"Nona Celia, ada kiriman paket dari kurir baru saja!" ujar Hilda sambil membawa sebuah kotak berwarna biru langit dengan pita emas.
Celia sedikit terkejut karena selama ini tak pernah memiliki pengagum rahasia. Para mantan kandidat suaminya yang dia tinggal kabur terlalu sakit hati sehingga memutus kontak dengannya. "Apa ada keterangan nama pengirim paket ini, Hilda?" tanya Celia sembari membuka simpul pita warna emas di atas kotak bingkisan itu.
Namun, Hilda menggelengkan kepalanya. Dia berkata, "Mungkin di dalam kotak ada surat untuk Anda, Nona Celia!"
Dan benar apa yang dikatakan oleh kepala pelayan itu. Celia menemukan sebuah surat tulisan tangan tegak bersambung yang rapi.
'My Dearest Celia, aku mengirimkan barang-barang pribadi yang kau tinggalkan di rumah Daniel Van Siege. Aku ikut senang mengetahui kamu sudah tiba dengan selamat di Kansas. Karena sepertinya kau belum banyak berkel
"CTAK!" Suara tongkat golf yang menghantam bola putih kecil itu terdengar nyaring. Kemudian bola tersebut melayang jauh melintasi padang rumput golf yang terawat rapi."Good job, Celia! Bola hasil pukulanmu jauh sekali nampaknya," puji Joaqin dengan wajah penuh kekaguman.Namun, Celia merasa biasa saja karena dia sering bermain golf di waktu senggang bersama beberapa teman SMA-nya dulu. Beberapa sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing, hanya dia putri konglomerat kaya tujuh turunan yang menganggur."Giliranmu, Joaqin!" ucap Celia sambil memperhatikan gaya memukul bola golf sepupu dari pihak mamanya itu."Tuk!" Bola menggelinding karena tersenggol tongkat sebelum tepat dipukul. Kemudian bola putih itu menggelinding menuruni lapangan yang berkontur tidak rata, naik turun bergelombang di padang rumput golf.Celia tertawa terbahak-bahak ketika melihat keponakan Emilia berteriak histeris mengejar bola kecil yang tak kunjung berhenti itu menggelinding ke bawah hingga tercemplung ke dalam
Pembicaraan Tuan Arnold dan Carlos Peron didengar dari balik pintu kamar perawatan pasien VIP oleh Emilia. Mereka tidak menyadari bahwa wanita licik itu telah mengetahui rencana seusai operasi cangkok ginjal nanti."Hmm ... untung saja para pengawal tua bangka itu sedang istirahat makan siang. Kalau tidak, aku tak akan mencuri dengar informasi penting ini!" geram Emilia seraya melenggang menuju ke lift. Dia mulai mereka-reka rencana untuk menikahkan paksa Celia sementara Tuan Arnold menjalani operasi besok.Rombongan Celia, Joaqin, Esme, dan Austin sudah selesai berenang di Palm Valley Sport and Spa Centre. Terpaksa Celia ikut mobil berempat lagi untuk mengunjungi papanya di rumah sakit. "Jadi berapa lama kau akan berada di Kansas, Joaqin?" tanya Esmeralda seraya menoleh dari bangku depan."Entahlah, selama Tante Emmy membutuhkan bantuanku saja sepertinya!" jawab Joaqin lugu. Dia terbiasa mengerjakan hal remeh di Baltimore karena pekerjaannya adalah office boy di sebuah gedung perkan
"Uncle Carlos, aku ingin tahu ada kisah apa di balik kebencian Esme kepadaku sedari kecil?!" tuntut Celia dengan mata berkaca-kaca. Dia bagaikan gajah bertarung dengan gajah, pelanduk mati di tengah dalam situasi ini. Justru dia yang tak bersalah terkait sengketa besar keluarga Richero yang jadi korbannya. Asisten kepercayaan Arnold Richero itu menghela napas sembari menyugar rambutnya lalu menatap iba kepada Celia. Dia pun berkata, "Celia Dear, bisakah kamu menahan sejenak rasa ingin tahu itu sampai papamu sembuh pasca operasi?""Ayolah, Uncle ... tak ada seorang pun yang tahu mengenai kisah masa lalu mama kandungku selain papa, Uncle Carlos, dan Esme, bukan? Mereka enggan memberi tahuku!" desak Celia memegangi lengan Carlos seperti anak kecil."Aku perlu bertanya terlebih dahulu kepadamu, seandainya pun kamu tahu ... apakah bisa merubah keadaan? Semua itu telah berlalu 25 tahun lampau!" kelit Carlos. Kebenaran yang terkuak akan menyeret Celia dalam pusaran konflik besar lainnya, sa
"Klik!" Suara pengunci yang tergeser terdengar pelan dan akhirnya pintu kamar tidur Celia pun terbuka. "Cepat ... gendong dia, Joaqin!" desis Emilia tak bisa bersabar lagi kepada keponakannya yang otaknya lama loading. "Ohh, okay. Langsung di bawa turun ya, Tante Emmy?" tanya Joaqin lagi yang membuat tatapan mata Emilia tajam bak sebilah pedang."Iyaa!!" jawab wanita berhati iblis itu, dongkol.Segera Joaqin mengangkat tubuh ringan Celia ke dadanya lalu membawanya keluar kamar dan menuruni tangga ke lantai bawah. Namun, mereka memang sudah terlambat beraksi sekalipun masih agak gelap."Ada apa dengan nona muda, Joaqin?" tanya Hilda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya di kediaman Richero. Karena Joaqin tak dapat menjawab pertanyaan Hilda, maka sang tante segera turun tangan. Emilia pun beralasan, "Kami akan membawanya ke rumah sakit ... ehh ... jadi Celia terserang demam tinggi. Maaf, kami terburu-buru!" Dia segera mendorong punggung Joaqin menuju ke garasi samping rumah dan m
"Hey, bangun ... bangun kau, Putri Tidur!" Emilia menepuk-nepuk kasar wajah Celia yang telah dirias cantik."Tante Emmy, jangan terlalu kasar membangunkan Celia. Kasihan dia kesakitan!" sergah Joaqin. Dia memang tak pernah memukul perempuan.Emilia bukannya mendengarkan keponakannya justru semakin keras mencubit lengan Celia. "Jangan tidur terus, Celia. Ckk ... dasar nona muda pemalas!" hardiknya galak."Ukh ... sakit! Hentikan Maa ... ada apa ini? Di mana kita? Kenapa aku memakai gaun pengantin? Serentetan pertanyaan meluncur dari bibir Celia yang dipoles lipstick merah muda glossy."Akhirnya, sadar juga kau, Celia. Pagi ini, aku ingin kau menikah dengan Joaqin. Jangan membantah maupun ingin kabur. Aku tidak segan-segan menyakitimu!" ancam Emilia masih di ruang rias.Kedua wanita perias pengantin itu mengerutkan kening tak senang melihat perlakuan Emilia ke putrinya. Merek
"TING!" Pintu lift terbuka di lantai tiga di mana ruang operasi berada. Celia melangkah keluar dari lift bersama Carlos Peron. Mereka berbincang ringan mengenai rencana mengadakan pesta penyambutan kepulangan Tuan Arnold Richero pasca operasi. Memang masih lama karena kata Dokter Jarvis untuk monitoring akurat kondisi pemulihan ginjal pasien butuh sekitar sebulan. Beliau menginginkan risiko minimal setelah transplantasi ginjal, terkadang ada efek samping yang tak terduga jikalau pasien tidak mendapat perawatan intensif tim medis di rumah sakit."Aku senang sudah tak ada lagi pernikahan yang dipaksakan kepadaku. Jujur, Uncle Carlos ... aku agak phobia dengan laki-laki. Terutama setelah bertemu yang semacam Joel Falcon dan Davidoff Van Siege, mereka diktator pemaksa!" ujar Celia di lorong menuju bangku tunggu depan ruang operasi."Celia, menikah itu saling melengkapi dengan pasangan yang kita cintai. Dengarkan kata hatimu saja. Tak ada gunanya ketakutan terhadap pernikahan. Uncle tida
