Evie dan Angel masih setia untuk menunggu jemputan mereka berdua di depan gerbang sekolah.
"Vie ... Emangnya, hari ini kamu dijemput sama Hilde?" tanya Angel.
"Iya. Soalnya tadi pagi dia bilang sendiri sama gue waktu nganterin gue ke sekolah," jawab Evie.
Angel tiba-tiba mengerucutkan bibirnya, membuat Evie yang tadinya fokus pada layar ponselnya beralih untuk menatap ke arah Angel.
"Kenapa?" tanya Evie heran.
Angel menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, membuat Evie merasa geram saja kepadanya.
"Ck! Lo kenapa, sih?!" tanya Evie kesal.
"Hah! Jemputan kita kenapa lama banget, sih?!" tanya Angel.
"Enggak tahu," jawab Evie acuh.
"Gue aja kesal banget kalau nunggu mulu," katanya lagi.
Angel menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia mendukung kalimat Evie.
"Kalau misalnya kita berdua nungguin sampai malam. Jangan harap gue bakalan maafin si Hilde!" kata Evie kesal.
Angel menatap ke arah Evie.
"Lo ngapain n
Nick melirik ke arah Angel dengan kesal."Empat jam, yah, Dad?" tawar Angel dengan manja."Kurangi tiga, Ngel," kata Nick malas."Ya udah deh. Tambah tiga!" seru Angel antusias."Angel Anneliese!" kesal Nick, membuat Angel langsung mendengkus kesal dibuatnya."Ck ... Ya udah! Dua aja deh!" kesal Angel."Hum ... Ya udah. Dua," kata Nick jengah. Dia tak mampu lagi untuk menahan Angel.***Di sisi lain. Lebih tepatnya di mobil Hilde."Vie ... Nanti malam jangan kunci pintu belakang apart, yah? Sekalian juga pintu kamar lo," kata Hilde."..."Evie bergeming saat mendengarkan permintaan Hilde."Vie?" panggil Hilde karena tak direspon oleh Evie."Kenapa?" tanya Evie singkat sambil mengalihkan pandangannya untuk menatap keluar jendela mobil."Gue mau tidur, Vie," jawab Hilde."Ya udah. Tidur aja. Bisa, kan?" jawab Evie sinis."Iya. Emang bisa. Tidur sama lo, tapi," kata Hilde membenarkan."Enggak!" kata Evie men
"Waffle, yah?" pinta Angel lembut, dia kali ini ingin menikmati makanan kesukaannya."Lo enggak kenyang, Ngel?" tanya Nick."Bukannya, tadi lo udah makan banyak di resto?" tanya Nick lagi.Angel mengerucutkan bibirnya dan membuat Nick hanya bisa menghela napas panjang."Hum ... Iya. Gue bakalan buatin waffle," kata Nick usai melihat wajah sedih sugar baby-nya.Angel tersenyum dengan begitu lebar. Senang rasanya dituruti sang sugar Daddy."Ya udah. Kalau gitu, aku naik buat ganti baju dulu, yah?!" pinta Angel bahagia."Uhm ..." deham Nick.Muach!Angel mencium ujung bibir Nick sekilas, lalu kemudian berlari cepat menuju kamarnya yang berada di lantai dua.Nich hanya tersenyum tipis melihat tingkah sugar baby-nya. Dia tak menyangka kalau remaja yang berumur hampir dua puluh tahun itu seakan merupakan anak perempuan yang berumur lima tahun.Lain halnya dengan Angel, Nick lebih memilih untuk menuju dapur dan membuat waffle unt
"Daddy ... Beneran pulang, kan?" tanya Angel pelan, membuat Nick langsung melepaskan tautan bibir mereka berdua."Ck ... Kenapa nanya hal itu terus, sih, Ngel?" tanya Nick tak habis pikir."Lo nanya itu udah beberapa kali, Ngel?" tanya Nick lagi."Namanya juga memastikan, Daddy," jawab Angel manja.Nick memutar kedua bola matanya dengan begitu malas."Ck! Habisin waffle lo. Gue mau naik buat mandi di kamar mandi yang ada di kamar lo," kata Nick malas."Bathtub bareng!" seru Angel dengan antusias.Nick menatap Angel dengan sebelah alis yang terangkat."Hehehe ..." cengir Angel.Tuk! Sentilan dari Nick berhasil melayang pada kening Angel. Membuat Angel kesal saja."Ck! Bukannya disayang atau di 'Iya' kan. Ini kenapa malah disiksa, sih?!" tanya Angel dengan kesal sambil mengusap keningnya."Ck! Lo jangan ngaco deh, Ngel! Lo sudah pernah baca artikel, kan?" tanya Nick. Angel menganggukkan kepalanya."Nah! Gue udah p
Nick terbangun dari tidurnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah samping.Objek pertama yang Nick lihat adalah Angel yang berbaring di sampingnya sambil tiarap. Ah ... Dengan tubuh polos dan hanya dilindungi selimut putih pastinya."Ngel, bangun. Nanti telat," kata Nick yang berusaha untuk membangunkan Angel yang sangat lelap dalam tidurnya."Angel ngantuk banget, Dad," balas Angel dengan lemas sambil menggelengkan kepalanya."Bangun, Ngel. Biar gue yang nganterin lo ke sekolah lo," kata Nick malas."Jangan lama! Jangan telat!" tegas Nick."Lo lama. Gue tinggal," lanjutnya lagi mengancam."Enggak! Pokoknya, kamu yang nganterin aku!" tegas Angel sambil memeluk Nick dengan erat."Ngel, siap-siap ke sekolah sekarang, yah? Hum ..." ucap Nick lembut. Dia sedang berusaha untuk membujuk Angel."Ngghh ... Enggak mau ah! Mau tidur aja di sini. Bosan di sekolah kalau akhirnya harus ikut les! Maunya sekolah aja!" seru Angel.Nick y
"Nah, benar! Gue mau ke kelas!" seru Bryan."Siapa juga yang mau ngikutin lo?" tanya Bryan sinis sambil menatap Evie dengan tajam."Lo kayak Angel, dong. Bisa positif thinking," kata Bryan lagi.Bryan menggerakkan tangannya untuk merangkul pundak Angel, membuat Angel kaget saja."Bryan. Tanganmu tolong diturunkan," kata Angel pelan dan sedikit kaku."Kan, kita teman, Ngel. Gimana, sih?!" tanya Bryan kesal."..."Angel langsung bergeming di tempatnya saat mendengarkan penuturan dari Bryan."Ck! Menurut lo, kita teman. Tapi, menurut kita berdua kalau lo itu bukan teman kita!" seru Evie tegas."Lo harus ingat kalau lo itu cuma cowok asing yang tiba-tiba datang di dalam kehidupan kita!" tegas Evie lagi."Hanya orang asing! Yang kerjanya cuma nempel mulu sama gue atau sama si Angel!" tegas Evie lagi.Bryan mengerjapkan matanya saat mendengarkan ucapan sarkas yang keluar dari mulut Evie."Bye cowok asing!" ledek Evie,
Bryan masih menatap Angel dengan tatapannya yang penuh tanda tanya, sesekali dia menebak-nebak juga."Kalau emang lo bilang, mau pulang bareng pacar lo. Setahu gue, lo enggak punya pacar, kan?" tanya Bryan sambil menaik turunkan alisnya secara bergantian."Ah ... Aku dijemput sama-""Pokoknya, lo pulang bareng gue!" potong Bryan cepat. Dia tak ingin apabila Angel menolak tawaran pulang bersamanya."Ah ... Maaf. Aku enggak bisa, Bry. Aku udah ada yang jemput nantinya," kata Angel pelan.Bryan tersenyum menyeringai, lalu kemudian menatap Angel sambil memiringkan kepalanya."Lo punya pacar, kan?" tanya Bryan dengan nada mengintimidasinya."Enggak. Aku enggak ada pacar;" tegas Angel."Terus?" tanya Bryan meledek karena merasa menang dengan jawaban Angel."Pokoknya, emang enggak bisa, Bry," kata Angel."Kumohon. Aku beneran enggak bisa pulang bareng kamu. Jangan buat aku merasa risih, Bry ..." lanjut Angel lagi dengan
Bryan menatap Evie dengan malas."Kenapa kalau gue sok tahu sama kesukaan Angel? Yang penting, gue enggak nanya sama lo, kan?" tanya Bryan sinis.Evie mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat saat mendengarkan penuturan dari Bryan. Dia amat benci Bryan."Udah ih! Kalian berdua diam aja deh!" seru Angel melerai."Bagus kalau kalian berdua makan sekarang. Makan yang tenang," lanjut Angel."Makan yang baik-baik! Enggak boleh bertengkar di depan makanan! Enggak baik! Makan aja!" kesal Angel lagi."Ya ... Ibu negara," gumam Evie malas dan meledek.Bryan melirik ke arah Angel dan perlahan dia tersenyum tipis saat pandangan matanya terarah tepat pada wajah mungil Angel.Berbeda dengan tatapan Bryan yang penuh misteri. Evie malah menatap pria itu dengan tatapannya yang begitu benci dan emosi."Ck! Sialan! Siapa sebenarnya cowok ini, s
Malam ini, Nick dan Angel menikmati kebersamaan mereka dengan menonton acara televisi yang ada di hadapan mereka berdua. Sesekali Angel terkekeh kecil saat melihat tayangan yang ada di hadapannya, sedangkan Nick hanya menatap sugar baby-nya itu dengan tatapan yang begitu datar."Kucingnya, kenapa bego banget, sih?! Hahaha! Masa nangkap tikus aja enggak bisa?! Hahaha!" seru Angel mengomentari film kartun Tom And Jerry yang ada di hadapannya."Jangan berisik, Ngel," kata Nick memperingati."Enggak bisa kalau aku enggak berisik, Daddy. Aku lagi serius sama mereka berdua, Daddy. Jadi, enggak bisa diam. Mulut aku maunya ngoceh terus!" kata Angel."Terus komentar ... Tuh, kan! Emang bego dia!" seru Angel histeris saat melihat tayangan kartun itu lagi.Nick menggelengkan kepalanya dengan pelan saat melihat tingkah sugar baby-nya itu."Gue bosan, Ngel. Ngantuk juga, si
Sekolah, 17:23 -"Lo tadi bilang kalau hari ini lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Evie sambil melirik ke arah Angel yang tengah memasukkan beberapa alat tulisnya ke dalam tas.Angel hanya menganggukkan kepalanya sambil berdeham malas sebagai jawaban."Tumben sekali kamu menawarkan aku untuk pulang bersama. Apa kamu sudah sadar kalau aku tidak sebodoh dengan apa yang kamu pikirkan?" tanya Angel dengan sinis dan menyindir sambil melirik ke arah sahabatnya.Evie hanya bisa tertawa bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bukannya gue nggak tahu kalau lo ternyata tahu yang sebenarnya. Tapi, gue cuma berusaha buat lo biar lo bisa dekat dan kembali lagi sama Nick," ujar Evie tanpa rasa takutnya.Angel memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan penuturan dari sahabatnya itu."Aku tahu kalau kamu melakukan semua itu hanya untuk bonus mu yang bertambah tinggi, kan? Aku tahu kalau pria tua itu menjanjikan ka
Besoknya -Sekolah, 12:36 -"Ngel, mau ke kantin bareng gue enggak?" tanya Evie.Angel yang memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Evie."Uhm ... Aku mau kerjakan beberapa soal dulu baru mau ke kantin, Vie. Lagi pula, aku belum ada rasa lapar sedikitpun," jawab Angel lembut."Ya udah deh kalau gitu. Gue nungguin lo aja dulu buat kerja soalnya, habis itu kita ke kantin sama-sama," ujar Evie.Angel menatap ke arah Evie dengan sebelah alis yang terangkat."Tumben banget kamu asal terima saja, Vie. Biasanya kamu enggak bisa banget kalau aku tolak kamu untuk ke kantin. Ada apa ini?" tanya Angel curiga.Evie memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan pertanyaan curiga dari Angel."Jadi, di sini gue salah lagi, anjir?! Gue nolak mau lo salah. Gue terima mau lo, salah juga. Serba salah banget gue!" kesal Evie.Angel terkekeh."Habisnya aku cuma he
Sekolah, 16:26 -Bryan tengah berjalan di koridor sekolah sambil memegang tas ranselnya. Ada sedikit luka pada bagian punggungnya sehingga dia tak bisa memakai tas ranselnya dengan baik.Bryan meringis pelan saat merasakan ngilu pada punggungnya, tetapi dia berusaha meredam suara ringisannya walaupun kadang tanpa sadar dia meringis pelan.Saat dia hendak keluar dari pintu utama sekolah, dia tak sengaja bertemu dengan Angel."Sore, Angel!" sapa Bryan dengan ramahnya kepada Angel.Angel yang tengah memegang setumpuk buku paket langsung menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ramah ke arah Bryan."Selamat sore juga, Bry," sapa Angel balik."Lo kenapa enggak balik? Sekolah udah mulai mau sepi nih," tanya Bryan.Bryan heran, biasanya Angel akan pulang lebih cepat bersama Evie kalau sudah selesai bel berbunyi."Ah ... Aku mau ke perpustakaan dulu, Bry," jawab Angel sambil mengangkat buku paket yang dia pegang.
Beberapa hari berlalu. Semua sibuk di keadaan mereka masing-masing.Angel yang sibuk di dunia sekolahnya yang satu bulan lagi akan berakhir. Evie yang sibuk sekolah di pagi hari hingga siang hari dan berakhir bekerja di malam harinya. Hilde yang sibuk bekerja sebagai bartender terpercaya Nick hampir dua puluh empat jam. Sedangkan Nick, dia sangat sibuk untuk meminta maaf kepada Angel, walau dia tahu kalau bukan dia yang bersalah di sini."Ngel ... Lo mau balik sama gue nanti pas lo pulang sekolah?" tawar Nick."Enggak usah," jawab Angel datar.Nick menghela napas panjang, Angel benar-benar berbeda dari sebelumnya. Angel sangat dingin kepadanya, padahal wanita itu dulunya sangat cerewet kepadanya. Tapi, kenapa sekarang malah berbanding terbalik?"Jadi, lo mau pulang sekolah sama siapa?" tanya Nick."Sama Evie," jawab Angel datar."Bukannya Evie-""Aku tahu kalau kamu yang meminta Evie untuk tidak pulang sekolah bersama denganku.
20:31 -Langkah kaki seseorang baru saja terdengar pada kedua daun telinga Angel.Malam ini terasa begitu sunyi bagi Angel. Ya, walaupun kadang semasa hidupnya, Choi sang mama selalu giat bekerja dan pulang dikala subuh. Tapi, memang suasana kali ini sangat berbeda bagi Angel. Apalagi, papa Angel juga bahkan tak tinggal satu atap lagi dengan dirinya. Pihak keluarga papa Angel, lebih tepatnya sepupu papa Angel memaksa agar papa Angel kembali ke rumahnya saja dibandingkan tinggal di satu atap yang sama dengan Angel.Alasan keluarga papa Angel sangat klasik.Angel anak durhaka.Angel anak yang tidak tahu diuntungkan.Yang paling sering diingat oleh Angel yang tak lain adalah hal yang menyakitkan bagi Angel, mereka menganggap kalau Angel-lah yang merupakan seorang pembunuh di sini.Uhm ... Untuk masalah Evie yang tinggal di apartemen Angel. Evie sudah tidak tinggal di apartemen Angel, karena dia sudah memiliki pekerjaan sen
07:23 AM -"Wah! Langsung masuk sekolah aja lo, Ngel?! Gue kan udah bilang, lo enggak usah masuk sekolah dulu!" seru Evie kesal.Angel tersenyum tipis."Mana bisa kalau aku enggak masuk sekolah cepat, Vie. Apa kabar sama nilai aku?" gumam Angel.Evie menghela napas panjang."Kan, guru tahu kalau lo enggak masuk sekolah karena masih berduka cita sama kepergian mama lo," kata Evie pelan.Angel menggelengkan kepalanya."Enggak, Vie. Kematian mama aku enggak boleh jadi alasan buat aku down kayak gini. Kematian mama aku bukan alasan yang bagus, Vie," jawab Angel lembut.Evie mendengkus lalu menganggukkan kepalanya karena tak bisa melawan Angel.Evie memeluk Angel dengan lembut dan berharap kalau dia bisa membuat sahabatnya itu sedikit merasa sembuh dan tenang dari permasalahannya."Yang lo bilang emang benar banget, Ngel. Jangan down cuma gara-gara masalah kayak gini. Gue tahu kalau lo anaknya baik dan enggak
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang