LOGIN"Do you want revenge? I can help you get revenge," He said. And in that instant, my wolf yipped. "Mate!" **** Evelyn Newmoon has had the worst luck in life. Her mother died when she was just a child leaving her at the mercy of her brutal father and step-siblings. The day she turns eighteen, she meets her mate at the scene of a car crash where he dies. For her father's selfish reasons, she is married off to Alpha Cyrus Mathers, a man renowned for his kindness and strength. But Cyrus is kind to everyone but her. He hurts her, favors his mistress over her, and has her thrown in prison the day she loses their baby. Now, Evelyn is at her lowest, tired and miserable but fate provides her a powerful second chance mate who wants to bring down Cyrus. And she will do anything to get her revenge.
View More"Buka baju kamu cepat!"
"Mas ... ini hari raya," Ucapku dengan wajah memelas. Berharap belas kasihan suamiku. Kulirik bayi kami yang masih berusia sebelah bulan. Dia sedang terlelap setelah puas menangis karena air susuku tak kunjung keluar. Suara takbir menggema di luar. Menyeru kaum muslimin merayakan kemenangan."Kamu akan dilaknat malaikat kalau berani menolak ajakan suami!" Sebuah tendangan mendarat ke punggungku. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menghela nafas panjang ketika suamiku melucuti semua pakaianku.***Setelah menuntaskan hajatnya dengan brutal, suamiku langsung memakai pakaiannya."Kamu mau kemana, Mas?""Kemana lagi? Ya ke lapangan lah! Kambingku ada tiga ekor disana."Rasa sakit hati tadi berubah menjadi secercah harapan. Akhirnya ... setelah setahun lebih aku bisa menikmati daging yang empuk lagi setelah setiap hari hanya makan tahu, tempe dan sayuran yang kupetik dari halaman belakang."Kamu berqurban, Mas?"Meski suamiku tidak mencukupiku dirumah, aku tidak bertanya-tanya alasan mengapa dia berqurban. Ini tentang agama. Dan aku tidak mau mengakhirkan agamaku demi kepentingan pribadi. Meski ... aku bahkan sangat kekurangan."Dapat bonus dari kantor. Sekalian mau pamer sama jemaah masjid. Biar mereka tahu siapa aku ini.""Yasudah aku pergi dulu!"Tanpa basa-basi suamiku pergi meninggalkan rumah kecil kami. Beruntung, dalam kondisi serba kekurangan, aku tidak tinggal di kontrakan yang membuatku harus memutar otak mengumpulkan uang untuk membayar sewa. Ini rumah peninggalan orang tuaku sebelum mereka meninggal dan menitipkanku pada suamiku yang mereka anggap 'alim' dan mampu membawaku ke surga."Sayang ... akhirnya kita bisa makan daging hari ini. Mama tidak sabar lagi ingin menyusui kamu dengan air susu melimpah." Kuusap wajah putri kecilku yang terbangun. Matanya mengerjap indah seperti bintang kejora dilangit.Suara takbir menggema diluar. Sayangnya aku tidak bisa kemana-mana. Mas Hilal tidak memberiku uang untuk membeli baju lebaran dan dia juga mengatakan jika aku keluar, maka aku hanya akan menjadi fitnah. Payudaraku yang membesar akibat menyusui akan mengundang syahwat laki-laki dan dia tidak terima jika aku menjadi bahan tatapan nafsu mereka. Demi baktiku pada suami, aku menurut.Rumahpun harus selalu dikunci. Aku tidak boleh keluar kecuali memakai pakaian rombeng yang buruk dengan jilbab dua lapis dan wajah tanpa riasan apapun. Ke kondangan, suamiku malah menyuruhku memakai helm ketika naik pelaminan untuk salaman dengan mempelai pengantin jika tidak sedang bersama dia.***Tujuh jam menunggu, sampai adzan magrib berkumandanh, barulah Mas Hilal pulang.Dengan tangan kosong."Daging Qurbannya mana, Mas?""Sudah habis. Dibagikan ke kaum dhuafa. Kasihan mereka kelaparan. Cuma momen idul adha ini mereka bisa makan enak. Itupun kalau bumbu dapurnya ada."Hatiku remuk. Harapanku hancur. Aku sudah menunggu berjam-jam. Tempe bekas kemarin bahkan tidak kusentuh demi sesuap daging."Bukannya kalau Qurban itu, pemilik daging berhak atas sepertiga bagian ya, Mas?" tanyaku hati-hati. Ingin protes keras, yang ada aku malah digampar seperti minggu lalu. Kalau aku digampar, wajahku akan babak belur dan aku akan