"Mama, syukurlah Tuan Davidson bisa membebaskan Mama dengan jaminan!" seru Esmeralda menyambut kebebasan Emilia dari sel tahanan sementara.Kasus itu mudah saja ditangani pengacara kawakan sekelas Arthur Davidson karena memang tak ada korban jiwa maupun kerugian secara materi. Pengacara itu langsung berpamitan ke dua wanita tersebut setelah pekerjaannya selesai di kantor polisi.Emilia merasa di atas angin, dia berhasil meracuni pikiran Esmeralda dengan mengadu domba dua bersaudari beda ibu itu. Di dalam mobil yang dikemudikan sopir, Emilia berkata ke Esme, "Papamu sedang menjalani operasi cangkok ginjal saat ini. Celia itu malah sengaja berbuat ulah agar kita terlihat buruk di mata Arnold!" "Huhh, awas saja kalau aku bertemu dengan Celia. Akan kuhajar tanpa ampun dia. Anak haram dari pelakor yang mencelakakan mama kandungku itu tak boleh hidup bahagia!" geram Esmeralda penuh kedengkian. Hatinya telah teracuni semua cerita bohong karangan Emilia sedari kecil."Kita lihat saja nanti,
"Halo, aku mengerti. Ikuti mereka dulu, Louis. Aku akan meminta beberapa pihak melakukan penggerebekan di hotel!" ujar Carlos Peron. Dia berjalan menuju ke poli ICU karena Tuan Arnold Richero telah dipindahkan dari ruang operasi."Baik, Sir. Akan saya pantau terus Emilia!" jawab Louis. Dia mengendarai sepeda motor pria lalu mengikuti taksi yang membawa Emilia Pilscher menuju ke Hotel Balmont Royal Kansas.Sementara itu Esmeralda yang tadi diusir dari rumah sakit ingin mengadu kepada Austin di kantor suaminya tersebut. Dia berharap pria yang dicintainya akan menghibur kekesalannya. Akan tetapi, Esmeralda justru harus menelan pil pahit siang itu.Langkah ringannya terhenti beberapa meter dari pintu ruang presdir Ultima Exim Technology Company. Logo huruf besar UE itu terukir di kayu Ek berpelitur cokelat tua. Pintu berat tersebut tak sepenuhnya menutup rapat."Aahh ... Austin!" Desahan diikuti su
"Ini surat kaleng yang harus dikirim ke Esmeralda dan Celia. Dan apa hari ini kau jadi menyuruh anak buahmu mengutak-atik mobil Arnold?" ujar Emilia sembari menyerahkan dua amplop surat yang dia tulis tangan untuk dua anak tirinya ke John Barlow.Ekspresi wajah pria itu hanya datar saja, dia memang menuruti keinginan Emilia kali ini. Namun, enggan terlibat langsung. Surat kaleng yang diberikan wanita itu dia terima dan dimasukkan ke dalam kantong celana panjang seragam oranye penjara. "Okay. Mobil pria tua itu sangat banyak di garasinya karena dia konglomerat kaya raya. Anak buahku akan menguntitnya saat pergi ke luar rumah dan membuat rem mobil yang dipakainya blong. Cukup sekali saja ya aku menuruti maumu untuk membalas dendam selebihnya tidak!" ujar John dengan keengganan terlihat jelas di wajah serta perkataannya.Emilia agak kecewa karena tidak sesuai rencananya justru John tak mendukung pembalasan dendamnya. "Kenapa begini, John? Katamu dulu musuhku juga musuhmu!" tegurnya halu
"Di rumah sakit mana Morgan dirawat, Celia?" tanya Carlos Peron sembari membantu nona mudanya turun dari tangga private jet usai pendaratan dini hari di Bandara Washington DC.Celia memang agak mengantuk dan letih tentunya karena kurang istirahat. Pikirannya tak tenang mengetahui suaminya dirawat di IGD hingga kini belum sadarkan diri."Morgan diopname di Medstar Washington Hospital Center. Dia ditemani Chef Eugene dan Chef Thomas. Kita naik taksi saja ke sana!" jawab Celia sembari melangkah keluar dari gerbang kedatangan penumpang pesawat. Fabio dan Louis mengawalnya sambil membawakan koper milik Celia. Taksi bandara stand by 24 jam di area sekitar pintu keluar. Mereka memakai satu taksi saja meskipun Celia jadi harus duduk di bangku depan dan ketiga pria besar itu berdempetan di bangku belakang.Perjalanan yang tak terlalu jauh jaraknya itu berakhir juga pada pukul 03.00. Rumah sakit masih lengang tak banyak pengunjung dan juga tenaga medis yang bersliweran di sana. Celia menghampi
"Kau kenapa, Morgan?!" seru Elizabeth berpura-pura panik. Dia lalu berteriak meminta tolong ke pegawai bar and lounge hotel agar membantunya memapah Morgan ke lift untuk kembali ke kamarnya.Rencana Elizabeth nampaknya berjalan mulus. Mata chef tampan itu nyaris terpejam tak fokus lagi melihat sekelilingnya, badan kekarnya limbung ditopang oleh dua waiter di dalam lift."Ada apa dengan tuan ini, Nona? Apakah Anda istri atau kekasihnya?" tanya salah satu waiter bernama Ronny."Dia terlalu lelah beraktivitas dan tadi minum-minum sedikit. Aku istrinya!" jawab Elizabeth berakting begitu meyakinkan.Akhirnya, kedua waiter itu membawa Morgan ke kamar Elizabeth dan membaringkannya di atas tempat tidur. Dengan segera Elizabeth memberikan tip untuk mereka lalu berterima kasih. Dia langsung mengunci pintu kamar lalu berjingkat-jingkat menghampiri mantan kekasihnya itu. "Morgan Darling, apa kau mendengarku?" ucap Elizabeth sembari membelai wajah pria itu. Peluh Morgan bercucuran di dahinya, di
Morgan semakin merindukan Celia setelah telepon mereka berakhir. Dia menghela napas lalu mengisi daya ponsel di nakas samping tempat tidur. Masih lusa barulah dia bisa kembali ke Kansas. Pekerjaan memasak di Gedung Putih tidak bisa diwakilkan bila tidak dalam keadaan sangat terpaksa karena menyangkut reputasi bisnis jasa boga Tasty Guaranted yang dia besarkan dari nol.Malam bergulir lambat menuju pagi, alarm di handphone Morgan meraung-raung berusaha membangunkan chef tampan yang masih membenamkan wajahnya di bantal. "Huhh ... cepat sekali pagi tiba!" gumam Morgan seraya meraih benda pipih yang terus berisik memekakkan telinganya.Dia menatap angka jam di layar ponsel lalu menyeret tubuhnya ke bawah shower. Air dingin menjadi opsi terbaik agar sel-sel sarafnya dapat tersegarkan setelah terlelap semalaman.Pikiran Morgan terbagi antara pekerjaan dapur yang akan dikerjakannya di The White House dan istrinya. Dia sangat ri
"Creamy Mushroom Black Pepper Salmon with Spinach apa sudah siap?" seru Morgan di tengah dapur Gedung Putih yang hectic dengan suara alat masak berbunyi bergantian bak orchestra.Chef Eugene Botswa yang terbiasa menjadi asisten executive chef menyahut, "Ready, Chef!""Minta pelayan mengeluarkan kereta hidangan salmon setelah ini kita fokus ke dessert sebagai penutup makan malam tamu Mister President!" ujar Morgan sembari memeriksa progres Tres Leches Cake atau yang dikenal dengan nama Dulce De Tres Leches, dessert lezat berupa kue bolu ringan yang direndam dalam tiga campuran susu manis dengan topping whipcream dan stroberi segar. Kue dingin ini terkenal di Mexico dan Amerika.Aroma manis susu menguar di dalam dapur dan menerbitkan air liur bagi siapa pun yang menciumnya. Kepiawaian Morgan sebagai executive chef tak diragukan oleh kru dapurnya. Pilihan menu darinya tak pernah monoton dan selalu extraordinary
Hurricane Restoran. Papan nama berhias lampu neon terang mengelilingi tulisan berwarna merah keemasan yang menyiratkan kemewahan itu menyambut mobil-mobil para pengunjung yang berhenti menurunkan penumpang. John memarkir sendiri mobilnya dan menolak jasa vallet parking usai menurunkan Emilia Pilscher di depan pintu masuk restoran. Alasannya agak jika terjadi sesuatu tak terduga, dia dapat langsung kabur dengan mobil miliknya karena tahu di mana lokasi terparkir.Sesaat menunggu John bergabung dengannya di depan pintu restoran menyisakan ketegangan di wajah Emilia. Dari kaca pintu restoran dia melihat keluarga Richero ditemani seorang pria muda perlente duduk mengelilingi meja makan bundar. Mereka tertawa riang sembari berbincang seru.'Ahh sialan! Bagaimana bisa restoran yang dimiliki kolega John juga dipilih sebagai tempat keluarga laknat itu makan malam?!' gerutu Emilia sambil mengamati rombongan kecil itu dari depan pintu restoran.John menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya.
"Wow, Emmy kau sangat beruntung dipuja oleh sang penguasa penjara!" sanjung Anne yang melihat koleksi perawatan tubuh dan juga kosmetik yang dimiliki teman satu sel tahanannya itu.Lilly pun menimpali, "Rambutmu yang dipangkas cepak oleh Katlin Rookie juga sudah tumbuh makin panjang berkat shampo dan krim yang diberikan oleh John Barlow!"Senyuman sombong terukir di bibir Emilia Pilscher, dia memang bak seorang ratu kecil di penjara wanita Kansas City saat ini melengserkan posisi Katlin Rookie. Wanita malang sok hebat itu mengalami depresi berat akibat pembalasan dari John tempo hari karena memimpin pengeroyokan serta penganiayaan atas dirinya.Katlin kini dijauhi oleh seisi penjara wanita, terkadang senior juga membully dia seenak perut mereka. Tak ada lagi bekingan dari John Barlow yang membuat narapidana berkepala plontos itu mengangkat dagunya arogan di hadapan penghuni penjara lainnya."Aku mema
"Peter, pulanglah duluan ke rumah. Petang ini aku akan diantarkan oleh Dokter Jeffrey Norton!" titah Esmeralda kepada sopir yang menjemputnya di depan pintu keluar Richero Center Building.Dokter tampan itu memang belum tiba di tempat kerja Esmeralda, lalu lintas sore pada jam pulang kantor selalu macet. Maka Esmeralda duduk menunggu di coffee shop yang ada di lantai lobi. Dia memesan segelas Iced Caramel Machiato untuknya dan Caffe Americano untuk Dokter Jeff sembari memeriksa ponselnya.Nampaknya Celia sudah pulang dari perjalanan bulan madu panjangnya bersama Morgan sore ini, Esmeralda mendapat pesan dari papanya. Sejenak memang Esme pernah merasa tertarik dengan Morgan Bradburry. Chef itu sangat tampan dan berkharisma, wanita mana yang tidak jatuh hati. Akan tetapi, hubungannya dengan Celia semakin membaik pasca Emilia Pilscher dijatuhi vonis pidana. Esmeralda memupus rasa suka yang berlebihan di hatinya.Saat dia se
Pesawat yang membawa rombongan kecil itu kembali ke Kansas seusai liburan bulan madu Celia bersama Morgan. Penerbangan dari Asia Tenggara itu menuju Amerika Serikat menghabiskan waktu seharian."Hubby, apa kau tidak kelelahan? Sesampainya di Kansas, kamu harus segera berangkat ke Washington!" ujar Celia cemas. Dia sendiri merasakan badannya begitu letih dan mulai jetlag."Memang pasti melelahkan, tetapi aku harus menjalani pekerjaan itu, Sayang. Yang terpenting, selama kutinggalkan ke luar kota, kamu jaga diri baik-baik ya!" pesan Morgan. Dia tetap akan menempatkan pengawal menjaga Celia, tetapi istrinya juga harus berhati-hati."Iya. Aku janji akan jaga diri baik-baik selama kamu pergi bekerja. Dan tolong beri kabar sesering yang kau bisa selama berada di Washington. Aku pencemburu bila menyangkut pria yang kucintai, ada Elizabeth di sana bersamamu. Sebenarnya aku kurang suka!" Celia mengungkapkan keberatannya, te