Selagi menunggu Dylan mandi, Atlanta duduk di hadapan komputer dengan tenang. Kedua telinga Atlanta di tutup menggunakan earphone. Mendengar rekaman suara yang Atlanta letakkan di tempat kediaman Samuel.
‘Siapa suruh kau berani bermain-main denganku, Samuel?’ Atlanta mengetuk meja kerja secara berirama. Mendengarkan dengan saksama ketika Samuel sedang menjelaskan bagian dari projeknya.
Hal ini menguntungkan bagi Atlanta karena Samuel tipe orang yang selalu berbicara sendiri ketika sedang sendirian. Tipikal anak jenius. Samuel mengatakan apa yang sedang ia lakukan secara jelas dan terperinci. Seperti sedang menerangkan kepada dirinya sendiri.
“Kira-kira berapa juta dollar yang bisa aku hasilkan dari ini?” gumam Atlanta.
Tak lagi mendengar suara keran air, Atlanta segera mematikan komputernya. Komputer Atlanta di lengkapi dengan sandi ketik dan sidik jari sehingga Dylan tak akan bisa membukanya. Lagipula Dylan tak memi
Lemparan pertama sengaja Atlanta gagalkan. Tapi Dylan tidak merasakan kekecewaan sedikitpun ketika Atlanta gagal mencoba. Dylan akan menganggap hal itu wajar karena Atlanta adalah seorang pemula.Valeria menggeleng tak percaya. Tak menyangka jika Atlanta akan berakting sejauh itu. Padahal Valeria tahu, jika dengan mata tertutup pun Atlanta bisa mengenai target titik merah dengan mudah. Memang sehebat itu kemampuan Atlanta.Lemparan kedua Atlanta sengaja mengarahkan ke titik yang masih jauh dari target meski tangannya tetap berada di bawah pengawasan Dylan. Sejak pecobaan pertama, Dylan tak melepaskan tangan Atlanta sedikit pun.“Wah? Aku melakukannya sayang!” seru Atlanta, tersenyum ceria.Dylan juga ikut tersenyum tak kalah lebih ceria dari senyuman Atlanta.Valeria menganga melihat reaksi Atlanta yang sangat berlebihan. Karakter dingin Atlanta sangat melekat pada diri Atlanta, apa lagi jika sedang bekerja. Valeria harus memberikan Atl
Atlanta tersenyum melihat suaminya sudah kembali dengan sekantung belanja yang berisi botol-botol minuman.“Terima kasih sayang,” ujar Atlanta seraya menerima botol minum yang sudah Dylan buka terlebih dahulu tutupnya.“Terima kasih Dylan.” Valeria tersenyum manis ketika menerima minuman dari tangan Dylan.Atlanta dan Valeria duduk di bangku dan membasahkan kerongkongan mereka yang terasa sangat kering. Dylan datang melihat hasil tembakan Atlanta selagi Dylan pergi membeli minuman.“Tembakanmu bagus, sayang. Apakah Valeria mengajarimu dengan baik?”Atlanta menganggukkan kepala. “Temanmu sangat hebat, dia bisa mengajariku dengan sangat baik. Sepertinya menembak lebih cocok untukku sebagai pemula dari pada harus melempar pisau.”“Terima kasih Valeria sudah mengajari istriku dengan sangat baik.” Dylan berterima kasih.Mendapatkan ucapan terjma kasih meski dirinya tak pantas mend
Tiba-tiba Dylan memeluk Atlanta dari belakang dengan sangat kencang dengan tangan kiri seolah sedang mencekik leher Atlanta. Refleks Atlanta langsung melepaskan tangan Dylan dengan cepat kemudian berputar dan mendorong Dylan dengan tendangan tinggi hingga Dylan jatuh tersungkur. Atlanta melakukannya sangat cepat sehingga Dylan baru bisa tercengang setelah terjatuh. Atlanta dan Valeria membulatkan mata dengan sempurna, terkejut atas refleks yang Atlanta berikan. ‘Aish! Siapa suruh Dylan seolah akan mencekik leherku tanpa aba-aba?’ gerutu Atlanta dalam hati. Valeria juga ikut tercengang seperti Dylan. ‘Gawat! Leona mengeluarkan refleks tenaganya.’ “Astaga, sayang? Kau baik-baik saja? Maaf, aku terkejut karena kau memegang leherku tiba-tiba.” Atlanta berlutut di sebelah Dylan dan memastikan jika tendangan yang Atlanta arahkan ke dada Dylan tidak menimbulkan hal buruk. Dylan terbatuk, tendangan yang Atlanta berikan sukse
Selesai berbincang di kamar mandi, Atlanta kembali dan melirik posisi Oliver sekilas. Oliver sedang menenggak alkohol dan melemparkan tatapan penuh arti kepada Atlanta. Menunggu Atlanta untuk mengambil barang.Atlanta berjalan dengan tenang menuju arah meja Oliver berada. Atlanta bisa tahu jika hard disk tersebut di simpan di bawah tisu makan. Oliver berdiri, mereka berdua sengaja menabrak bahu hingga Oliver kembali jatuh di kursinya.“Astaga, maafkan aku. Mafkan aku. Kau baik-baik saja?” Atlanta menunduk dan meraba-raba tubuh Oliver dengan dalih memastika jika Oliver baik-baik saja setelah di tabraknya.Saat itu pula tangan Atlanta meraih hard disk yang di tutupi oleh tisu makan.“Tidak apa-apa. Lain kali berhati-hatilah,” balas Oliver ramah.“Maafkan aku.” Atlanta tersenyum canggung kemudian pergi dari hadapan Oliver.Dylan yang hendak berdiri menghampiri Atlanta pun mengurungkan niat ketika melihat Atla
Dylan bangun setelah terlelap selama lima jam. Cukup lama. Kepala Dylan terasa pening saat bangun dari tidurnya.“Apa aku tertidur?” tanya Dylan ketika terbangun.Atlanta yang sedang duduk santai di meja bar, minum segelas jus jambu seraya membaca majalah. Pekerjaan Atlanta selesai lima belas menit yang lalu, kini Atlanta berusaha menutupi jari-jarinya yang sangat pegal.“Kau sudah bangun? Sepertinya kau sangat lelah setelah kita bermain. Kau tidur cukup lama,” sahut Atlanta.Dylan menatap jam dinding. “Aku tidur selama lima jam? Aku tidak pernah tidur siang selama itu.”“Tidak apa-apa, tidak ada yang salah dengan tidur siang lima jam. Artinya kau menikmati waktumu setelah menikah denganku,” balas Atlanta santai.“Kau mau makan apa? Aku akan menyiapkanmu makan malam.” Atlanta berdiri dan membuka pintu kulkas, mencari bahan makanan yang bisa ia masak untuk makan malam.“
“Aku menguntitmu selama dua tahun.”“Lalu kau tidak pernah menegurku? Tidak ada dirimu dalam ingatakn seorang Leona.”“Kita pernah berbicara. Aku menumpahkan es dan kau datang untuk memberikanku tisu. Kau juga pernah menyelamatkanku ketika aku hampir di tabrak mobil.”Atlanta mengerutkan dahi. Berusaha mengingat hal-hal yang Samuel singgung tapi tak sedikitpun Atlanta menemukan Samuel di dalam ingatannya terdahulu.“Kau mengarang? Aku tidak bisa menemukanmu dalam ingatanku,” balas Atlanta jujur.Tiba-tiba pintu terbuka dan muncullah sosok Dylan seraya membawa dua kantung belanja berukuran besar.“Apa yang sedang kalian lakukan?”Atlanta tersenyum mendapati kedatangan Dylan. Atlanta segera berdiri dan membantu Dylan untuk membereskan barang belanjaan.“Kami hanya berbincang ringan. Samuel bercerita jika zaman dia kuliah dulu ada seorang Dewi CTF yang melegenda di&
“Belum ada info terbaru lagi. Kemungkinan Detektif Jackson hanya di culik, atau kemungkinan terburuk adalah Detektif Jackson telah tewas di bunuh.”Dylan terdiam sesaat. “Siapa tersangka saat ini?”“Rival perusahaan Detektif Jackson. Tersangka mengarah kesana karena penyerangan pertama mengarah kebangkrutan perusahaan baja milik keluarga Detektif Jackson,” jelas Zunaira.Merasa ada yang ganjil, Dylan mengetukkan jemarinya ke atas meja secara irama. Menunjukkan dengan jelas jika ia sedang berpikir.“Kenapa kau tidak mencurigai Hilton? Bukankah yang paling di untungkan atas menghilangnya Detektif Jackson selain rival perusahaan, Hilton juga di untungkan dalam hal ini? bukti Hilton juga menghilang bersamaan dengan hilangnya Detektif Jackson.”Zunaira mengubah posisinya menjadi duduk tegak mendengar asumsi Dylan. “Hilton?” tanyanya.Dylan menganggukkan kepala. “Mata-mata Hilton ad
“Leona, aku ingin menanyakan sesuatu,” kata Valeria tiba-tiba.Atlanta mengerutkan dahi dan melirik Valeria. “Lima dollar untuk satu pertanyaan.”Valeria berdecih sinis, meski begitu Valeria menarik kursinya agar semakin dekat dengan Atlanta. “Seandainya kau masih hidup dengan nama Leona saat ini, menurutmu siapa yang akan kau pilih?”Atlanta menganga, tidak mengerti dengan pertanyaan Valeria. “Hah? Apa maksudmu?”“Kau akan memilih siapa? Samuel yang sudah menyukaimu sejak lama atau Dylan yang baru kau kenal?” tanya Valeria.Tanpa perlu pikir panjang Atlanta segera menjawab. “Tentu saja Dylan. Kenapa aku harus memilih Samuel di saat ada pilihan lebih baik yaitu Dylan? Aku beritahu, jika kau menikah kau harus mencari sosok suami yang berkepribadian mirip Dylan. Dia seorang suami yang luar biasa.”“Kau senang menikah dengannya?” tanya Valeria lagi.Atlan
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
“Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.
“Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna
“Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta