Enjoy!
-----Seluruh dugaan buruk dan kekhawatiran Liora seketika hancur mendengar permintaan izin nan sopan itu. Ia tak menyangka Gavriel benar-benar meminta izin seperti yang pernah pria itu katakan.“Bagaimana jika aku tak mau?”
Gavriel menelan saliva pelan dan kuat, lalu mata biru itu mendaki pada sinar lingkaran perak yang tengah bergetar di sana. Pertanyaan itu bukanlah sebuah pancingan, mata itu menyuarakan kebimbangan.
Usapan ibu jari Gavriel di bibir bawah Liora terhenti, pun dengan ia yang terdiam beberapa saat.
Gavrel menggigit bibir bawahnya sendiri. Menahan desakan nalurinya sebagai pria untuk tak menyergap wanita itu. Lalu, Gavriel akhirnya menarik wajah menjauh. Begitu pula dengan rengkuhan tangan yang terlepas di lengan kecil Liora.
Ia bisa saja mengeluarkan kalimat-kalimat rayuan, seakan ia mulai mencintai wanita itu hanya untuk mendapatkan ciuman manis atau bergairah, jauh lebih d
Enjoy!-----Liora keluar dari mini market dengan membawa sebungkus snack Vierra. Ia mengajak sang putri berkeliling pada area taman. Beberapa anak kecil tampak berlarian dengan ceria di antara pepohonan rindang dan rerumputan hijau.Mata bulat Vierra bersinar dan tawa menggemaskan itu beberapa kali meluncur, mendamaikan pendengaran Liora. Tangan mungil itu juga sesekali terentang ke udara ketika mencoba mengambil daun dari atas ranting yang tertiup angin.“Kau senang di sini? Kita akan menyempatkan singgah lain waktu.” Liora tersenyum merapikan rambut sang anak ketika ia baru saja duduk di salah satu kursi taman.Ia menyiapkan papan portable sebagai meja di stroller, lalu ia menuangkan snack Vierra di meja itu setelah membersihkan tangan sang anak dengan tisu basah. Bayi itu pun dengan semangat memakan camilannya sembari memperhatikan orang yang berlalu-lalang.Satu burung kecil tiba-ti
Tinggalin jejak kalian di paragraf yaa, biar si Mely makin semangat up. Ti amo.Enjoy!-----Liora dapat melihat bagaimana langkah tenang Gavriel yang menunjukkan kepastian sekaligus kekuasaan tanpa perlu pria itu mengangkat dagu. Seolah angin yang bertiup menerpa anak rambut gelap Gavriel yang bergelombang itu pun tahu, siapa pemimpin mafia terkuat di Amerika ini.Setelan jas mewah berlapis mantel serba warna gelap itu membungkus tubuh proporsional sang Don. Beberapa cincin hitam menghiasi jemari Gavriel yang sedang mengapit cerutu. Sedang mata sebiru lautan yang dalam itu mematri manik Liora, seolah meyakinkan wanita bersurai golden blonde itu bahwa hanya wanita itulah yang menjadi pusat perhatiannya selama ini.Napas Liora perlahan berubah menjadi berat dan sesak karena genderang dalam dadanya menyentak terlalu keras. Pria itu kemudian mematikan cerutu di asbak atas tempat sampah.“Aku tak
Enjoy!-----Liora masih tak bisa memercayai dirinya sendiri. Kini ia sedang menatap pantulan tubuhnya di depan cermin. Gaun satin bermodel sheath menjuntai sampai menutupi sepatu high heel-nya.Ia menghela napas berat sebelum menggelengkan kepala, lalu menyibak surai golden blonde-nya yang hari ini ia gerai dengan tatanan ikal. Pundak Liora yang hanya terlapisi tali spaghetti, kini terpampang. Kulit putihnya begitu kontras dengan keseluruhan warna hijau pada gaun tersebut. Terlebih dengan model backless yang mencapai belakang pinggang.Salah satu pelayannya telah mengabarkan bahwa Gavriel sudah menunggu di bawah. Liora lagi-lagi menemukan batinnya merutuki diri karena membiarkan mulutnya menyetujui kesepakatan Gavriel beberapa hari lalu. Andai ia tak mengambil keputusan secara emosional, mungkin ia dapat berpikir jernih seperti saat ini dan Gavriel tak akan berada di penthouse-nya seka
Enjoy!-----“Di mana pilotnya?” tanya Liora saat mereka tiba di helipad gedung, tetapi ia tak menemukan seorang pun di dalam helikopter milik Gavriel.“Kau sudah melihatnya.”Gavriel tersenyum geli dan membuat satu alis Liora terangkat, tak yakin. Tak mungkin pria itu yang mengemudikannya sendiri, bukan?Gavriel membukakan pintu cockpit untuk Liora dan membiarkan wanita itu dihantui tanya. Setelah turut membukakan pintu bagian belakang untuk Anna, Gavriel masuk ke helikopter.“Jangan menyentuh ini, Sayang.” Liora menarik tangan mungil Vierra yang mengarah pada banyaknya tombol di depan mereka.Bagi Vierra, semua ini pasti menarik, tetapi tidak bagi Liora sebagai ibu yang lebih cenderung was-was putrinya memencet tombol yang pasti tidak seharusnya.“Kemari, menghadap Mommy saja.” Liora mengubah posisi sang anak.“Cara mia
Enjoy!-----Dekorasi serba putih yang menjadi konsep utama pernikahan Adeline dan Daniel, menjadi pemandangan sepanjang mata Liora dan Gavriel di area mansion. Pria itu membawa Liora menemui kedua mempelai dan membuat Daniel sedikit terkejut melihat kedatangan kebersamaan mereka. Ada mimik geli dan ledekan di wajah Daniel yang membuat Liora heran.Namun, itu tak berlangsung lama karena orang demi orang, silih berganti menemui Gavriel dan menjabat tangan pria itu penuh rasa hormat. Gavriel justru tampak seperti sang pemilik di acara ini. Bahkan, Liora sampai mengernyit ketika beberapa dari mereka mencium punggung tangan Gavriel, seolah pria itu adalah orang suci. Percampuran bahasa Inggris dan Italia pun terasa begitu kental di telinganya sedari tadi.Liora benar-benar tak habis pikir, seorang bajingan seperti Gavriel dapat begitu dielukan. Liora sampai meminta Anna membawa Vierra pergi, karena ia sendiri pun tak nyaman berada di
Enjoy!-----Setiap denyut jantung Liora seolah denting detik hitungan mundur. Ia takut, tetapi juga ada getaran menanti yang membuat Liora merutuki diri.“Tunggu!” cegah Liora tiba-tiba dengan menarik mundur wajahnya.Mata Gavriel berlarian tanya, tetapi bibir pria itu terkatup menunggu. Liora mengembuskan napasnya dalam jumlah yang banyak, mencoba menghidupkan aliran darahnya yang terasa sudah kehilangan oksigen.“Bisakah kita berada di tempat lain? Kau juga harus menepati janjimu dan aku tak ingin menyedihkan di depan orang banyak.”Bibir Gavriel kemudian mengembangkan senyumannya yang khas. “Tentu. Cara mengulur waktu yang bagus, Cara mia. Namun, kau tak akan bisa terus menghindar,” ledek Gavriel yang tak selaras dengan nadanya yang begitu lembut.Liora memalingkan mata. Ia tahu dan ia sudah merasakan malu yang mengakar karena telah menyerahkan harga dirinya. Pr
Enjoy!-----Gavriel dengan cepat terpejam dan mengisi bibir yang ia dambakan itu dengan keras. Liora dapat merasakan tarikan napas Gavriel yang kuat, sekuat pria itu memeluknya saat ini.Bibir mereka beradu dengan kasar. Kedua tangan Liora yang semula berada di leher Gavriel, kini berlari pada sela-sela rambut gelap pria itu dan menjambaknya.Tak ada gerakan penuh kasih atau sekadar hasrat dari apa yang sedang Liora bagikan saat ini. Hanya ada kemarahan dan kekecewaan yang besar, hingga dadanya terasa sakit dan air mata yang terus menetes.Namun, Gavriel tak peduli. Entah apa pun yang sedang wanita itu rasakan, ia hanya peduli pada bibir menakjubkan seorang Liora yang sudah berulang kali membuatnya tak sabar dan menanti.Kasarnya cara bibir itu memperlakukannya justru terasa seperti sentuhan yang menggebu dan bergairah. Ia membawa tubuh Liora bangkit, tetapi ketika wanita itu ingin segera menghindar darinya,
Enjoy!----- Pergi dari hadapan Gavriel nyatanya tak memberikan kedamaian yang seperti sempat Liora rasakan sebelum mengenal pria itu. Seminggu berselang dari pertemuan mereka pun, rasa dan segala sentuhan itu masih berbekas tajam dalam diri Liora. Meskipun beberapa jam selalu berhasil membuatnya lupa karena fokus kerja yang menuntut. Batin Liora selalu memohon tanya. Mengapa harus Gavriel? Mengapa harus pria itu yang membunuh Alex? Mengapa pula tubuhnya harus bereaksi sehebat itu jika Gavriel yang menyentuhnya? “Maafkan Mommy, Sayang,” bisik Liora pada Vierra setiap kali ia teringat akan malam itu. Bahkan ketika ia meminta Grayden untuk datang ke penthouse-nya seperti biasa, pria itu tak berhasil menghapus jejak Gavriel dan Liora pun justru tak lagi menikmati percintaan mereka seperti biasanya. Betapa ia merasa begitu buruk ketika pelepasan itu ia raih setelah membayangkan Gavriel di dalam dirinya. Ia
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin