Jawaban mayoritas pada salah hahaha, tapi aku tetap publish malem ini karena seru banget baca antusiasme kalian :* Makasi yaaa. Lope u all!!
Happy Reading-----
Bulu mata lentik Liora mengerjap cepat, tak menyangka mendapati sosok pria ini ada di hadapannya. Terlebih datang ke kantor.
Pria itu semakin tersenyum lebar mendapati keterkejutan Liora. Jenis senyum kekanakan khasnya yang tengil sekaligus tampan, membuat siapa pun mudah merindukan pria itu.
“Baby!” Grayden merentangkan tangan dan langsung memeluk Liora tanpa menunggu wanita itu mendekat padanya lebih dahulu.
“Ada apa dengan wajahmu? Apakah kau baru saja mengalami hari yang buruk?” tanya Grayden di rambut Liora sebelum menyematkan kecupan sayang.
Liora menjatuhkan tasnya. Kedua tangan itu langsung melingkar ke punggung Grayden. Air matanya kembali luruh dengan dirinya yang terpejam.
Kedatangan Grayden terasa begi
Happy Reading-----Waktu seolah terhenti tiba-tiba. Lantai yang Gavriel pijak pun terasa berguncang di bawah kakinya karena mendengar seluruh perkataan Liora.Ia tak pernah membayangkan secuil pun hari di mana Liora tak lagi ingin melihatnya seperti saat ini. Tatapan itu, perkataan itu.Cara Liora memandangnya begitu dingin menghunjam. Seperti sudah tidak ada lagi cinta yang tersisa, hanya ada benci dan kekecewaan.Tidak, tidak. Ia tak bisa menerimanya. Bahkan untuk sekadar menjadi mimpi buruk.“Demi Tuhan, aku tak bercinta dengannya!” seru Gavriel cepat. Ia tak bisa memikirkan apa pun lagi selain harus mendapatkan Liora kembali di sisinya.“Terserah apa katamu.”Liora langsung masuk ke mobil dan menutup pintu dengan cepat. Pandangan Gavriel meradang, lalu beralih pada Grayden. Keduanya bertatapan tajam. Grayden tak bisa lagi bersikap biasa, sementara ia kini telah mengetahui pokok permas
Happy Reading----- “Kabarkan padaku jika kau membutuhkan sesuatu,” kata Liora pada Anna. Gendongan Vierra segera beralih pada Liora yang pagi ini sudah rapi mengenakan midi dress formal untuk bekerja. “Baik, Nyonya. Maafkan saya.” Anna menunduk segan dengan kecemasan yang tak bisa hilang di wajahnya. Sejak kemarin adiknya yang berada di Inggris tak bisa dihubung, hingga sampai pagi ini. Monica—adik Anna, bukanlah tipe orang yang sulit dihubungi seperti itu karena Monica tahu kakaknya perlu mengetahui kabar ia dan ibu mereka di Inggris, terlebih jika mengingat kondisi ibu mereka yang hanya bisa berbaring di ranjang dan keluar masuk rumah sakit. Hari ini Liora langsung membebaskan tugas pada Anna, agar gadis itu dapat lebih banyak mencari tahu kabar tentang Monica. Apalagi jika Monica tak di rumah hingga pagi ini, itu berarti ibu gadis itu seorang diri di rumah sejak kemarin. “Tak apa. Aku mengerti.” Liora menepuk s
Happy Reading----- “Ya. Semua baik-baik saja,” lirik Liora tajam pada Gavriel sebelum kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan parkiran basement. Hunter dan Gavriel sempat bersitatap beberapa saat sebelum keduanya sama-sama berbalik badan. Gavriel masuk ke mobil, sementara Hunter menyusul Liora. “Biar aku bantu bawakan,” tawar Hunter kala melihat tas bayi yang Liora bawa bersamaan dengan tas kerja wanita itu. Liora memberikan tas itu, sementara Vierra memeluk leher sang ibu dengan arah pandangan pada Gavriel. Wajah bayi itu muram sembari menempelkan pipinya di pundak Liora. Gavriel membuang napas melihat cara pandang bayi tersebut. “Kau benar-benar sudah semakin menyayangi bayi itu, Gav?” gumam Gavriel tak tega. Namun, kemudian ia menggeleng frustrasi. Ia menyalakan kembali mesin mobil dan meninggalkan kantor Liora. “Selamat untuk kemenangan kasus yang kalian tangani,” kata Liora datar dengan sedi
Happy Reading----- Dexter menghela napas ketika panggilan teleponnya dengan sang putri berakhir. Ia sadar betul bahwa dirinya baru saja meminta Liora menghubungi Gavriel, lelaki yang telah menyakiti putrinya. Mata Dexter mengarah pada layar laptop yang menampilkan CCTV Ristorante di Gloria. Ia sudah memeriksa durasi tiap detik di CCTV itu tak terpotong sedikit pun, tak ada tanda-tanda pula kamera yang sempat dimatikan atau dimanipulasi. Ia menimbang pikiran beberapa saat sebelum akhirnya meraih ponsel kembali dan mencari nama Grayden. Ia tak mungkin memberitahukan informasi yang didapatkannya langsung pada Liora. Seperti permintaan sang istri, ia harus terlihat tak ikut campur. Sementara itu, Liora yang tengah menimbang saran dari ayahnya, akhirnya memilih menurut dan menghubungi Gavriel. Ia harus mengesampingkan urusan pribadinya dengan pria itu, karena ada hal yang lebih penting untuk ia prioritaskan saat ini. Di
Happy Reading----- Gavriel setengah berlari memasuki lobi Quinton Resource Corp. Menekan tombol lift dengan tak sabaran dan bergegas ketika pintu lift akhirnya terbuka. Ia tak peduli perihal tato yang menjadi tujuan Liora menghubunginya. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanya Liora menghubungi ia lebih dahulu dan membutuhnya setelah mengatakan tak ingin melihatnya lagi. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk dapat berbaikan dengan kekasihnya. Ia akan membantu apa pun yang Liora butuhkan dan membuat dirinya terus terlibat agar selalu ada waktu untuk membujuk wanita itu. Langkah lebar Gavriel kemudian segera menyusuri koridor lantai ruangan Liora, di depan sana Lizzi—sekretaris Liora tampak langsung berdiri kala menyadari kedatangannya. “Silakan, Sir. Anda telah ditunggu.” Lizzi mengangguk hormat. Gavriel mengangguk sekilas. “Apakah Anda ingin saya mengantar minuman tertentu?” “
Happy Reading----- Liora terengah cepat, seperti debar jantungnya yang berpacu melihat tekad berbahaya seorang Gavriel. Liora mengigit bibirnya melihat wajah kemerahan Gavriel dan tatapan tajam itu. Gavriel seolah memang terlahir untuk seseksi ini, terlebih ketika terbakar hasrat. Ia yakin tak akan ada wanita yang sanggup menghindar untuk tak segera menyerahkan diri ketika dihadapkan dengan tatapan penuh cinta sekaligus gairah sebesar seperti ini. Namun, Liora kemudian teringat pada maksud awalnya meminta Gavriel kemari. Tubuh Liora langsung menegak di tengah kondisi berbaringnya. Ia membingkai wajah pria itu. “Gavriel, ada yang harus kita bahas—” “Itu bisa menunggu,” potong Gavriel cepat seraya mengunci bibir Liora dengan mulutnya. “Tapi—” “Aku sudah menunggu terlalu lama, Cara mia.” Gavriel benar-benar tak memberi Liora kesempatan untuk mengucapkan apa pun ketika Liora dilumpuhkan
Happy Reading----- Gavriel bergeming, pria itu menelan saliva dengan pahit dan berpaling untuk mengenakan jasnya. Melihat respon tersebut, Liora langsung melangkah mundur dengan tatapan nanar. “Ya Tuhan.” Liora mengusap wajah tak percaya. Gavriel berbalik, memegang kedua lengan Liora. “Aku akan membawa gadis itu kembali. Katakan pada Anna bahwa ia tak perlu khawatir lagi. Nanti malam aku akan ke tempatmu untuk bertemu dengannya dan meminta maaf,” kata Gavriel tenang dengan suaranya yang lembut. “Itu saja?” Mata Liora membulat tak percaya dengan gaya tenang kekasihnya tersebut. Dengan segera, Liora menyentak tangan Gavriel dan menjauh. “Liora jangan seperti ini lagi. Kita baru saja berbaikan,” protes Gravriel tertahan, meski kekesalan mencoba merangkak mengaliri darahnya. Ia benci Liora menarik diri darinya seperti sekarang. “Lalu apa yang kau harapkan? Berterima kasih padamu?” Sorot perak Liora menyipit.
Happy Reading-----“T-tuan—”Tubuh Anna seketika lemas saat sore itu Gavriel mendatangi babysitter Liora tersebut. Gavriel secara terus terang meminta maaf dan sebagai gantinya memberikan jaminan kehidupan dari segi keamanan maupun finansial serta akomodasi untuk pulang ke Inggris menemui Monica menggunakan private jet miliknya.“Tak semua bisa disembuhkan dengan materi, Gavriel,” kata Liora setelah membawa Anna pergi dari hadapan Gavriel untuk membantu wanita itu menenangkan diri.“Ia masih dalam fase syok. Ia belum dapat berpikir jernih. Nanti ia akan mengerti betapa berharganya jaminan yang aku berikan. Aku tak sembarangan menawarkan seperti itu pada orang lain. Kabarkan padaku kapan wanita itu ingin ke Inggris, aku akan siapkan private jet-nya,” kata Gavriel dingin seraya beranjak dari duduknya dan mengancingkan jas.“Apakah ini dirimu yang sesungg