Share

Chapter 160

Penulis: Black Eagle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah membawa ibu dan adik Andira ke rumah sakit, Martin bergegas ke kantornya dan memberitahu Fainah bahwa dia tidak akan berada di kantor sepanjang hari. Dia hanya menengok beberapa berkas penting dan menyapa beberapa karyawannya, setelah itu pergi dan bertemu Rami.

Mereka berjanji akan bertemu saat jam makan siang, tentu mereka bertemu di restoran yang menampilkan kesederhanaan namun menyajikan makanan mewah.

Mereka terlihat duduk berhadapan dengan meja yang memisahkan mereka. Mereka berdua memesan beberapa makanan yang bisa mengenyangkan perut mereka.

"Baiklah katakan tentang media yang kau maksud." Martin, duduk dengan tegas menatap Rami yang terlihat begitu rapi.

"Apa kau tidak mandi?" tanya Rami tiba-tiba membuat Martin seketika tersinggung lalu terlihat mengendus lengan juga kemejanya.

"Kau tidak bau, hanya saja pakaian dan rambut mu terlihat begitu kusut," kata Rami lagi, membuat Martin berhenti mengendus.

"Oh, ya..., Memang aku belum mandi," jawabnya sedikit ragu.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 161

    Syarif terlihat bimbang karena tidak menemukan apa-apa di pantai itu, dia mungkin melihat seseorang yang mencurigakan dan bahkan berbicara dengan orang yang mencurigakan itu, namun dia sama sekali tidak mengejarnya atau juga memperdulikannya, oh sial! Itu yang selalu dikatakan Syarif terus menerus, dan saatnya bertemu Martin, namun dengan apa? Dia tidak tahu bagaimana dia menghubungi Martin. Atau mungkin dia datang saja ke perusahaan Martin Dailuna, tentu, dia akan ke perusahaan Dailuna bagaimana tidak. Semua orang tahu perusahaan itu. Dia bergegas dengan motornya dan langsung saja menuju ke perusahaan besar Dailuna. Dan betapa kecewanya dia saat dia tidak menemukan Martin di sana. "Apa? Dia tidak berada di sini?" Syarif saat dia sampai dan bertanya pada resepsionis, seorang wanita tinggi dengan wajah yang menawan. "Iya Pak, Tuan Dailuna akhir-akhir ini tengah disibukkan beberapa hal, sehingga dia tidak sempat untuk ke kantor sepanjang hari ini," jawab resepsionis cantik itu. "Oh,

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 162

    Terlihat Syarif menunggu di kursi tunggu bersebrangan dengan kamar Andira yang pintunya tertutup. Kadang Syarif juga menatap masuk ke dalam kaca melihat-lihat gadis, ibu dan adiknya. Dia mondar-mandir di lorong rumah sakit, memainkan kadang ponselnya, mendengus kesal, dan terlihat kantuk. Di dalam sana, di dalam ruangan kamar rumah sakit dimana Andira dirawat, dia dan ibunya berbincang-bincang dan kadang menatap keluar, sebuah kaca yang menembus keluar ruangan itu. Andira dan ibunya bertanya-tanya siapa pria yang kadang menengok masuk ke dalam ruang kamar. "Kau mengenalnya?" tanya Bi Ana. "Tidak, aku belum pernah melihatnya." Andira, walau dia melihatnya sekilas saat di pantai, dia tidak bisa mengenalinya sekarang, karena penglihatannya saat di pantai buram dan samar-samar. "Apa benar kau terjatuh di tangga?" tanya ibunya, Martin telah berbohong dan Andira juga berbohong. Admiral mengangguk menatap sang ibu. "Itu tidak seperti jatuh di tangga, wajah Kakak seperti telah dipukuli

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 163

    Martin terlihat masuk ke ruang sekolah dan bertanya pada salah seorang guru yang bertugas di ruang tata usaha dimana ruangan itu adalah ruangan paling terbuka dan terdekat di area masuk ke dalam gerbang kedua. "Aku ingin bertemu dengan Nadira juga Randy, aku ayahnya," ucap Martin pada salah seorang guru muda yang saat itu tengah sibuk, dan karena dia mengenali pria yang sedang berbicara dengannya maka dia kesampingkan kesibukannya dan langsung melayani Martin dengan bantuannya. "Oh iya Pak, saya kenal dengan Anda, baiklah, Bapak tinggal tunggu di sini aku akan memanggil mereka," ucapnya dengan lembut. Martin mengangguk lalu berkata lagi, "Suruh mereka untuk membawa tas mereka, kami akan pulang lebih awal," ucap Martin lagi. Dan dibalas anggukan oleh guru muda itu. Martin lalu duduk di ruang tunggu, beberapa orang memandangnya dan beberapa orang bergunjing tenaganya. Namun saat melihat Martin mereka menyapa dengan sangat sopan dan ramah, dan Martin kadang mendengar gunjingan mereka

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 164

    "Lalu? Bagaimana keadaan Andira?" tanya Nadira tiba-tiba."Dia sudah terbangun pagi ini," jawab Martin. Dalam hati kedua anak Martin, terbersit rasa kasihan dan membuat mereka ingin melihat gadis malang itu. Randy terlihat memandang ke arah Nadira lalu memandang ayahnya. Dalam hatinya kini merasa bahwa apakah ini memang salah Andira? Apa yang terjadi padanya bukan semuanya salah Andira, ibunya juga mungkin bisa dia salahkan, seandainya ibunya tidak melakukan perselingkuhan mungkin dia masih bisa mempertahankan pernikahannya, namun juga bukan salah ibunya sepenuhnya, ayahnya juga sangat-sangat bersalah. Namun apa yang terjadi pada Andira sangat tidak adil, kenapa dia yang kini harus terluka? Itu mungkin yang sedang dipikirkan oleh Randy. Lalu keluar dari mulutnya yang berkata, "Aku ingin melihat Andira? Apa boleh?" tanya Randy dan membuat Martin terlihat menaikkan kedua alisnya. Martin tersenyum dan menjawab, "tentu, kenapa tidak?" ucap Martin, "kau Nadira?" "Baiklah, tapi sebelu

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 165

    "Apa yang kau bawa untukku?" tanya Martin seiring dengan duduk di samping Syarif. "Aku tidak membawa apa-apa," ucapnya, tentu Martin sontak membulatkan matanya dengan tatapan mengernyit pada Syarif. "Apa Maksudmu?" "Dengar, aku hanya membawa informasi padamu, hanya informasi bahwa seseorang datang padaku, dan menyuruhku untuk berhenti, tidak ikut campur denganmu," ucap Syarif. "Hanya itu?""Hanya itu? Bagaiman dengan ponsel ku?" "Aku tidak menemukannya," jawabnya yang hanya akan membuat Martin kesal. "Sial," kesalnya. Dia mendengus kesal dan menyadarkan tubuhnya pada punggung kursi. "Tapi dengar, aku baik dalam mendeskripsikan wajah seseorang, ya aku tidak sempat memotretnya, tapi kau bisa menyewa jasa seorang pelukis wajah untuk ini, mungkin kita bisa menemukannya," jelas Syarif tampak dengan wajah yang begitu serius. Martin sendiri terlihat menaikkan salah satu alisnya, dan terlihat ragu. "Tuan Dailuna, percayalah padaku, aku sangat baik menceritakan wajah...,""Ya kau sudah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 166

    Mata Syarif seketika takjub pada rumah yang begitu mewah bak istana, dengan gerbang besar, pos satpam seukuran rumah, seorang sopir pribadi, taman depan yang luas dan diisi dengan bunga-bunga dan tanaman yang terawat, sebuah bagasi mobil dengan lusa yang tidak biasa, namun kenapa hanya satu pembantu rumah? "Tunggu di sini," kata Martin. Dan duduklah Syarif di sofa ruang utama, sementara Martin berjalan naik ke atas ruang kerjanya. Syarif sendiri menatap betapa luas ruangan dengan lampu gantung yang besar, lantai mengkilat, dengan jendela kaca dan sebuah akuarium besar di sisi barat. Dengan sopan Syarif hanya menatap saja tanpa ingin melihat-lihat. Tentu dia tidak mau terlihat norak seperti tak pernah masuk ke dalam sebuah rumah mewah besar. Walaupun benar, bahwa dia tidak pernah memasuki rumah begitu besar dan mewah selayaknya rumah Martin Dialuna. Tak lama kemudian Martin datang dengan alay lukisnya, sebuah kertas, pensil dan sebagainya, apapun yang dibutuhkan untuk melukis. Dia

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 167

    "Kau mengabaikan kuliah mu? Apa yang terjadi?" tanya Julia, mantan kekasih Raisi, pada Raisi yang sedang berada di depannya. "Kita sebentar lagi akan lulus, kenapa aku harus peduli?" jawab Raisi. "Kau tidak akan lulus kalau kau terus mengabaikan tahap akhir perkuliahan kita, atau ya... Kau merasa bahwa kau adalah seorang Dailuna jadi kau mengabaikannya bukan?" Julia terdengar sedang berusaha untuk sarkas pada Raisi. "Sungguh? Sungguh kau berkata begitu? Kau menganggap aku mengabaikannya karena keluargaku lebih kaya dari orang tuamu?" Raisi yang membalas sikap sarkas Julia. Julia diam saja, dia diam dan hanya meminum jus buah yang berada di atas meja. Saat ini mereka berada di sebuah restoran. Ya, Raisi dan Julia bisa dibilang begitu dekat atau Raisi menganggap Julia sebagai bahan pelampiasan saja. Kenapa tidak, Julia sangat murah di matanya. Raisi hanya meminta maka Julia akan memberikannya. "Ayolah, Raisi, katakan apa yang membuat mu begitu sibuk akhir-akhir ini?" tanya Julia la

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Chapter 168

    "Dia tidak berada di sini Tuan, baru saja keluar bersama putrinya," kata seorang pelayan di rumah yang cukup besar itu, Martin masih menghafal alamat rumah sepupunya yang kurang ajar itu. "Putrinya? Dia memiliki seorang putri?" tanya Martin. "Putri tirinya, anak dari istri keduanya yang meninggal dalam penembakan sepuluh tahun yang lalu Tuan, sebelum dia dipenjara," jelas pelayan itu. Martin hanya menggeleng bingung, dia sama sekali tidak tahu hal ini, ya memang, karena keluarganya memilih untuk buta terhadap kasus apapun yang menimpah sepupunya Nigel. "Baiklah, bisa berikan aku nomor ponselnya?" tanya Martin. "Tentu Tuan." Dan setelah mendapatkan nomor ponsel yang dibutuhkan Martin yang sejak awal dia tidak pernah menyimpan nomor ponsel orang yang telah mencemari nama baik Dailuna itu. Martin menghubungi nomor ponselnya dan dengan sekali panggilan langsung dijawab. "Aku ingin bertemu denganmu sepupu," kata Martin sambil berjalan ke arah mobilnya dengan langkah yang begitu cepa

Bab terbaru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 317

    "Kau sudah mendapatkan, dia kan?" tanya Ibrahim yang sekarang berada di hadapan Nigel. "Cepatlah akhiri ini, Nigel. Kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau inginkan, bukan?" Ibrahim yang saat ini duduk di hadapan meja Nigel dan Nigel tampak berpikir tetapi tidak senang dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Ibrahim. "Jangan terlalu tergesa-gesa, Ibrahim. Aku tahu kau sangat ingin membunuhnya sama seperti aku ingin sekali melenyapkan dia. Tapi kita tunggu, ya tunggu." Ibrahim tidak senang dengan aoa yang dikatakan Nigel, dia berdiri dan menghentakkan kursi, "Menunggu? Astaga aku sudah sangat lama menunggu dan menantikan momen ini, aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Nigel tersenyum dan ikut berdiri, "Aku sudah katakan padamu. Kau cukup menjaga Andira dan biarkan dia merasa nyaman di sini, karena sebentar lagi dia akan berguna," kaga Nigel yang sekarang berjalan ke arah pintu. Dia membuka pintu ruangan itu dan mempersilahkan Ibrah

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 316

    "Nigel berhasil menangkap ayahmu, Raisi." Suara Litzia tenang. Sedangkan Raisi yang tampak tak berdaya itu hanya bisa menundukkan kepala. Dia lemas dan tidak tahu bagaimana dia akan merespon. "Akhirnya, dendam Nigel akan terselesaikan. Dia bisa menghabisi ayahku kapan saja. Tapi kenapa dia hanya menangkapnya?" Tatapan Raisi kini mengarah kepada Litzia yang terlihat tidak menemukan jawaban apa pun dari pertanyaan Raisi. Dia bahkan tidak tahu kenapa Nigel tidak menghabisi Martin saat ini juga. Kenapa dia harus menunggu waktu yang lama. "Entahlah, tapi untuk saat ini aku hanya mau kondisi mu lebih baik Raisi, kau harus makan sesuatu," kata Litzia yang masih menawarkan makanan untuk Raisi, "Jika tidak maka kau akan berada dalam kondisi yang buruk." "Saat ini aku bahkan jauh lebih buruk dari kematian itu sendiri, Litzia. Aku bahkan tidak tahu bagaimana rasanya makanan." Litzia lalu meraih piring itu dan berusaha untuk membuat Raisi memakan sesuatu, dia menyuapi Raisi dan tidak akan pe

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 315

    Martin terjatuh dan tidak bisa merasakan tubuhnya, apa yang baru saja dikatakan oleh Nigel adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Martin sudah kehilangan Nadira dan dia tidak bisa kehilangan anak lagi. Tubuhnya yang sudah mulai kurus itu terus dihentakkan lelah Nigel yang penuh dengan kebencian dan dendam. Yang pada akhirnya Nigel mendapatkan Martin hidup-hidup. Ini adalah sebuah kesempatan baginya. Bagi Nigel untuk memberikan penderitaan mutlak pada Martin Dailuna. Martin yang tidak berdaya diseret menuju bangunan tua yang cukup terlihat besar, dan tubuh itu langsung dijatuhkan di atas lantai yang lembab. "Bawa dia ke tempat yang seharusnya." Nigel yang terlihat berjalan pergi dan meninggalkan tubuh Martin yang setengah sadar dan tak berdaya. Dan kemudian dibawalah tubuh itu menuju ke tempat yang seharusnya, dan kemenangan Nigel sudah di depan mata. Andira, Raisi dan Martin, adalah pion untuk balas dendam Nigel. Di sisi lain ada Ibrahim yang sama sekali tidak terima Dnegan sikap

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 314

    Lalu ketika itu, Martin yang tidak berdaya dan diseret paksa oleh Nigel membuat pria ini, yang sangat tak berdaya dan seolah tak bisa apa-apa dijatuhkan ke atas rerumputan yang lembab. Dia tentu tak bisa melakukan apa pun karena tak bersenjata dan tak ada yang bisa menyelamatkan Martin sekarang, dalam benak Martin mungkin inilah saatnya dia akan tiada. Tetapi apakah Martin akan menyerah bahkan sebelum dia bertemu dengan Andira dan juga Raisi, bagaimana jika kondisi Raisi dan Andira saat ini tidak lagi naik-naik saja dan dalam masalah yang besar? Martin tentu tidak ingin semua itu terjadi apa lagi untuk kehilangan seorang anak lagi, dia tidak mau dan tidak akan membiarkan hal yang tidak senonoh itu terjadi pada keluarganya. "Lihat sekarang diri mu, Martin, kau bukan siapa-siapa lagi dan kau tidak punya apa-apa, kau bahkan tidak tahu caranya melawanku, seakan kau bukan lagi Martin Dailuna." Tawa terdengar dari bibir Nigel, dia kemudian terbahak-bahak dan tak punya belas kasihan kep

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 313

    Martin menendang senapan yang berada di tangan Nigel dan akhirnya senapan itu terjatuh di atas rerumputan basah di malam hari, dia berlari sekuat mungkin dan Nigel hanya tertawa, berpikir bahwa Martin tidak akan lolos. Senyum jahat tampak di bibirnya yang di mana saat ini, Martin berusaha keras untuk menghindari moncong senjata panas dari Nigel. Sementara itu, langkah kaki Nigel semakin cepat, dan mengikut dengan langkah kaki Martin yang berlari. Nigel menganggap bahwa pantang dilakukan oleh Martin adalah sesuatu yang sia-sia yang membuat Nigel tertawa terbahak-bahak. "Kali ini siapa yang akan menyelamatkan kau, ha, bukanlah yang telah memenjarakan aku selama ini! Martin. Aku selama ini menjadi pelindung kau, tapi apa balasan mu, ha!" Nigel membentak dan ketika Martin terjatuh, dia seolah terjatuh ke dalam sebuah memori yang pernah dialami olehnya sebelumnya, dia dikejar oleh Nigel ketika itu, saat Nigel diperintahkan oleh Mark untuk memata-matai Martin. "Aku tidak mungkin t

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 112

    Masa lalu adalah yang paling menyakitkan dan yang paling ingin dilupakan oleh Martin Tapi sayangnya orang-orang yang berada di sekitar Martin selalu mengingatkan Martin terhadap Apa yang membuat pria setengah baya ini selalu terluka. Tak ada yang bisa dilakukan Martin sekarang di hadapan moncong senapan yang dihadapkan ke arah kepala Martin dan hanya satu gerakan saja ketika jari Nigel menarik pelatuk itu maka meledak lah kepala Martin. Sementara pria ini hanya menunggu kapan Nigel akan meledakkan kepalanya dan dia akan terbebas dengan apa yang selama ini terjadi tetapi sayangnya hal yang paling diinginkan Martin saat ini adalah untuk membebaskan Raisi dan Andira. Tetapi di mana Andira saat ini? Tentu Hal itu membuat Martin merasa bingung luar biasa dan ingin segera menemukan di mana mereka berdua karena jika Martin tiada sebelum menemukan Andira dan Raisi, maka kehidupan Martin akan berakhir dalam ketidaktenangan. "Sebelum kau menarik pelatuk itu, sebaiknya kau katakan apa yang s

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 311

    "Aku tidak percaya aku bisa menemukan kau di sini, Martin Dailuna." Suara yang begitu mengagetkan, Martin yang berada di tengah hutan saat ini, di malam hari dan masih dalam perjalanan di mana dia harus menemukan bangunan tua di mana Nigel menyembunyikan Andira. Ketika Martin berbalik kemudian Martin melihat siapa yang berada di belakang Martin, yang di mana saat itu dan yang berada di belakang Martin ternyata adalah Nigel. Dengan senapan di tangan Nigel dan ditodongkan tepat ke arah kepala Martin membuat pria setengah bahaya ini langsung mengangkat kedua tangannya dan saling berhadapan dengan Nigel Dailuna. Beberapa kali Martin menelan saliva dan tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilihat oleh Martin dan siapa yang berada di hadapan pria setengah baya ini. "Sangat mengejutkan bahwa aku bisa menemukan engkau di malam hari tepat di tengah hutan ketika aku sedang ingin berburu, yang pada akhirnya buruhan ku pun aku temukan." Nigel membuat Martin merasa bahwa Martin haru

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 310

    Terjadi kekacauan antara Sarah dan Randy, di mana mereka berdua tidak ada satu pun yang bisa saling meredakan, kini hanya ada Ray yang melihat aksi Sarah dan Randy yang sekarang berlutut di lantai sambil meraih pecahan demi pecahan yang ada di atas lantai. Pecahan biola yang kini remuk dan tidak utuh lagi serta tali biola dan tak akan bisa utuh secara instan, atau mungkin dia harus membuang biola itu, Sarah langsung tersadar bahwa dia sedang melakukan sebuah kesalahan yang membuat hati Randy patah. Tentu hal ini membuat Sarah menyesal luar biasa, dia lalu dengan perlahan ikut berlutut di hadapan Randy sementara Ray hanya diam sambil menggelengkan kepala melihat aksi kakaknya itu. "Keluar." Randy bergumam dan Sarah mengabaikan ucapan Randy, dia tetap membantu Randy memungut serpihan biola itu, yang hanya membuat Randy merasa kesal dan berkata, "Aku bilang keluar dari sini!" Sebuah suara yang kini membentak dan membuat Saran terhentak. "Ibu minta maaf, sayang," kata Sarah tapi Randy

  • Nafsu Gelap Sang Majikan   Bab 309

    "Ibu hanya ingin memastikan, Randy bahwa sama sekali tidak ada masalah di sekolah lagi, agar kau bisa belajar dengan tenang, atau Ibu mungkin akan membawa kau ke sekolah lain," kata Sarah yang mengelus lembut rambut Randy tapi Randy memalingkan wajah dan tidak senang dengan jawaban sang ibu. "Itu hanya akan memperburuk masalah Ibu, jika Ibu datang ke sekolah dan memarahi anak nakal itu, maka mereka tidak akan berhenti mengganggu aku," kaya Randy dengan nada suara yang kesal. "Tapi sayang ibu hanya berusaha melakukan sesuatu yang terbaik untukmu," ucap Sarah sekali lagi tapi Randy tidak peduli, dia memalingkan wajah dan tidak senang dengan sang ibu, membuat Sarah merasa tersindir, dia sudah melakukan hal yang luar biasa untuk Randy tapi bahkan untuk saat ini Randy masih saja tidak melihat kepedulian ibunya sendiri. "Kenapa Ibu tidak bisa diam, seharusnya ibu duam saja dan tidak usah melakukan apa pun," kata Randy sambil menghentakkan tangan Sarah yang mengelus lembut rambut Randy, k

DMCA.com Protection Status