar. Dia menyetir secepat yang dia bisa dan mereka akhirnya tiba di pelataran parkir rumah sakit yang biasa dia datangi. Diraja langsung membawa Ambar ke ruang IGD dan meminta perawat serta dokter untuk segera memeriksa Ambar. “Aku sebenarnya nggak apa-apa. Ini paling memar-memar aja.” Ambar masih mengatakan kalau dia baik-baik saja. Diraja duduk di sampingnya seraya mengecek bagaimana dokter dan perawat membersihkan luka-luka di wajah dan lengan dengan antiseptik dan menegakkan anamnesa seraya mengecek seluruh tubuh Ambar. "Oke, sepertinya memang memar, tapi tadi kepalanya terbentur nggak?" tanya dokter setelah memeriksa Ambar. "Nggak kok, Dok," balas Ambar yakin. "Baik, lukanya dibersihkan setiap hari kemudian memarnya juga jangan lupa diberikan salep supaya cepat hilang sakitnya. Saya juga resepkan obat pereda nyeri, bisa diminum selama nyeri masih terasa," ujar sang dokter yang menuliskan resep

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 48

    AMBARAmbar membuka matanya dan menatap ruangan sekeliling. Tempat yang penuh kesan maskulin begitu terasa asing baginya. Di balik selimut hangat, terdapat ranjang yang begitu empuk dan nyaman, bantal yang begitu pas menyangga lehernya selama tidur tadi. Matanya mengerjap, mencoba mengumpulkan seluruh fokus akan apa yang terjadi. Tak lama, kilasan memori masuk dan menciptakan ingatan utuh atas apa yang dia alami seharian ini. Dia baru saja ketiduran di ranjang Diraja setelah minum obat pereda nyeri yang membuatnya ngantuk maksimal. Dengan kaget Ambar duduk dan rasa nyeri tumpul yang lambat laun menjalar menelusup indranya. Ouch! Pipinya terasa sakit, begitu pula punggung dan pahanya. Ambar mencoba beranjak dari ranjang dengan berhati-hati. “Mas Diraja?” Ambar memanggil sang tuan rumah. Merasa kikuk ditinggal di tempat paling privat tanpa sang pemilik rumah. Tak ada jawaban. Ambar berhenti sejenak, dan berjalan mengelilingi kamar tidur Diraja. Tempat sang calon suami beristirah

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 49

    Langkah kaki Ambar dan Mas Darius bergema di lantai marmer kediaman mewah milik kakak iparnya tersebut. Kakaknya dan sang suami memutuskan untuk pindah ke rumah ini setelah tahu kalau Mbak Amira hamil. Dan untuk mengurus rumah ini, mereka mempekerjakan Pak Rama sebagai kepala butler di kediamannya untuk mengurusi semua urusan rumah tangga dari A sampai Z. Ambar disapa dengan ramah ketika sang butler membuka pintu utama dan wajahnya berubah khawatir ketika melihat bagaimana kondisi wajahnya yang babak belur. “Nona Ambar, kenapa wajahnya seperti itu? Apa yang bisa saya bantu?” tanya Pak Rama dengan kekhawatiran yang tak bisa ditutupi lagi. Tapi Ambar hanya tersenyum singkat dan menggelengkan kepalanya. “Aku baik-baik saja, Pak. Sudah minum obat dan hanya butuh istirahat,” jawabnya sopan. Kakaknya yang mendengar suara di lantai dasar keluar dari kamarnya di lantai dua dan menuruni tangga penuh semangat. “Hati-hati, love! Jangan berlari seperti itu!” Suara Darius yang terdengar

Bab terbaru

  • Obsesi Sang Pewaris   EPILOG

    “Selamat ulang tahun!” Suara yang mengagetkan Ambar ketika membuka pintu apartemennya membuatnya terhenti sejenak. Tangan kanannya masih memegang gagang pintu, sedangkan tangan kirinya sontak mengurutkan dadanya karena terperanjat kaget. Confetti dan suara terompet bersahutan menyambutnya masuk ke dalam apartemen malam ini. Wajah-wajah familiar menyapanya dengan senyuman dan tawa lebar. “Ya ampun, kok ada surprise segala?” ujarnya penuh haru. Dia menatap Diraja yang berjalan dengan langkah pelan dan pasti ke arahnya. Di tangan sang suami ada kue ulang tahun lengkap dengan lilin angka 20 yang sudah terbakar di atasnya, menunggu untuk ditiup olehnya. “Yang penting surprise-nya berhasil, ‘kan!” jawab Diraja penuh dengan kebanggaan. Ini memang sebuah pencapaian tersendiri untuk suaminya. Sebelumnya dia tak pernah melakukan ini. Ini merupakan surprise event perayaan ulang tahun pertama sejak mereka menikah. “Repot-repot banget, makasih banyak loh, sayang!” Ambar menjawab deng

