Perjanjian tak Tertulis
Hari pertama menyandang status sebagai Nyonya El Bennet terlihat mulus, walau rasanya tak semulus kelihatannya. Malam menjelang saat Ody ingin mengistirahatkan tubuhnya begitu lelah, rasa kantuk juga menggelayut di benaknya, namun pikirannya masih saja berlompatan tak terkendali. Sejak siang tadi El pergi meninggalkannya di kamar hotel dan hingga saat ini belum pulang juga.
Ody berjalan mondar-mandir gelisah di dalam kamar president suite yang begitu luas dan besar, namun yang terasa hanya ada keheningan. Ody akhirnya memilih untuk menunggu El pulang dengan duduk di sofa sambil menonton film di tv, hingga dia mulai terlelap disana.
Jam menunjukkan pukul 1 dini hari saat El memasuki kamar itu. El agak terkejut karena masih mendengar suara TV. Dia mencoba masuk dan melihat a
Bau MintSudah hampir 1 minggu El dan Ody menikah, namun masih juga mereka merasa kikuk satu sama lain. Walaupun demikian satu hal yang patut disyukuri adalah El berusaha untuk selalu ada disampingnya dan tidak pernah membiarkannya seorang diri. Bahkan saat Ody harus menghadapi morning sicknya yang semakin parah tiap pagi menjelang.Seperti pagi ini, Jam masih menunjukkan pukul 5.00 waktu singapura saat Ody tiba-tiba bangun lalu bergegas turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi. Sontak El yang tidur di sofa tak jauh dari ranjang Ody ikut terbangun ."Dy.." Panggil El yang terkejut lalu mengikuti langkah Ody menuju ke kamar mandi.El berdiri sejenak di depan pintu kamar mandi yang dibiarkan terbuka. El, menghela nafas panjang menatap
SiagaSejak keluar dari hotel, El terus-terusan mencuri pandang pada Ody. Ody hanya pura-pura tidak tau dengan apa yang dilakukan El. Tapi semakin lama semakin sulit untuk diabaikan.“Bao.. kenapa sih?” Tanya Ody saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.“Apa yang kenapa?”“Kenapa ngeliatin aku nya gitu?”“Emang nggak boleh lihatin kamu?”“Apa ada yang salah sama penampilan aku?”“Nope. Kamu ternyata cantik ya.” Ucap El yang langsung membuat Ody salah tingkah dan tersipu malu.
Kamu Istriku Sejak pertikaiannya di kantor Fastcomm, El lebih memilih untuk banyak diam. Dia tak mau menjawab sedikitpun pertanyaan Ody bahkan mengacuhkan Ody. Buat Ody ini jadi PR yang berat, merasakan tubuhnya yang begitu tak karu karuan, belum lagi menjaga moodnya agar tetap baik, berusaha bekerja seprofesional mungkin, masih harus menjaga pikiran dan kewarasannya dalam menghadapi El suami sekaligus bossnya yang mendadak menyebalkan. "Mau sampai kapan diemin aku?" Tanya Ody saat mereka berdua sudah didalam mobil. El masih saja diam seribu bahasa, mulutnya digembok rapat dan entah dibuang kemana kuncinya. Ody hanya bisa menggelengkan kepala menatap suaminya yang sedang kesal, demi menjaga kewarasannya Ody harus mengambil sebuah langkah keras. "Pak, tolong berhenti di MRT station depan yah
Welcome HomeJam menunjukkan pukul 4.30 waktu Singapura saat El, Ody, dan Amara tiba di terminal 3 bandara Changi, Singapura. Rasa kantuk benar-benar membuat Ody berulang kali memejamkan matanya belum lagi morning sick yang masih datang di jam subuhnya. Biasanya untuk semua urusan check-in tiket, bagasi, dan imigrasi akan diurus Ody, tapi kali ini berbeda. El yang mengambil inisiatif untuk mengurus semua tugas itu, namun saat El kembali dari konter check-in dia tak melihat istrinya."Ra, Ody mana?" Tanya El saat tak melihat Ody di dekat Amara."Tadi mau ke toilet dulu katanya." Ujar Amara sambil memainkan ponselnya."Okey, kamu duluan aja ke lounge biar aku jemput Ody, kita ketemu disana." Ujar El
New HabitsSemenjak tinggal di rumah El rutinitas pagi Ody masih juga sama, bangun pagi dan segera menyiapkan dirinya serta keperluan El untuk ke kantor. Namun yang membedakan saat ini dia tak harus tergesa-gesa menuju rumah El dan hanya perlu membangunkan El yang tidur disampingnya. Pagi ini dia berusaha bangun lebih dulu dibanding El. Walaupun sudah hampir 2 minggu menikah dengan El tapi rasanya masih canggung untuk tidur satu ranjang dengan suaminya itu. Ody perlahan-lahan turun dari ranjang agar tak membangunkan El, tapi nampaknya suaminya terlalu siaga dengan setiap pergerakan yang dibuatnya.“Mau kemana?” Tanya El dengan mata yang masih terpejam.“Kamar mandi.” Jawab Ody“Mual?”&nb
Menantu Mama Pagi ini, Ody sudah siap dengan pakaian kantornya dan sedang berkutat di dapur bersama Bi Pur, saat tiba-tiba Riana muncul di dekat pintu dapur. "Dy ...," panggil Riana "Mama," "Nyonya," seru Ody dan Bi Pur bersamaan, mereka agak terkejut dengan kehadiran Riana yang memang hampir tidak pernah datang ke rumah El. "Lagi buat sarapan?" tanya Riana sambil tersenyum lebar, senyumnya begitu meneduhkan hati. "Iya, Ma," jawab Ody sambil mendekati Riana, "Mama, mau Ody buatkan sesuatu?" "Teh aja, Dy," "Oke. Mama duduk dulu aja, sebentar Ody bu
Welcoming PartyHari mulai gelap ketika Ody keluar dari salon. Dia benar-benar menahan rasa kantuk dan lelah menggelayutinya, belum lagi rasa nyeri yang hilang timbul di perut bagian bawahnya."Kita langsung ke tempat acara ya Pak," ucap Riana saat memasuki mobil.“Baik, Bu.” Mobil mulai melaju membelah kemacetan kota Jakarta di jam pulang kantor."Ma, nanti acaranya dimana?" Tanya Ody."Ada deh.""Ody, kok, jadi deg-degan, ya?""Santai aja, Dy. Dengerin kata-kata Mama ya, Dy, kamu itu cantik dan cerdas, jadi jangan suka minder. Sekarang status kamu
Musuh BebuyutanPagi ini kehebohan sudah hadir di rumah El, Bobby berlari tergopoh-gopoh menghampiri El dan Ody yang sedang sarapan di meja makan. El dan Ody agak terkejut dengan kehadiran Bobby pagi ini, karena tak biasa-biasanya dia mau berkunjung ke rumah El, apalagi ketika hari masih pagi.“Dy, kenapa telepon gue nggak diangkat?” ucap oy dengan nafas terengah-engah.“Telepon? HP aku masih di charge di kamar.” Ody hendak melenggang pergi meninggalkan meja makan namun ditahan El.“Kenapa juga istri gue harus jawab telepon dari lo? Wajib gitu?”“Bukan itu masalahnya! Lo nggak lihat berita pagi ini?!” Seru Bobby panik.
Kimora Angelica Rivera Gadis kecil kesayangan El kini telah bertumbuh jadi gadis super cantik dengan perpaduan wajah bule dan oriental. Kimora bertumbuh dengan sehat dan kuat, apa yang dulu mereka khawatirkan bahwa Kim tidak akan bertumbuh sehat nyatanya terbantahkan. Meskipun perjalanan hidupnya tidak mudah, namun gadis kecil yang sudah beranjak remaja itu kini bertumbuh jadi kuat dan pemberani yang cenderung nekat. "Dad, please.. ijinkan aku sekolah ke Singapura," bujuk Kim entah untuk yang ke berapa puluh kali. Pembahasan ini sudah berjalan begitu lama, sejak kasus bully yang dialami Kim 1 tahun lalu. Kim memang tak mau membahas hal itu karena takut membuat kedua orang tuanya cemas namun tak dapat di pungkiri bahwa salah satu alasan Kim memutuskan untuk meninggalkan Indonesia adalah karena hal itu. "Kim, apa nggak bisa ya cari sekolah di Indonesia aja? Di Indonesia juga banyak sekolah bagus kok," ucap El berusaha mengubah keinginan Kim. "Dad, aku ingin berkembang. Jadi tolong i
Pelangi Sehabis Hujan Kepergian Victor 6 bulan lalu memang begitu menyesakkan bagi seluruh keluarga Harrison. Bahkan sebelum kepergiannya itu, dia menitipkan pesan yang sama pada Riana, Erina, dan Ody. Pesan yang meminta mereka untuk memaafkan dirinya yang egois dan berbahagia setelah dia meninggalkan dunia ini. Dia juga berharap agar kepergiannya dapat menebus segala kesalahannya pada mereka selama ini. Situasi jadi jauh lebih baik saat ini. Riana dan Erina belakangan lebih sering menghabiskan waktu bersama. Mereka sepakat untuk memulai segalanya dengan lebih baik sebagai seorang sahabat sekaligus besan. El sendiri mulai dapat bernafas lega. Kasus Rahmat Sutedjo berjalan dengan sangat lancar, ada begitu banyak bantuan yang tak terduga datang silih berganti. Hingga satu demi satu masalahnya pun perlahan dapat diselesaikan. Sekarang, semua orang sedang menikmati buah dari perjuangan mereka. Karena badai tak akan selalu bertahan dan sang surya pasti akan kembali bersinar. Setelah mela
Awal Sebuah AkhirEl menatap punggung Riana yang sedang duduk di taman sendirian. Dari kejauhan El dapat melihat tubuh Riana sedikit berguncang karena tangisnya yang tersedu-sedu. Perlahan El coba mendekati Riana lalu duduk di sampingnya tanpa bicara sepatah katapun.Rasanya dada Riana begitu sesak, dia sungguh tersiksa mengetahui semua fakta yang baru saja didengarnya dari Victor dan Erina. Lelah menangis Riana hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu El. Beban di hatinya terlalu berat untuk ditanggungnya sendiri.El tetap setia menemani Riana hingga hari semakin malam. Ketika Riana sudah cukup tenang, El berusaha menemukan kata-kata penghiburan yang tepat agar dapat meringankan beban hati Riana."Kalau terlalu berat jangan di tahan Ma, lepasin aja," ucap El merangkul bahu Riana erat. "Mama, nggak pernah sangka bahwa akan jadi seperti ini," ujar Riana menghapus sisa air matanya."El paham, Ma. El juga nggak sangka waktu dengar semuanya dari mulut Mami dan Papa." Sontak mata Riana m
Ketika Semua JelasSituasi dalam ruang ICU terasa begitu memberatkan hati Riana. Melihat pria yang sudah puluhan tahun menemani hari-harinya sedang terbaring lemah tak berdaya. Meski sakit membelenggunya hatinya karena berulang kali Victor telah menorehkan luka hingga hampir membuatnya menceraikan cintanya itu. Menurut dokter Lio yang menangani jantungnya, kondisi tubuh Victor melemah. Andai dilakukan operasi saat ini resikonya kematian di atas mejanya akan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan disementara waktu adalah mempertahankannya hingga kondisinya lebih stabil dan dapat dilakukan tindakan pembedahan.Victor menatap Riana yang berada di sisi kirinya, tangannya menggenggam erat tangan Riana sambil tersenyum tipis. Lalu dia menoleh ke sisi kanannya dimana Erina berdiri. "Rin," sapa Victor pelan."Hai, Vic," balas Erina ramah. "Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu," ucapnya dengan suara bergetar. Victor menatap lekat wajah Erina yang masih terlihat cantik seperti puluhan
Obrolan RinganHari menjelang malam saat kondisi Victor terlihat mulai membaik dan dia meminta bertemu semua anggota keluarga. Walaupun kondisi Ody dan Kim saat ini sudah sangat baik, bahkan Ody juga kembali ceria seperti sebelumnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa perasaan tak nyaman jelas muncul di hati mereka. Seakan Victor meminta mereka semua berkumpul untuk berpamitan.Seperti sekarang, Victor sedang bertemu dengan Riana dan Erina secara pribadi, sedang yang lain menunggu di luar. El hanya bisa mengawasi keadaan yang ada tanpa mau menjelaskan apapun pada Amara, Aryo, maupun Ody. Dia tahu niatan Victor untuk menemui semua orang hari ini."Bao, apa mereka akan baik-baik saja di dalam?" bisik Ody yang duduk di kursi ruang tunggu ICU.
Pengakuan Erina5 hari telah berlalu, El mulai bisa sedikit lega dan jadi lebih banyak bersyukur. Tekanan yang dialaminya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Setelah tim legal menyelesaikan seluruh berkas kasus Rahmat Sutedjo, kini kondisi Kim juga semakin kuat dan sudah mulai lepas dari alat bantu nafasnya. Perbaikan kondisi Kim membuat keadaan Ody pun ikut jadi lebih baik. Ody kembali seperti Ody yang dikenalnya. Perempuan itu memang diakui El sangat tangguh. Namun berbeda dengan yang dialami Victor, kondisinya masih belum ada perbaikan.El sudah kembali berkantor walaupun tak penuh waktu. Seperti pagi ini, ketika mobil El baru saja berhenti di depan lobi kantor Intel tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama Amara. El segera menekan tombol hijau di layar ponselnya dan panggilan langsung terhubung.
Berita MengejutkanSetelah 10 menit menunggu, akhirnya Amara, Aryo, dan Erina pun tiba. El segera pamit untuk menemui Ody sebelum pergi ke kantor. Tampaknya dia memang harus mulai bergerak untuk membereskan semua kerumitan yang terjadi. Mungkin tidak semuanya dapat diselesaikannya, namun setidaknya dia telah berusaha menyelesaikan bagiannya."Ai," Panggil El sambil mendekati Ody yang terlihat meringkuk diranjang."Hmmm," gumam Ody masih dengan memejamkan matanya."Bolehkah, aku pergi sebentar ke kantor?" tanya El sambil membelai lengan Ody yang berbaring membelakanginya, "ada urusan yang harus segera ku selesaikan. Aku janji ini tak akan lama," terang El."Okay," ucap Ody singka
Lelah Lahir BatinSejak semalam Ody tampak pendiam, dia tampak menyimpan segala pikirannya seorang diri. Sesungguhnya, El sendiri tertekan hingga tak tau harus berbuat apa. Jelas keadaan ini tak mudah dijalani El, mengingat kondisi Kim yang masih berjuang, melihat Ody yang sedang terpuruk, ditambah lagi kondisi Victor yang sempat memburuk, dan masih banyak masalah yang harus ditanggung El sendirian. Karena merasa tak dapat berbuat banyak untuk mengurai situasi yang ada, akhirnya dia hanya bisa memilih untuk diam sejenak memikirkan solusi terbaik sambil terus berada disisi Ody."Ai, kamu butuh sesuatu?" Tanya El yang langsung berdiri ketika melihat Ody hendak beranjak dari kasurnya."Aku cuma mau ke toilet," sahut Ody."Biar ku bant
Hallo KimOdy menatap lekat ke wajah El yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sedari tadi Ody berusaha menelisik, mencari kebenaran dari ucapan El. Perasaannya saat ini terasa tak nyaman, hatinya tak tenang. Entah dari mana, tapi firasatnya berkata putri kecil mereka sedang tidak baik-baik saja.Ody berusaha mencari celah untuk mencari jawaban dari firasatnya. Penasaran dengan ekspresi yang terus meragu di wajah El membuat Ody semakin yakin bahwa terjadi sesuatu. Dia mulai menggali kebenaran dengan menanyakan nama pilihan El untuk bayi mereka."Oya, nama apa yang kamu pilih untuknya?" tanya Ody sambil menatap wajah El lekat."Namanya, Kimora Angelica Rivera Harrison," jawab El dengan sen