Evie, Angel dan Bryan tengah santai menikmati makanan pesanan mereka di kantin sekolah.
Evie memesan seporsi spaghetti dan juga segelas milkshake strawberry. Angel memesan nasi goreng dan milkshake coklat. Sedangkan Bryan, dia hanya memesan cemilan dan juga air mineral saja."Kenapa kamu cuma pesan cemilan sama air mineral aja, Bry?" tanya Angel sambil melirik ke arah makanan dan minuman milik Bryan."Gue hobby makan cemilan kalau lagi lapar. Gue enggak terlalu hobby kalau makan nasi atau sejenisnya," jawab Bryan sambil tersenyum kecil."Memangnya, kamu kenyang?" tanya Angel penasaran."Enggak juga, sih," jawab Bryan, lalu mengunyah keripiknya."Jadi ceritanya, kamu laper terus?" tanya tanya Angel."Enggak gitu juga kali, Ngel," kata Bryan sambil terkekeh pelan.Angel mengerutkan keningnya saat mendengarkan penuturan dari Bryan. Dia tidak mengerti maksud ucapan Bryan."Ck! Enggak jelas banget dia, Ngel. Enggak usah diajak buat b"Uhm ... Emangnya, kamu mau ke mana sampai ngajak aku buat ikut bolos sekolah sama kamu?" tanya Angel penasaran."Ke taman bermain! Kita main semua game yang ada di sana!" seru Evie dengan begitu antusias."Bayangin aja deh. Kan, seru banget kalau kita ada di sana, kan?!" kata Evie antusias. Dia berusaha mengkontaminasi otak Angel agar gadis polos itu ikut dengannya membolos sekolah. Kan, tidak seru kalau bolos sekolah tanpa ada temannya.Angel mulai berpikir-pikir dan menimbang-nimbang tawaran bolos Evie. Detik berikutnya, dia menggelengkan kepalanya dengan begitu cepat."Ah ... Enggak deh, Vie. Aku enggak mau, Vie!" tolak Angel dengan tegas."Aku takut kalau kita harus bolos sekolah. Kan, kita udah kelas tiga. Takut kalau beberapa bulan lagi bakalan lulus, kan?" kata Angel sedih. Dia menekuk wajahnya dan mengerucutkan kedua bibirnya."Ck!" Evie mendecih kesal, lalu kemudian memejamkan matanya. Kenapa begitu sulit untuk mengajak Angel b
Apartemen, 21:01 -"Daddy! Mau ayam, enggak?! Aku buat ayamnya sendiri!" seru Angel sambil menatap ayam goreng buatannya."..."Nick bergeming di tempatnya dan tidak menggubris sugar baby-nya itu. Hilde yang duduk di sampingnya langsung melirik ke arah Nick."Kenapa Daddy cuma diam aja, sih. Enggak gubris aku ..." kata Angel sedih. Dia mengerucutkan bibirnya."Nick ..." panggil Hilde pelan memperingati sahabatnya itu."Daddy ..." panggil Angel manja sambil mencolek lengan Nick.Nick tersentak kaget saat Angel mencolek lengannya. Dia langsung menatap Sugar Baby-nya itu dengan cepat."Kamu kenapa?" tanya Angel dengan lembutnya."Enggak ada," jawab Nick.Angel mengerucutkan bibirnya dengan lucu."Enggak ada apa-apa katanya. Tapi, kenapa dari tadi kamu diam terus, sih? Aku panggilin kamu enggak ngomong dan enggak gubris aku!" kesal Angel."Padahal tadi suara aku lumayan keras lo. Kamu enggak balik. Baru balik pas ak
Hilde dan Angel masih setia untuk duduk berhadapan satu sama lain. Mereka berdua benar-benar larut dalam obrolan serius di malam hari ini."Memangnya, urusan apa yang kalian urus?" tanya Angel mengintimidasi."Ada," jawab Hilde."Iya, ada. Tapi, apa itu?" tanya Angel.Hilde tersenyum tipis."Lo enggak usah tahu. Ini masalah orang dewasa," jawab Hilde sambil terkekeh."Lalu, kamu menganggap aku apa, Hil? Aku sudah dewasa. Aku bukan anak kecil lagi," kata Angel sambil mengerucutkan bibirnya.Hilde kembali terkekeh geli."Tingkah lo terlalu kekanak-kanakan. Jadi, jangan heran kalau gue klaim lo itu masih bocah di kata gue atau di mata Nick. Uhm ... Bisa aja orang lain juga mandang lo sebagai bocah," jawab Hilde santai."Ish! Kamu kenapa jahat banget, sih?!" tanya Angel kesal.Hilde hanya tersenyum untuk menanggapi Angel."Tapi, aku beneran nanya sama kamu, Hil. Ada urusan apa, sampai kamu dan Nick samaan enggak jemput ak
"Percaya sama gue, Ngel. Gue merahasiakan sesuatu dari lo, itu ada alasannya," kata Nick lembut sambil mengelus rambut Angel."You must know what. Tugas lo cuma satu, percaya sama gue," lanjutnya lagi dengan nada lembutnya.Nick perlahan melepaskan pelukannya pada tubuh Angel. Angel mengangkat pandangannya sambil menatap kedua bola mata Nick, begitupun Nick yang membalas tatapan kedua bola mata Sugar Baby-nya itu."Kamu main rahasia sama aku, Nick ..." lirih Angel dengan air mata yang mulai perlahan mengalir.Nick tersenyum tipis saat melihat betapa manjanya Angel. Dia perlahan mengelus rambut Angel dengan penuh kasih sayang."Jangan menangis. Gue enggak suka," kata Nick lembut."Kamu yang buat aku menangis seperti ini. Jadi, kamu yang salah!" seru Angel sambil sesekali cegukan.Nick hanya tersenyum kecil saat mendengarkan ucapan Angel. Tapi, di dalam hati dia membatin."Hah ... Dengan cara lo yang nangis seperti ini ... Lo nambahi
Suasana sarapan pagi di ruang makan apartemen Angel terasa begitu sepi. Sesekali Angel dan Evie saling melirik satu sama lain dengan cara memberikan kode yang berarti kan "Ada apa? Kenapa sarapan pagi ini terasa begitu sepi?" seperti itulah arti kode mata antara Angel dan juga Evie. Ya, memang keadaan sarapan pagi di ruang makan ini terasa sangat sepi, tidak seperti saat hari-hari sebelumnya. Biasanya, saat sedang sarapan seperti ini, Hilde kadang menjahili Evie, Angel maupun Nick dan berhasil mengundang tawa di ruang makan tersebut atau bahkan berhasil mengundang suasana riuh dan ricuh di ruang makan tersebut. Tetapi hari ini suasana di ruang makan tersebut terasa benar-benar berbeda. Rasanya ada hawa dingin dan juga ada hawa senyap di dalam ruang makan tersebut.Angel dan Evie yang sibuk untuk saling bertukar kode tentang keadaan ruang makan sekarang, sedangkan Hilde dan Nick yang sibuk dengan makanan ya
- 09:12 AM -Proses belajar mengajar di kelas sedang berlangsung dengan tenangnya. Semua murid yang ada di dalam kelas itu fokus untuk memperhatikan guru yang tengah mengajar di depan. Berbeda dengan Angel, dia malah melamun sambil menghela napas dengan begitu panjang.Angel kembali menghela napas panjang sambil meletakkan dagunya di atas meja, perlahan dia mulai memejamkan matanya. Dengan begitu malasnya Angel kembali membuka matanya, lalu kemudian mengambil bolpoinnya dan mencorat-coret bukunya dengan tidak jelas."Baiklah, anak-anak! Pelajaran kita hari ini telah selesai. Jangan lupa untuk kembali mengulangi pelajarannya di rumah, agar pemahaman kalian semakin lancar!" kata sang guru."Baik, Bu!" jawab seluruh murid yang ada di dalam kelas itu secara serentak."Dan jangan lupa untuk mengikuti les latihan Ujian Nasional nanti saat pulang sekolah!" kata sang guru memperingati."Kalau begitu, saya keluar," lanjutnya, lalu berjalan keluar
"Ada apa, Bryan?" tanya Angel lagi."Ck! Gue dari tadi panggil lo. Tapi, lo enggak jawab sedikitpun. Lo mikirin apaan, sih?" tanya Bryan heran."Ah ... Enggak ada mikir apa-apaan, kok," jawab Angel lembut."Aku tadi enggak dengar, soalnya aku fokus buat balas semua DM Instagram fans aku," lanjutnya."Wah! Ternyata lo terkenal juga, yah? Sampai-sampai lo punya banyak fans," kata Bryan dengan penuh rasa kagum."Hahaha ... Enggak lah, Bry. Mana ada aku terkenal, sih? Aku cuma punya dikit fans, kok," kata Angel merendah."Katanya punya sedikit fans. Tapi, baru upload foto di Instagram sekitar lima menitan, udah dapat enam ratusan lebih like. Itu maksudnya apaan deh," kata Bryan geli sambil terkekeh kecil.Angel hanya menyengir saja sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhm ... Ngel ..." panggil Bryan."Ya?" jawab Angel."Lo punya pacar enggak, sih?" tanya Bryan penasaran."Memangnya, kenapa kamu nanya itu terus sama ak
Angel dan Bryan masih setia untuk saling berbincang mengenai masalah Sugar Daddy dan juga Sugar Baby satu sama lain. Ah ... Lebih tepatnya, hanya Bryan saja yang berbicara. Sedangkan Angel hanya diam saja di tempatnya."Jadi, di sini kesimpulan yang bisa kita dapat ... Semakin mainannya lama, maka semakin tinggi pula rasa bosannya dan juga rasa si Sugar Daddy itu untuk buang cewek itu," final Bryan santai.Angel mendengkus kesal saat mendengarkan kesimpulan yang diputuskan oleh Bryan. Benar-benar tak masuk akan menurutnya."Ck! Kamu kenapa enggak jelas banget, sih, Bry?! Ngapain kamu bahas hal yang kayak gitu?! Kayak enggak bagus aja status Sugar Daddy sama Sugar Baby itu!" tanya Angel kesal yang bercampur emosi kepada Bryan."Dan, kalau aku dengar-dengar dari penjelasan kamu. Kamu tahu banget masalah kayak gitu ..." Angel menjeda kalimatnya."Kamu pernah melakukan dan merasakan hal itu, yah?!" tuduh Angel. Dia menatap Bryan dengan memicing
Sekolah, 17:23 -"Lo tadi bilang kalau hari ini lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Evie sambil melirik ke arah Angel yang tengah memasukkan beberapa alat tulisnya ke dalam tas.Angel hanya menganggukkan kepalanya sambil berdeham malas sebagai jawaban."Tumben sekali kamu menawarkan aku untuk pulang bersama. Apa kamu sudah sadar kalau aku tidak sebodoh dengan apa yang kamu pikirkan?" tanya Angel dengan sinis dan menyindir sambil melirik ke arah sahabatnya.Evie hanya bisa tertawa bodoh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Bukannya gue nggak tahu kalau lo ternyata tahu yang sebenarnya. Tapi, gue cuma berusaha buat lo biar lo bisa dekat dan kembali lagi sama Nick," ujar Evie tanpa rasa takutnya.Angel memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan penuturan dari sahabatnya itu."Aku tahu kalau kamu melakukan semua itu hanya untuk bonus mu yang bertambah tinggi, kan? Aku tahu kalau pria tua itu menjanjikan ka
Besoknya -Sekolah, 12:36 -"Ngel, mau ke kantin bareng gue enggak?" tanya Evie.Angel yang memasukkan semua alat tulisnya di dalam tas langsung mengalihkan pandangannya ke arah Evie."Uhm ... Aku mau kerjakan beberapa soal dulu baru mau ke kantin, Vie. Lagi pula, aku belum ada rasa lapar sedikitpun," jawab Angel lembut."Ya udah deh kalau gitu. Gue nungguin lo aja dulu buat kerja soalnya, habis itu kita ke kantin sama-sama," ujar Evie.Angel menatap ke arah Evie dengan sebelah alis yang terangkat."Tumben banget kamu asal terima saja, Vie. Biasanya kamu enggak bisa banget kalau aku tolak kamu untuk ke kantin. Ada apa ini?" tanya Angel curiga.Evie memutar kedua bola matanya dengan begitu malas saat mendengarkan pertanyaan curiga dari Angel."Jadi, di sini gue salah lagi, anjir?! Gue nolak mau lo salah. Gue terima mau lo, salah juga. Serba salah banget gue!" kesal Evie.Angel terkekeh."Habisnya aku cuma he
Sekolah, 16:26 -Bryan tengah berjalan di koridor sekolah sambil memegang tas ranselnya. Ada sedikit luka pada bagian punggungnya sehingga dia tak bisa memakai tas ranselnya dengan baik.Bryan meringis pelan saat merasakan ngilu pada punggungnya, tetapi dia berusaha meredam suara ringisannya walaupun kadang tanpa sadar dia meringis pelan.Saat dia hendak keluar dari pintu utama sekolah, dia tak sengaja bertemu dengan Angel."Sore, Angel!" sapa Bryan dengan ramahnya kepada Angel.Angel yang tengah memegang setumpuk buku paket langsung menghentikan langkah kakinya dan tersenyum ramah ke arah Bryan."Selamat sore juga, Bry," sapa Angel balik."Lo kenapa enggak balik? Sekolah udah mulai mau sepi nih," tanya Bryan.Bryan heran, biasanya Angel akan pulang lebih cepat bersama Evie kalau sudah selesai bel berbunyi."Ah ... Aku mau ke perpustakaan dulu, Bry," jawab Angel sambil mengangkat buku paket yang dia pegang.
Beberapa hari berlalu. Semua sibuk di keadaan mereka masing-masing.Angel yang sibuk di dunia sekolahnya yang satu bulan lagi akan berakhir. Evie yang sibuk sekolah di pagi hari hingga siang hari dan berakhir bekerja di malam harinya. Hilde yang sibuk bekerja sebagai bartender terpercaya Nick hampir dua puluh empat jam. Sedangkan Nick, dia sangat sibuk untuk meminta maaf kepada Angel, walau dia tahu kalau bukan dia yang bersalah di sini."Ngel ... Lo mau balik sama gue nanti pas lo pulang sekolah?" tawar Nick."Enggak usah," jawab Angel datar.Nick menghela napas panjang, Angel benar-benar berbeda dari sebelumnya. Angel sangat dingin kepadanya, padahal wanita itu dulunya sangat cerewet kepadanya. Tapi, kenapa sekarang malah berbanding terbalik?"Jadi, lo mau pulang sekolah sama siapa?" tanya Nick."Sama Evie," jawab Angel datar."Bukannya Evie-""Aku tahu kalau kamu yang meminta Evie untuk tidak pulang sekolah bersama denganku.
20:31 -Langkah kaki seseorang baru saja terdengar pada kedua daun telinga Angel.Malam ini terasa begitu sunyi bagi Angel. Ya, walaupun kadang semasa hidupnya, Choi sang mama selalu giat bekerja dan pulang dikala subuh. Tapi, memang suasana kali ini sangat berbeda bagi Angel. Apalagi, papa Angel juga bahkan tak tinggal satu atap lagi dengan dirinya. Pihak keluarga papa Angel, lebih tepatnya sepupu papa Angel memaksa agar papa Angel kembali ke rumahnya saja dibandingkan tinggal di satu atap yang sama dengan Angel.Alasan keluarga papa Angel sangat klasik.Angel anak durhaka.Angel anak yang tidak tahu diuntungkan.Yang paling sering diingat oleh Angel yang tak lain adalah hal yang menyakitkan bagi Angel, mereka menganggap kalau Angel-lah yang merupakan seorang pembunuh di sini.Uhm ... Untuk masalah Evie yang tinggal di apartemen Angel. Evie sudah tidak tinggal di apartemen Angel, karena dia sudah memiliki pekerjaan sen
07:23 AM -"Wah! Langsung masuk sekolah aja lo, Ngel?! Gue kan udah bilang, lo enggak usah masuk sekolah dulu!" seru Evie kesal.Angel tersenyum tipis."Mana bisa kalau aku enggak masuk sekolah cepat, Vie. Apa kabar sama nilai aku?" gumam Angel.Evie menghela napas panjang."Kan, guru tahu kalau lo enggak masuk sekolah karena masih berduka cita sama kepergian mama lo," kata Evie pelan.Angel menggelengkan kepalanya."Enggak, Vie. Kematian mama aku enggak boleh jadi alasan buat aku down kayak gini. Kematian mama aku bukan alasan yang bagus, Vie," jawab Angel lembut.Evie mendengkus lalu menganggukkan kepalanya karena tak bisa melawan Angel.Evie memeluk Angel dengan lembut dan berharap kalau dia bisa membuat sahabatnya itu sedikit merasa sembuh dan tenang dari permasalahannya."Yang lo bilang emang benar banget, Ngel. Jangan down cuma gara-gara masalah kayak gini. Gue tahu kalau lo anaknya baik dan enggak
Evie dan Angel tengah duduk di depan peti mati yang berisikan mama Angel yang sudah tak bernyawa.Para pelayat dengan pakaian serba hitam mereka juga duduk untuk mengirimkan doa kepada mama Angel yang sudah tak bernyawa itu.Angel terus menangis atas kepergian mamanya yang tidak diduga-duga itu, tetapi berbeda dengan Evie, dia malah bertanya-tanya di dalam hatinya."Apa Nick benar-benar setega itu sampai rela membunuh mama Angel hanya karena dia yang ingin bersatu dengan Angel tapi tak direstui."Kalau Evie pikirkan hal itu, dia merasa kalau Nick tak segila itu hanya untuk mendapatkan restu saja. Membunuh? Sungguh gila kalau memang Nick memiliki niat bejat seperti itu kepada mama Angel dari awal."Ngel, lo yang sabar, yah," kata Evie dengan lembutnya kepada Angel.Angel menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil terus menangis dan memegang peti mati sang mama."Gimana aku enggak nangis, Vie. Mama aku meninggal dan papa
Evie membalikkan badannya sambil menatap wanita yang tidak jauh dari hadapannya."Hey! Lo lagi?" seru Evie.Wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menjawab pertanyaan Evie."Duduk dulu gih," tawar Evie."Makasih," jawab si wanita mungil dengan lembut.Wanita itu duduk di kursi kosong yang ada di hadapan Evie. Kursi kosong itu biasanya diisi oleh Angel, tetapi kali ini kursi kosong itu diisi oleh wanita mungil, polos dan sama sekali tidak Evie kenali."Lo mau pesan apa? Nanti biar gue yang pesanin," kata Evie menawarkan.Wanita itu terkekeh kecil."Buat apa mesenin aku, sih? Kan, aku punya kaki sendiri. Emangnya, apa guna kakiku?" kata si wanita mungil.Evie tertawa pelan."Lo gemesin banget deh!" puji Evie.Wanita itu terkekeh."Ah iya. Aku ke sana buat pesan makan dulu, yah!" seru wanita mungil itu."Uhm ... Iya," gumam Evie.Wanita mungil itu berdiri, lalu menuju salah
Brak!Hilde menutup telinganya dengan kedua tangan berototnya usai mendengarkan vas bunga itu berakhir pecah di belakangnya.Prang!Sekali lagi retakan itu kembali menggema di kedua telinga Hilde, membuat pria itu menggeram rendah sambil menghembuskan napas dengan kasar."Sialan ..." umpat Hilde pelan karena kakacauan itu.Hilde mengarahkan pandangannya untuk menatap seluruh kekacauan yang ada di dalam apartemen mewahnya.Televisi yang sudah pecah layarnya.Vas bunga yang sudah hancur tak bisa diperbaiki.Piring kaca yang pecah tak terbentuk berserakan kesana kemari di atas lantai.Bahkan, meja kaca di ruang tamu patah menjadi dua bagian.Oh sial! Berapa kerugian Hilde saat ini di dalam apartemennya?"Apart gue hancur macam kapal pecah ..." lirih Hilde sambil mengusap wajahnya dengan kasar.Hilde melirik ke arah si pelaku yang tengah mengatur deru napasnya. Sang pelaku bersikap santai dan tenang