Author POV
Tok..
Tok..
"Ly.. Sarapan dulu.." Suara Ted terdengar di luar pintu, membangunkan Lylia yang sedang pulas tertidur.
Tok.. Tok.
Author POVBrak!!Lylia membanting pintu kamar yang memang ditujukan khusus untuk dirinya saat ia hendak ingin segera berangkat menuju ke kantor Dante. Namun begitu ia ingin membuka pintu utama, ia mendengar suara yang samar-samar terdengar seperti orang yang menjerit dari dalam kamar Kakaknya. Meskipun dia sangat membenci perubahan Kakaknya yang mendadak suka mengaturnya, ia masih menyimpan rasa sayang terhadap Taylor yang selalu merawatnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang sedari kecil. Khawatir kalau
Dante POVTampak gadis kecilku sedang melenggang masuk berjalan dengan sangat cepat mendekati meja kantorku dengan mukanya yang cemberut setelah Kai membukakan pintu kantorku atas izinku. Aku segera memundurkan kursiku dan menerima kehadirannya yang sepertinya sedang membutuhkan sebuah pelukan. Gadisku dengan manjanya segera terduduk di pangkuanku dan memeluk leherku dengan sangat erat. Dengan senang hati, tanganku membalas pelukannya dan menepuk-nepuk punggungnya perlahan untuk menenangkanmoodnya yang tampak sangat kacau.
Lylia POV"Jadi begitulah, terima kasih atas saranmu. Sekarang aku sudah tinggal bersama dengan Kakakku, Tuan Ronan." Ucapku pada Ronan yang sedang terduduk di kursi andalannya dekat dengan mesin kopiku."Awal yang bagus, semoga kalian bisa terus berbaikan." Balas Ronan yang terus menyesapi kopi buatanku.Aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. Baiklah, s
Author POV"Jadi begitulah Kak, alasan kenapa kami bisa bekerja di sini." Terang Sheena pada Ted saat Lylia berlari meninggalkan mereka."Aku tidak tau alasan apa sampai Kakak sekeluarga ninggalin dia sendirian menanggung beban. Tapi berkat kerja kerasnya, dia berhasil bangkit dari keterpurukannya sendiri. Jadi jangan terlalu keras sama Lylia ya Kak. Kasihan." Ucap Sheena memberikan segelas air pada Ted.
Author POVPintu utama kamar hotel Ted terbuka ketika ia selesai menekan tombolpassword . Ted berjalan masuk terlebih dahulu, disusul dengan Lylia yang segera mengambil sesuatu dari dalam kamarnya. Ted terduduk di sofa ruang tamu dan menyalakantelevisikarena denging di kepalanya cukup mengganggunya ketika suasana hening menyambunya. Ia mengadahkan kepalanya dan mengingat kembali rasa sakit yang Dante salurkan di rahangnya yang sepertinya sedikit bergeser ini.Lylia keluar d
Author POVLylia terbangun dari mimpi indahnya semalam. Dengan matanya sangat berat ia memaksakan diri untuk melihat sekelilingnya yang tampak tidak terlau asing ini. Benar saja, meihat dari interior kamar saat ini, ia yakin sedang tertidur di kamar Ted. Lylia terduduk seketika saat Ted membuka pintu kamarnya dengan sangat hati-hati."Oh? Sudah bangun? Kukira kau masih tidur." Ucapnya melihat Adiknya yang sedang duduk dengan wajah yang kebingungan."Kenapa-" Ucap Lylia yang segera menghentikan ucapannya karena tenggorokannya tersasa dangat kering dan menyiksanya.Ted yang melihat Adiknya sedang menyentuh tenggorokannya segera berjalan mendekat dengan sarapan dan segelas air air hangat yang ia bawa sedari tadi."Minum dulu..." Ucapnya kemudian memberikan segelas air pada Adiknya dan menyimpan sarapan paginya di nakas samping Lylia duduk.Lylia menuruti perintah Kakaknya. Ted ikut duduk di hadapan Adiknya dan melihat
⚠️this scene is going to be 18+⚠️Author POV"Daddy?" Sapa Lylia saat melangkah masuk ke dalam kantor Dante.Dante sedang tidak berada di meja kantornya seperti biasa. Lylia mengedarkan seluruh pandangannya ke dalam ruangan mencari sosok Daddynya, hingga ia masuk ke kamar yang memang menjadi tempat Daddynya beristirahat."Daddy!" Pekik Lylia yang segera berlari saat mendapati Dante sedang terkapar di kasurnya, masih lengkap dengan jas yang masih menempel di badannya. "Ada apa?" Tambahnya.
Lylia POV "APA?! MASA SIH?!!" Pekik Sheena saat kuceritakan semua yang terjadi tadi malam. "Shhhhttt! Diem Shen! Bisa gak sih nggak berisik gini." Aku membungkam mulut Sheena yang masih menganga itu. Sheena paham kemudian ikut melirik ke orang di sekitar kami yang mulai menatap kami risih.