Kamu, manis kaya brownies.
-Gavin-
"Kanan, kanan ... kiri, woy kiri. Majuan dikit!" Suara Michael memekakkan telinga.
"Maju-maju, lo kira kang parkir." Remi yang geregetan dari tadi lantas memukulkan gulungan buku ke kepala Michael.
"Shit!" umpat Michael, memegang kepalanya. Lalu melemparkan tatapan sengit ke arah pelakunya. "Rembo bin tuk Dalang! Kampret lo, sakit woy! Parah lo, gak kira-kira mukul kepala gue. Ini kepala bukan batok kelapa, tiap tahun dizakatin sama emak babe gue, tapi tiap hari disakitin mulu sama lo!" cerocos Michael panjang lebar sampai tak berjeda, ia tak terima dipukul.
Remi berdecak. "Lebay lo, cuma kena timpuk doang.
Rika tersenyum licik, ia menghampiri Tiara yang sedang istirahat setelah selesai latihancheers."Hai, Kak," sapa Rika sok ramah dengan senyuman khas yang justru terlihat menyebalkan."Iya, ada apa?" Tiara menoleh."Aku mau kasih lihat sesuatu ke Kakak." Rika menunjukkan rekaman video di layar ponselnya.Tiara tertegun, matanya tak berkedip saat melihat rekaman video itu. Dadanya terasa sesak, seperti ada batu besar yang mengganjal aliran napasnya."Kayanya mereka emang beneran pacaran deh Kak." Rika mulai beraksi, mengompori Tiara dengan mulut berbisanya. "Sok mesra banget gak si Kak? Iuh banget, pake acara suap-suapan di kelas. Padahal nih ya, menuru
Mata Reya perlahan terbuka, pandangannya masih mengabur. Namun ketika melihat bayangan hitam, seketika Reya berteriak dengan suara delapan oktafnya."HUAAA ...GHOSTFACE!!"Teriakan Reya sontak membuat orang-orang yang awalnya mengerumuninya, berjengit mundur karena kaget. Suara Reya membuat gendang telinga mereka berdengung, saking merdunya.Merusak dunia!!!Reya menutup wajahnya dengan bantal sofa, deru napasnya memburu. Ketakutan masih menyergap."Woy, kentang!" Gavin mengambil bantalnya, menyentil kening Reya."Gavin!!" Mata Reya terbuka lebar."Iya, ini gue bukan
Rere menyikut lengan Tiara. "Gebetan lo tuh," katanya, mengedikkan dagunya ke arah pinggir lapangan.Tiara refleks menoleh, tertegun saat melihat Gavin menghampiri Reya yang sedang duduk di tepi lapangan. Tiara memperhatikan setiap interaksi yang dilakukan Gavin, bibirnya kelu, padahal dalam hati rasanya Tiara ingin mengumpat ketika Gavin menggenggam tangan Reya lalu menariknya pergi."Gak dikejar?" Suara Rere mengembalikan kesadaran Tiara, ia menoleh. "Katanya lo mau belajar kelompok." Rere menaikan sebelah alisnya. "Buruan gih kejar, ntar gatot lagi kalau Gavin pulang."Benar, beberapa kali Tiara merencanakan untuk belajar kelompok bareng Gavin, tapi selalu berakhir gagal. Kali ini Tiara harus bergerak cepat, ia tidak mau rencananya kembali gagal total.
Gas terus, pepet terus, pantang mundur!Tarik sis ...semongko!!Kita, selalu menjadi korban fitnah di cerita orang lain.-ReyanaStronghold-Dua puluh menit menuju bel istirahat, kelas Reya tampak senyap. Wajah-wajah kuyu semakin lusuh ketika melihat sepuluh soal matematika terpampang di papan tulis, membuat para siswa frustasi."Si botak punya masalah hidup apa si?" bisik Michael, tak habis pikir."Beban hidupnya kayanya berat bro, lihat aja kepalanya am
Mungkin kita tidak bisa merubah masa lalu, tapi kita masih punya kesempatan untuk merubah masa depan.-Reyana-Masa lalu biarlah masa laluJangan kau ungkit jangan ingatkan akuMasa lalu biarlah masa laluSungguh hatiku tetap cemburu.Tarik sis ...semongko!!!"Lima jenis manusia purba." Reya bergumam membaca buku sejarah. "Antara lain,ArdipithecusRamidus,AustralopithecusAfricanus,Sinanthro
Tuhan, jika dia jodohku maka dekatkanlah.Jika dia bukan jodohku, maka jodohkanlah.Jika dia jodoh orang lain, gue tikung di sepertiga malam.-Bucingaris Keras-Jodoh itu di tangan Tuhan, makanya sekarang masih jomblo, gak berani ngambil.-Reyana-Dag-dig-dug, detak jantungkuSer-ser-ser-ser-ser, bunyi darahku
Tampang cantik, jiwa bar-barHobi cari ribut karenagabut.Gue, no debat.-Reyana-Reya membasuh wajahnya dengan air, mengembuskan napas kasar saat menatap pantulan diri di cermin. Dadanya masih bergemuruh, jantungnya berdetak cepat seperti bom yang siap akan meledak. Reya menangkup kedua pipinya, merasakan panas yang menjalar ke suluruh tubuh."Gila, gue tadi beneran cium Gavin, guru-guru lihat gak ya? Kalau diaduin ke papa sama mama, bisa mampus gue," gumam Reya, mengontrol deru napasnya yang memburu.Bunyi ponselnya mengalihkan perhatian Reya, ia mengambil ponsel di saku baju,
"Usahaadalah besarnya energi untuk merubah posisi yang diberikan gaya pada benda atau objek.""Re.""Besaran usaha dinotasikan W dengan rumus, W= F*x. W= usaha, F= gaya dan x= jarak———""Reya!" Suara lantang Gavin menyentak Reya, refleks iya menoleh."Ya?" Mata Reya berkedip-kedip, tampak jelas raut wajah terkejut dan bingung."Lo gak mau turun?" Sudah lima menit yang lalu mobil Gavin berhenti, namun Reya tak kunjung turun dan fokus dengan hafalannya."Eh, udah sampai ya?" Reya menatap keluar mobil. "Sori gue gugup banget, takut gak hafal," kata Reya, melepas sabuk pengaman.
Tak cukup kata-kata untuk menunjukkan seberapa sempurnanya kuasa takdir mempertemukan seseorang. Mereka yang berbeda, namun mampu saling melengkapi satu sama lain. Percayalah, dibalik sakitnya putus cinta ada seseorang terbaik yang Allah siapkan sebagai penggantinya.-ButiranRinso-Waktu cepat bergulir, sudah dua minggu Reya menghabiskan waktu di rumah sakit. Akibat kepalanya yang bocor dan harus dijahit sebanyak tiga kali. Harusnya waktu pembagian rapor Reya naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan dari kepala sekolah, atas pencapaiannya karena berhasil mendapat peringkat pertama di kelas.Namun karena perbuatan Selin dan Rika yang sengaja memukul kepala Reya dengan tongkatbaseball&n
Ketika kamumencitaiseseorang, tanamkan rasa cintanya dalam hati, sebutkan namanyadisetiapdoa yang kau panjatkan.-Reyana-Reya terbangun, napasnya memburu dengan keringat bercucuran di dahi. Reya seperti orang bingung, matanya bergerak liar memandang sekitar."Reya, syukurlah kamu sudah bangun." Ana hendak memeluknya, namun Reya tiba-tiba menepis. "Ada apa Re?""Gavin, mana Ma?" tanya Reya. Matanya jelalatan ke mana-mana."Gavin?""Iya, Gavin. Aku harus cari Gavin. Dia dalam
Lelah menunggu, Reya memutuskan untuk pulang. Ia berdiri di depan gerbang menunggu taksionlinepesanannya datang. Reya masih berusaha menghubungi nomor Gavin, meski hasilnya tetap sama————berakhir dengan suara mba-mba operator yang menyambut."Mba Reya?"Reya mengalihkan perhatiannya ketika sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca depan terbuka, menampilkan seorang mas-mas yang menoleh ke arahnya."Ya?""Sesuai aplikasi Kak?" Orang itu merubah panggilannya saat melihat Reya masih menggunakan seragam abu-abunya.Reya mengangguk, menyadari taksi pesanannya ternyata. Ia sudah akan membuka pintu mobil, namun suara teriakan Remi mengurungkan niat
Bukan sekedar cinta monyet, tapi cinta suci pangeran kodok untuk putri kentang.-Gavin-Harga diri seorang laki-laki itu wanita yang paling dicintainya. Mereka siap pasang badan buat mempertahankan harga dirinya, apapun konsekuensinya."Gavin?" Reya memicingkan matanya saat melihat Gavin keluar dari gerbang, menghampiri Galang. "Mau ngapain dia?" Rasa penasaran mendorong Reya untuk melangkah keluar, namun tepukan di pundak mengejutkan Reya. Refleks ia memutar tubuhnya ke belakang."Papa!" Mata Reya melotot melihat papanya berdiri di belakang. "Papa ngapain?""Harusnya papa yang tanya, kamu ngapain di sini? Sudah malam kenapa masih ke
Reya menghela napas untuk yang kesekian kali, menatap miris wajah Ricky yang penuh lebam. Sudut bibirnya juga robek, belum lagi pelipisnya yang berdarah.Reya begitu telaten mengobati wajah Ricky, memberikan obat merah dan salep lalu menempelkan plaster di pelipis Ricky. Keduanya membisu beberapa saat, hingga akhirnya suara Ricky memecah keheningan di dalam UKS."Maaf."Reya mengernyit, menurunkan tangannya dari wajah Ricky. Kemudian menatap Ricky dengan ekspresi datar."Maafin gue," ulang Ricky, kepalanya tertunduk tak berani menatap Reya. "Lo bener, harusnya gue gak nyalahin semuanya ke lo. Harusnya gue juga gak balas dendam ke lo yang sama-sama jadi korbannya Sam. Maaf. Gue salah. Maaf———" Ricky terkesiap ketika R
Bukannya tidak mau bertahan, hanya saja memang tidak pantas untuk dipertahankan.-Reyana-Bunga layu ketika tidak dirawat dengan benar, tapi akan mekar saat dirawat dengan benar.Sama halnya dengan sebuah hubungan, semua akan terasa indah ketika menjalaninya dengan orang yang tepat dan akan berbanding terbalik saat menjalaninya dengan orang yang salah.🌺🌺🌺🌺Sepanjang perjalanan pulang, Gavin sama sekali tak bersuara. Matanya terus menatap ke depan dan bibirnya terkunci rapat, namun deru napasnya terdengar memburu.
Karma itu nyata, cepat atau lambat akan membunuhmu secara perlahan.-Reyana-Ketika seseorang merasa dirinya di atas angin, padahal masih ada awan dan langit yang lebih tinggi darinya."Kadal arab!""Buaya buntung!""Monyet Australi!""Tikus Zimbabwe!!"Entah sudah berapa nama binatang yang Reya absen, bibirnya terus komat-kamit. Seandainya Reya tahu mantra ajian santet, pasti sudah Reya bacakan saat ini juga. Atau paling tidak doa pengusir seta
Seperti minggu biasanya, Galang dan teman-temannya pergi ke mall. Sekedar cuci mata atau nongkrong di salah satu kafe langganan.Galang yang awalnya mau ke toilet mengurungkan niatnya saat melihat siluet cewek yang cukup familiar, Cewek yang tengah diincarnya. Ia memilih berdiri di samping pintu toilet wanita, menunggu cewek tadi keluar.Bunyi notifikasi mengalihkan perhatian Galang, ia membuka pesan dari temannya yang menanyakan keberadaannya. Galang segera mengetikkan balasan, memberitahu mereka jika dirinya terpaksa harus pergi lebih dulu karena ada urusan. Setelah itu kembali memasukkan ponselnya ke saku.Cukup lama menunggu, Galang mulai bosan. Sedari tadi ia hanya berdiri sembari memainkan permen karet di mulutnya. Hingga suara langkah kaki menginterupsi, Galang menoleh, senyumny
Pelajaran pertama hari ini olahraga, Gavin sudah bersiap akan keluar kelas mengikuti teman-temannya yang sudah keluar lebih dulu menuju lapangan. Namun langkahnya sempat terhenti saat matanya bersitubruk dengan tatapan mata Tiara yang tertuju padanya.Tapi Tiara lebih dulu memutus kontak mata, kemudian melengos berjalan keluar kelas."Kenapa dia?" Suara Alvaro menyadarkan Gavin dari keterdiaman.Gavin menoleh, mengedikkan bahu karena ia sendiri juga bingung. Apa mungkin Tiara marah karena ditolak kemarin? Seandainya iya, harusnya Tiara tahu kalau itu sudah jadi resiko ketika dirinya nekad menembak Gavin."Ya udah biarin, lagi PMS kali." Alvaro merangkul bahu Gavin. "Ayo."Sepanjang p