⚠️be wise⚠️
⚠️this scene's going to be 18+⚠️Nicholas POVMalam menjelang ketika Mom menyambut kedatangan Marie dan Ayahnya di kamarku. Kondisiku sebenarnya baik-baik saja, dokter sudah memperbolehkanku pulang. Namun karena tidak ingin jauh dari Lylia aku memaksa dokter untuk tetap membiarkanku dirawat di rumah sakit dengan alasan mempermudah terapi penyembuhanku. Wajah Mom sangat gembira saat berbincang dengan Marie. Timbul sedikit perasaan cemburu di hati kecilku, kenapa Mom tidak bisa bersikap seramah itu pada Lylia? Seandainya bisa, mungkin saat ini aku sudah berpacaran dengannya."Hai Nicholas. Ini buah buahannya. Bagaimana terapinya? Apa berjalan lancar?" Marie berjalan mendekatiku dan menyimpan keranjang buahnya di nakas samping tempat tidurku."Thank's. Semua baik-baik saja."Jawabku singkat."Di mana Diana, Mr. Cross? Aku sudah lama tidak ngobrol dengannya. Terakhir bertemu dengannya waktu acara ulang tahun mantan suamiku kemarin." Mom menuangkan sedikplease! ini cerita 18+ ya. mohon kebijakan para pembaca semuanya. semoga menikmati cerita dan konfliknya^^
Author POV Saat Alicia berlari kecil meninggalkan kamar Nicholas, ia mengarah ke lift dan menekan tombol ke lantai atas. Begitu pintu liftterbuka ia segera berjalan masuk diikuti Ronan di belakangnya. Di dalam liftyang bergerak naik ke lantai paling atas itu mereka berdua hanya diam tak bersuara sama sekali. Ronan sesekali melirik Alicia yang masih tampak kesal. Begitu pintu liftterbuka, Alicia berjalan naik ke roof top dan berdiri menikmati hembusan angin malam yang menyapa mereka. Ronan berjalan mendekatinya, ia membuka jas yang di pakainya dan memakaikannya pada tubuh Alicia yang hanya menggunakandress. "Terima kasih, Mr. Cross." Ucap Alicia membenarkan posisi jas itu di tubuhnya. "Pleasejust call me Ronan, Alic
Dante POV"Kak Nico tumben nggak datang, Daddy? Biasanya kan dia main jam segini..." Tanya gadisku yang sedang terduduk di sebelahku menikmati potongan apel yang sedang di kupas oleh Harley."Hm? Ada apa? Apa kamu kangen?" Tanyaku kemudian merentangkan lenganku memanggilnya.Gadisku yang paham akan keinginanku segera terbangun dan duduk di pangkuanku. Aku memeluk tubuhnya yang kecil."Tidak biasanya, Daddy. Apa terjadi sesuatu selama persidangan tadi?" Ia memakan apelnya di pangkuanku."Nothing Baby Girl. Everything’s fine." Balasku mengusap rambut pendeknya."Hm..." Gumamnya hanya menggumam menikmati apelnya di dadaku.Aku terus mengusap rambutnya dalam diam. Harley berjalan meninggalkan kami berdua setelah tugasnya selesai. Malam ini memang aku meningkatkan pengawalan di sekitar rumah sakit, mengingat musuh bebuyutanku dan keturunannya sedang berada di kamar Nico bersama dengan mantan istriku. Lylia terus men
Dante POV ENDDante mengecup bibir gadisku, aku terperanjak dibuatnya. Dari tempatku berdiri aku bisa melihat apa yang saja ia lakukan pada gadis manisku yang sedang tidak berdaya karena sedang di buai oleh mimpi indahnya. Apa yang sebenarnya dilakukannya?! Dia semakin memperdalam ciumannya dan aku bisa melihat ia mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulut Lylia dan mempermainkannya perlahan. Suara kecapan dan lenguhan keluar dari peraduan kedua bibir mereka."Son, biarkan dia tertidur." Ucapku menahan rasa panas di dadaku yang ingin meledak karena melihat tindakan nekat anakku sendiri.Nico terus memperdalam ciumannya bahkan mulai membuka kancing baju pasien gadisku. Lylia mulai mengernyitkan dahinya saat kepala Nico mulai menyusuri leher dan bahu polos Lylia. Gadisku bahkan tidak memakai pakaian dalamnya hari ini.Aku bisa melihat
Author POV Matahari menyapa ketika Lylia membuka matanya. Dante tampak sudah sibuk dengan Harley dan salah satu sekertaris pribadinya yang membawa berkas yang harus ditanda tangani Dante. Lylia mencoba memperbaiki posisinya untuk duduk di kasur pengunjung tempatnya tertidur di pelukan sang Daddy. Harley yang melihat gerakan Lylia segera berjalan mendekatinya.. "Good morning." Sapa Dante melihat sang Sugar telah terbangun dari mimpinya. "Good morning. Thank you tuan Harley." Ucap Lylia pada Harley yang membantu memeganginya. Harley hanya tersenyum dan segera membawakan segelas air minum untuk Lylia. "Sejam lagi Dokter akan menemuimu, segeralah bersiap." Ucap Dante yang merasa dihiraukan. "Baiklah." Lylia segera berjalan menuju kamar mandi setelah ia menghabiskan segelas air putihnya. Begitu Lylia menutup pintu kamar mandi, Dante telah menyelesaikan segala keperluannya dengan s