kesulitan keluar rumah jika ada tetangga dengan wajah membiru dan babak belur."Kamu membangkang lagi ya?" pelototan tajam lagi-lagi kudapatkan, "dasar istri tidak bersyukur. Masih untung kamu masih bisa makan tiap hari. Sekarang mau minta lebih? Kamu dilaknat tahu!""Mas ... sudah setahun lebih aku mau makan daging. Bahkan daging ayam saja enam bulan sekali baru bisa aku cicipi.""Mau kuhajar lagi?""Iya, Mas. Maaf. Aku minta ampun. Sudah jadi istri yang tidak salihah buat kamu.""Bagus ... beginilah aku mendidik istriku."Mas Hilal pergi. Aroma daging bakar menguar dari tubuhnya ketika dia melewatiku. Ah, suamiku hari ini pasti pulang kerumah ibunya. Membayangkan sate daging kambing saja air liurku sudah mau menetes. Tuhan ... apakah disurga nanti aku bisa makan sepuasnya?****Suara berisik di depan rumah sehabis magrib membuatku penasaran. Mas Hilal sedang bermain dengan Syifa di kamar. Suamiku sangat senang punya anak perempuan. Dia bahkan sudah membuat banyak aturan untuk Syifa yang akan dia terapkan dimasa depan nanti. Suamiku bilang, itulah tanda sayang seorang ayah pada putrinya. Aku hanya bisa mengiyakan sebab ilmu agama suamiku, jauh lebih banyak dibanding aku.Kuintip diam-diam dengan menyibak tirai. Aku hanya menggigit bibir melihat tetangga depan rumah sedang membakar sate beramai-ramai dengan tetangga lainnya. Seorang wanita asing -mungkin tetangga lain yang tidak aku kenal- menatapku lekat. Aku langsung menutup tirai menyadari diriku kepergok mengintip orang-orang yang asik memasak daging qurban mereka.Ya tuhan ... aku hanya ingin sepotong daging. Meski itu daging qurban.Semua berjalan lancar satu jam kemudian sampai ketukan pintu depan membuat suamiku bergegas keluar."Ini buat Bu Toybah, Ustadz Hilal. Maaf, tadi saya nggak sengaja lihat istri Ustadz mengintip kami."Kata-kata lembut tetangga yang bicara pada suamiku membuatku gemetar. Benar saja, Mas Hilal langsung muncul di depanku dengan wajah sangar. Tangannya memegang raket nyamuk."Memalukan ...." Desisnya, "seorang istri Ustadz berlagak seperti pengemis. Kamu mau orang-orang itu mikir jalau kamu gak dikasih makan hah? Dimana kamu meletakkan kehormatan suami? Apa ini balasan kamu setelah aku mau menannggung semua dosa-dosa kamu?!""Ampun Mas .... Aku cuma penasaran aja. Sumpah demi Allah aku gak ada niat minta-minta." Aku bersimpuh di kaki suamiku sambil menangis. Semoga Allah berikan belas kasih dihatinya dihari raya ini."Tetap saja! Tetangga sudah memandang aku suami yang gagal. Kamu sudah mencoreng nama baikku sebagai seorang Ustadz!"Pukulan bertubi-tubi langsung dilayangkan. Tulang belakangku rasanya mau remuk ketika Mas Hilal melayangkan raket nyamuk itu kepunggungku. Tangisku bercampur tangis Syifa rupanya tidak mempan untuk membuat seorang imam rumah tangga untuk menghentikan aksinya."Aku minta ampun, Mas! Aku minta maaf! Aku khilaf, Mas! Aku khilaf!!!"Teriakanku semakin membuat Mas Hilal kalap. "Wanita brengsek pembawa sial! Kau itu cuma menumpang sama aku! Kalau kau tidak menjaga nama baikku, kubunuh kau! Halal kau kubunuh karena telah mencoreng rumah tangga kita. Kau sudah mempermalukan aku sebagai suami. Kau pikir kau itu kaum dhuafa hah? Memalukan! Hanya karena daging saja kau sampai seperti ini. Dasar tolol! Mampus saja kau!"Tangan Mas Hilal hinggap dipipiku. Membuat bunyi keras seperti tepukan tangan. Pipiku rasanya terbakar dan tulang rahang ini serasa remuk. Air mata tidak bisa lagi mengalir. Nyawaku seolah melayang dengan semakin kerasnya siksaan yang menghantam fisik ini. Dan aku masih bertahan dalam neraka ini karena pesan orang tuaku. Suamiku adalah surga setelah mereka tidak ada.Mas Hilal semakin kalap. Matanya semakin merah. Dia menjambak rambutku dan membenturkan kepalaku kedinding. Sebelum kesadaran ini hilang, satu hal yang aku rasakan dengan nyata. Perutku keroncongan karena aku menahan diri tidak makan demi menunggu daging qurban milik suamiku yang tidak kunjung datang dan tidak pernah ada.EvelynThe pain came in waves, sharp and relentless. My breathing was shallow as I clung to Gaius’s hand, his steady presence the only thing keeping me grounded. I had prepared for this moment—or at least I thought I had. But nothing could have prepared me for the overwhelming pressure, the way my body felt like it was tearing apart.“Breathe, Evelyn,” Gaius said softly, his voice calm but firm. “You’ve got this.”I nodded, though the words felt distant. Another contraction hit, and I cried out, my wolf stirring restlessly inside me.Grace entered the room, followed by the midwife, a kind but no-nonsense woman named Marion. She took one look at me and started giving instructions, her voice steady and reassuring.“You’re doing great, Evelyn,” Marion said, kneeling by the bed. “But the baby isn’t in the right position yet. It might take some time.”I groaned, my grip on Gaius’s hand tightening. “I don’t know if I can do this,” I whispered, tears streaming down my face.“Yes, you can,” G
EvelynThe ride back to the pack was quiet. Gaius sat beside me, his hand resting on my knee, a comforting weight in the stillness. I leaned my head against the window, watching the trees blur past. My mind wandered, replaying the confrontation with Roman.His words didn’t haunt me the way I thought they might. Instead, I felt a strange calm, like I’d closed the door on a part of my life that had long held me captive. I wasn’t afraid of him anymore. He couldn’t hurt me now.Gaius’s voice pulled me out of my thoughts. “You’ve been quiet,” he said softly, glancing at me.I turned to him, offering a small smile. “Just thinking.”“About Roman?” he asked, his tone careful.I nodded. “He’s bitter. Angry. But he’s nothing now. Just a shadow of what he used to be.”Gaius squeezed my knee gently. “You’re stronger than him, Evelyn. You always were.”His words warmed me, and I placed my hand over his. “Thank you,” I said softly.The pack house came into view, its familiar structure a welcome si
EvelynI stood barefoot on the sand, the turquoise waves lapping at the shore. Gaius walked up behind me, his arms circling my waist as he pulled me against his chest. “What are you thinking about?” he asked, his voice low and comforting.I smiled, leaning into him. “I was just trying to remember the last time I felt this peaceful.”He kissed the top of my head. “It’s been a long time, hasn’t it?”“It feels like a lifetime ago,” I admitted.Our honeymoon had been nothing short of magical. After everything we had been through—the battles, the loss, the constant chase of Cyrus’s shadow—this felt like a dream. We had traveled to a secluded island, a place untouched by war or worry, where the only sounds were the waves and the laughter of the locals.For the past few days, we had let ourselves forget about the rest of the world. We’d explored hidden waterfalls, hiked through lush jungles, and shared quiet meals by candlelight. It felt like we were rediscovering each other, peeling back th
EvelynThe days after the healer’s news were filled with quiet worry. At first, I thought I was just exhausted from everything we’d been through—the battles, the losses, the rebuilding. But my body felt heavier with each passing day, and the symptoms only grew worse.Gaius barely left my side, his eyes constantly flicking to me with a worry he tried to hide. But I could feel it in his touch, in the way his hand would linger on mine, or how he’d wrap an arm around me as if afraid I might disappear.“You need to rest,” he told me for the hundredth time as I sat on the couch one afternoon, my head resting against his shoulder.“I am resting,” I said, though the ache in my body made it clear that rest alone wasn’t enough.“We’re seeing the healer again,” he said firmly. “Something isn’t right.”I didn’t argue. I didn’t have the energy to.The healer, an older man with kind eyes and steady hands, greeted us warmly when we arrived. But as he examined me, his expression grew serious. He did












Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.