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 95

    AMBAR Dua bulan kemudian, Apakah mungkin keinginan menjadi ibu itu menular, apalagi jika sudah memegang bayi kecil, imut dan lucu di pelukannya sendiri? Ini sebenarnya yang dirasakan Ambar ketika dia melihat anaknya Mbak Amira dan Mas Darius yang akhirnya tiba juga menyapa mereka di dunia ini. Kakaknya baru saja selesai melahirkan putra pertama mereka yang diberi nama Maximilian Naradipta Danudihardjo. Nama keponakan pertama Ambar ini berdasarkan kompromi ayah dan ibu Maxi. Mbak Amira ingin tetap membawa nama lokal yang membumi sedangkan sang ayah ingin sesuatu yang memiliki sentuhan modern namun tetap terdengar regal. Ambar ingat sekali bagaimana mereka berdebat sedemikian rupa ketika satu waktu Ambar mengunjungi mereka. “Maxi… Maxi baby… ya ampun kamu lucu bangeeet! Mbak! Aku bawa pulang ya!” Ambar berceletuk asal tatkala melihat baby Maxi terlelap di tangan Mas Darius. Rasanya baru sekejap saja dia menggendong Maxi, tapi ayahnya sudah melebarkan tangannya agar Ambar men

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 94

    Makan siangnya dengan Ambar di sebuah restaurant Chinese Food yang terletak di sebuah gedung perkantoran lantai teratas di kawasan dekat kampus Ambar berjalan begitu cepat di mata Diraja.Dua jam yang dihabiskan bersama sang istri terasa seperti sekedipan mata saja. Ketika hidangan selesai disantap dan dia melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 13.45 siang.“Aku habis ini masih ada kelas, Mas.” Ambar pun terlihat bolak-balik mengecek jamnya, berharap dia tak telat untuk kelas selanjutnya.“Jam berapa? Perjalanan dari restoran ini ke kampus kan nggak terlalu lama,” balas Diraja seraya memberikan sinyal kepada waitress untuk mengirimkan bill ke meja mereka.Sang waitress mengangguk dan mempersiapkan bill sambil membaw

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 93

    DIRAJABreaking news, Sebuah penggerebekan terjadi di kawasan pedalaman Myanmar dan Kamboja oleh aparat setempat dibantu dengan koordinasi interpol dan kepolisian Republik Indonesia. Disinyalir gudang tersebut merupakan headquarter, atau markas besar tindakan kriminal judi online dan penipuan online dengan target masyarakat Indonesia. Menurut perkembangan terbaru, ada fakta yang lebih mengejutkan dibaliknya. Jika ditelusuri lebih dalam, ternyata terungkap banyak tindakan kejahatan transnasional yang bernaung dibalik operasi tersebut. Ada indikasi human trafficking atau penjualan manusia yang dipekerjakan secara ilegal dengan kondisi memprihatinkan tanpa adanya kesejahteraan dan hak asasi manusia yang dipenuhi. Pihak kepolisian masih mendalami dugaan kejahatan organ harvesting dan sex trafficking lintas negara dan benua dalam pemeriksaan lebih lanjut. Yang cukup mengejutkan, terendusnya jaringan kejahatan transnasional ini bermuara pada seorang konglomerat asal Singapura berinisia

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 92

    RAKA Selama beberapa hari belakangan ini, dia selalu kembali ke apartemennya di atas jam dua malam. Begitu banyak yang harus dia kerjakan setelah mereka berhasil membawa Joseph Ong untuk diinterogasi di markas kepolisian. Tentu saja tarik ulur begitu hebat terjadi di balik layar. Pihak Joseph Ong lewat kedutaannya secara formal meminta pria itu diekstradisi segera kembali ke Singapura untuk menjalani pemeriksaan di sana. Yang turun tangan membereskan masalah berkaitan dengan hukum, legalitas, melihat loophole dari aturan tentu saja dirinya. Raka bertugas di belakang layar membersihkan dan menguraikan kusutnya benang birokrasi, ditambah dengan berbagai channel dan networking yang luas dari Darius, mereka akhirnya berhasil memberikan waktu lebih banyak untuk kepolisian Indonesia serta interpol mengulik sampai dalam dan menarik bukti sebelum tim kuasa hukum beserta backingnya Joseph Ong menutup akses penyelidikan, atau yang paling parah–menghilangkan alat bukti. Dan orang yang cuku

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 91

    Ibu bersikeras jika mereka kembali ke kediaman beliau di daerah Dharmawangsa. Bersama Mbak Rengganis dan ayah, mereka bertiga menolak keinginan Diraja untuk kembali ke apartemen dan memulihkan diri di sana. Ambar pun setuju dengan keputusan tersebut. Ini sudah hari ketiga sejak Diraja diputuskan bisa kembali ke rumah dan memulihkan diri di kediamannya. Kemarin tim dokter selesai melakukan kontrol pertama dan memastikan proses penyembuhan Diraja berjalan seperti yang semestinya. “Sayang, aku bosan makan bubur terus,” ujar Diraja saat Ambar membantunya mengeringkan rambut suaminya setelah dia bersikeras untuk mandi karena sudah lebih dari dua hari dia tidak melakukannya. “Tapi–takutnya kamu sulit mengunyah, makanya ibu dari kemarin menyiapkan bubur untukmu, Mas!” balas Ambar dengan sabar. Sebenarnya bahkan sejak kembali dari rumah sakit, sikap Diraja jauh lebih manja dan terkadang dia tak ingin ditinggal oleh Ambar. Setiap saat jika Ambar keluar kamar untuk melakukan sesuatu, d

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 90

    AMBARDerap langkahnya menggema sepanjang koridor rumah sakit. Ibu mertuanya pun bergandengan tangan dengannya berjalan dengan langkah cepat, membawa kekhawatiran yang tak dapat diungkapkan tatkala Mas Darius menghubunginya malam tadi. Pikirannya kalut, bahkan selepas Diraja berpamitan dan meminta Ambar untuk menyampaikan pesan singkatnya kepada Pak Rama. Ambar sempat membaca secarik kertas tersebut, isinya meminta agar Pak Rama menghubungi kakak iparnya–Mas Darius dan meminta mereka untuk tracking lokasinya. Dari pesan itu saja Ambar bisa menakar jika Diraja melakukan hal yang berbahaya. Makanya dari tadi dia harus menyembunyikan kegelisahannya di hadapan ibu mertuanya dan menganggap semuanya baik-baik saja. Pak Rama dan Mas Darius pun tak bisa dihubungi sehingga tak ada kepastian akan apa yang sebenarnya terjadi. Pertahanannya runtuh tatkala kakak iparnya mengabari jika Mas Diraja berada di rumah sakit. Saat ini Pak Rama sudah on the way untuk menjemput Ambar untuk ke rumah saki

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 89

    DARIUSRaka akhirnya memberikan lokasi tujuan Diraja pergi tepat sebelum mereka keluar pintu tol. Setelah mendapatkan lokasi, dengan cepat dirinya mengatur alamat tersebut pada sistem GPS mobil Nero sehingga mereka bisa langsung melaju menuju tempat Michelle disekap oleh Joseph Ong. “Tim terbaik kita ada di belakang, estimasi sekitar lima menit akan bisa menyusul kita,” ujar Nero memberikan update kepadanya. “Bagaimana dengan tim kepolisian dan medis?” Darius bertanya. Kali ini Raka yang menjawab pertanyaannya. “Sudah diinfokan ke pusat, mereka sekarang sedang koordinasi dengan pihak kepolisian setempat. Kontak kita juga sudah berangkat dari Mabes agar bisa berkomunikasi dengan jaringan interpol,” jawab Raka dengan mendetail. “Keep us updated,” ucapnya sebelum memutus sambungan dan kembali fokus untuk menyelamatkan Michelle dan Diraja. Entah apa yang harus Darius katakan kepada Diraja atas tindakan impulsifnya itu. Pergi begitu saja tanpa menyusun langkah dan rencana matang denga

  • Obsesi Sang Pewaris   Bab 88

    DIRAJA Diraja memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang sudah ditentukan oleh Joseph Ong. Dia yakin jika Ambar mengerti instruksinya dengan baik dan dia menunggu mobilisasi tim Darius dan Nero untuk membantunya kelak dalam menghadapi Joseph Ong nanti. Dia tiba di tempat yang diminta, sebuah rumah yang masih setengah jadi. Kanan kiri masih berupa kavling kosong. Namun dia yakin ini tempat yang benar karena ada beberapa orang preman berbadan tegap sudah berjaga di sekitar tempat tersebut. Ini berbahaya. Semoga saja pesannya tersampaikan dan tim Darius memberikan bantuan untuknya, agar dia tak mati konyol di sini menyelamatkan Michelle. Diraja turun dari mobilnya dan secepat kilat tiga orang mengelilinginya, dengan satu orang langsung mengikat tangannya dengan borgol dan menempelkan plester agar dia tak dapat berbicara. Ah, sial! Diraja benar-benar berada dalam keadaan terpojok datang ke tempat ini seorang diri. “Masuk! Bos sudah nunggu dari tadi!” ujar salah

DMCA.com Protection Status