Nicholas POV"Keluar." Perintahku pada Marie yang sedang tertidur di kasurku sambil memainkan ponselnya sembari menunggu kedatanganku."Ada apa? Papa lo juga tidak berkomentar apa-apa tadi. Terus kenapa lo jadi kayak gini?" Balasnya terduduk tidak terima setelah aku kembali dari pelarianku mengejar bayangan Dad dan Lylia yang menghilang di balik pintu."Keluar!" Aku meninggikan suaraku.Mengingat tatapan kaget dan tampak jijik yang tersirat dari Lylia saat melihatku, membuat emosiku tidak stabil. Ekspresinya mengingatkanku pada tatapan ketakutannya malam itu, saat masih berada di cengkraman Dosen mesum itu. Seolah meminta pertolongan, tapi kali ini, di matanya, akulah si Dosen mesum itu."Kenapa sih, Nic?! Ayolah lanjutkan! Padahal tadi sudah seru..." Ucap Marie meraih tanganku.Aku menepisnya."Jangan terbawa suasana, Marie! Gue ngelakukan ini semua demi melindungi Lylia!""Ya terus kenapa?! KENAPA NI
⚠️be wise⚠️ ⚠️this scene's going to be 18+⚠️ Lylia POV Ada sensasi dingin yang menjalar di tubuhku saat ini. Perlahan lahan sensasi dingin itu menyentuh pipiku yang hangat lalu berjalan turun ke leher dan bahuku. Oh, aku sepertinya sedang mencium sesuatu yang sangat lembut. Saking lembutnya membuatku ketagihan untuk terus menciumnya. Tak lama ada yang merengsek masuk ke dalam mulutku. Bukan makanan tapi lebih ke hal yang kenyal dan basah. Aku sadar, sepertinya seseorang sedang menciumku. Siapa lagi kalau bukan Daddy. Hanya dia yang selalu melakukannya dan kubiarkan dia melakukan hal yang sudah biasa ini. "Nghh..." Lenguhanku lolos begitu saja ketika dengan gampangnya saat tangan dinginnya itu membuka bradan membebaskan kedua gunung kembarku yang memadat. Telapak tangannya yang begitu dingin memberikan sesasi yang sangat geli saat ia bermain main dengan kedua gunung kembarku. Lidahn
Dante POV Lampu malam ibu kota menerangi perjalanan kami berdua sampai ke halaman istanaku. Malam sudah sangat larut saat aku membawa tubuh gadisku yang kini sedang tidur terlelap di pelukanku saat turun dari mobil. Harley segera membukakan pintu utama rumah untuk menyambut kedatanganku. "Selamat datang, Tuan." Sapanya menunduk.Tanpa membalasnya aku terus berjalan melenggang masuk ke dalam rumah. Tampak sosok Nicholas yang sedang berjalan turun dari tangga mendekatiku dengan tatapannya yang jelas sekali tidak menyukai kedatanganku. "Sejak kapan kamu pulang, Nico." Tanyaku. Nico hanya terdiam tanpa berniat menjawab pertanyaanku dan hanya memperhatikan tubuh Lylia yang masih tertidur lelap di pelukanku. Merasa di acuhkan aku mencoba melenggang masuk untuk menuju ke lantai dua dan melaluinya namun langkahnya berhasil menahan tubuhku berjalan lebih jauh lagi. "Biarkan aku yang membawanya." Ucapnya sesaat sebelum menatap tajam ke arah mataku yang sedari
Nicholas POV Aku membuka mataku saat kudapati tubuh Lylia masih terbaring di sebelah dengan tangannya berada di atas dadaku yang sedang tidur terlentang. Aku tersenyum dan mencium tangan dan pipinya. Aroma bangun tidurnya begitu membuatku semakin mabuk kepayang. Bagaimana bisa wanita ini membuat aroma memabukkan seperti itu? Ia mengernyitkan dahinya dan mencoba membuka matanya. "Morning Daddy..." Sapanya mengusap mata yang masih tertutup itu. "Good morning, Ly.." Balasku membuat aktivitasnya terhenti seketika dan membuka paksa matanya.Ia segera terduduk dan melihat sekitar ruanganku dengan wajah paniknya."What's wrong, Ly?" Aku ikut terduduk di sampingnya. Tampak jelas ia mencoba menahan ekspresi paniknya itu. "Eh Kak Nico. Kirain di kamarnya-" Ia menghentikan ucapannya. "Siapa? Daddy?" Tebakanku membuatnya menggigit bibir. "Tell me the truth, Ly. Ada hubungan apa di antara kalian? Sejak kapan kamu memanggilnya Daddy?"
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y