Pada akhirnya Janice mengetahui bahwa roof top tersebut ternyata sudah disewa seluruhnya oleh Brandon saat pelayan kafe mengantar bill bertepatan dengan Brandon yang kebetulan sedang ke toilet. Dan hal itu pula lah yang menjadi sumber keributan di antara mereka setelah keduanya turun untuk pulang. Brandon tidak tau jika Janice sudah membayar bill yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya.
Brandon terperangah melihat Janice yang bisa-bisanya melenggang dengan santai ke luar kafe saat kasir memberi tahu bahwa tagihannya sudah dibayar. Gadis itu berpura-pura bodoh. Bahkan si kasir juga tidak bersedia menunjukkan struk pembayarannya karena tadi Janice berpesan demikian.
“What the hell are you doing?!” tanya Brandon seraya menarik lengan Janice saat mereka sudah berada di parkiran.
“What? Aku hanya membayar tagihannya. Apa tidak boleh?” jawab wanita itu santai, tidak merasa tertekan sama sekali. Dia sebenarnya tau kalau Brandon akan marah karena ini. Tapi mana lah
Habis ini Part Dom-Cha, Brandon-Janice bakal balance yaaaaa. Kiss kisss.
Di Jakarta … Chris, Amber, Dominic dan Chalondra baru saja selesai makan malam. Sepanjang hari ini mereka berempat menghabiskan waktu untuk saling bercerita. Setelah selesai makan pun, Amber dan Chalondra masih menikmati quality time mereka di kamar. Chalondra memiliki banyak hal yang ingin dia diceritakan kepada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Bagaimana tingginya Burj Khalifa, indahnya pemandangan gedung-gedung pencakar langit dari atas awan, panasnya gurun pasir, mahalnya kerang tiram yang mereka nikmati di dinner terakhir mereka dan lain-lainnya. Chalondra juga menceritakan bagaimana Dominic memperlakukannya dengan begitu manis dan baik. Bagaimana Dom menjaganya setiap waktu dan memastikan dia bahagia dalam bulan madu mereka. Chalondra juga menunjukkan foto-foto mereka berdua yang langsung membuat Amber iri. Foto berlatar belakang Burj Khalifa yang terdapat nama Chalondra, foto di atas udara saat mereka sky diving,
Setelah puas bercumbu di parkiran Skyline dengan mengabaikan panggilan dari ibunya, Brandon kembali menjalankan mobilnya dan membawa Janice ke arah Lembang. Mereka sepakat jika kentang dan sosis yang mereka makan tadi, ternyata tidak mengenyangkan dan sekarang keduanya sudah lapar lagi."Ketan bakar, gimana?" usul Janice saat Brandon menanyakan rekomendasi makanan. Kebetulan ketan bakar yang ditaburi abon itu merupakan kuliner yang cukup terkenal di daerah Lembang."Yang di mana?""Sepertinya di alun-alun banyak yang jualan." Seingat Janice, saat beberapa kali ke daerah ini untuk kunjungan lapangan, memang cukup banyak yang berjualan di daerah alun-alunnya."Oke. As your wish," jawab Brandon sambil tersenyum sekilas. Entah bagaimana senyum sudah tidak pernah lekang dari bibirnya. Dia harus berterima kasih kepada Dominic yang sudah menyarankan dia untuk mengajak Janice pergi tanpa embel-embel pekerjaan.Sekitar sepuluh menit kemudian, Brandon menepi
"Chaaaaa ...." Suara Dominic terdengar menggema dari kamar mandi apartemen tempat tinggal mereka. Akhirnya Dom memutuskan untuk pulang karena Brandon dan Janice tidak kunjung muncul di rumah kediaman Ellordi. Dominic ingin berduaan dengan Chalondra saja sepanjang hari ini karena besok dia akan mulai kembali ke kantor. "Iya, Dadd?" Cha berlari mendekati pintu kamar mandi dan menjawab panggilan Dom. "Sini masuk." Chalondra pun membuka kenop pintu yang seperti biasa tidak pernah dikunci. Dia pun tidak pernah mengunci pintu saat sedang berada di kamar mandi. "Kenapa, Dad?" Dia menyembulkan kepalanya di celah daun pintu. Dilihatnya sang suami sudah selesai mandi dan sedang berdiri di depan cermin dengan hanya berbalutkan handuk di pinggang. "Tolong ambilkan kotak P3K, Sayang." Chalondra mengerutkan dahinya dan langsung masuk ke dalam. Curiga kenapa suaminya meminta kotak P3K. Lalu dia pun melihat Dom sedang menahan jari telunjuk tan
Somehow in Denpasar.Satu minggu lebih Anjar stay di kota itu untuk sebuah misi : membawa Reina pulang kembali bersamanya. Namun ternyata tidak semudah yang ia pikirkan. Hari itu, saat mereka kembali bertemu, Reina akhirnya setuju untuk membuktikan kata-kata Anjar yang ingin bermain ranjang tanpa pengaman. Hari itu sisa adonan brownies pun terbengkalai karena permainan mereka sambung menyambung hingga ke malam harinya.Bersama-sama mereguk kepuasan di atas ranjang nyatanya belum cukup membuat Reina menjadi yakin akan ketulusan Anjar. Seakan mendapatkan karma, sekarang berganti Anjar yang terobsesi dengan wanita itu. Dengan kecantikannya, keuletannya, kelihaiannya di atas tempat tidur. Pria itu juga menyadari bahwa sekarang, dia tidak ada bedanya dengan Reina yang pernah dia jadikan sebagai pemuas nafsu dulu. Dia seperti sudah menyerahkan seluruh raganya bagi wanita itu meski Reina belum mau memberikan kejelasan atas hubungan mereka.
Chalondra dengan cepat berlari kala netra-nya berhasil menangkap sosok seorang gadis yang sudah belasan tahun menyandang status sebagai sahabatnya, Heidy. Sahabat yang belum mengetahui jika dia sudah kembali dari Dubai dan juga perihal akan kembali kuliah di kampus ini. Ya, Dominic akhirnya mengizinkan Cha kembali berkuliah di kampus yang sama saat sebelum diasingkan ayahnya ke Amerika. Setelah dipikir-pikir, dia tidak perlu terlalu khawatir perihal Bryan. Dia memilih untuk percaya jika Chalondra hanya mencintainya. Pria itu juga merasa kasihan jika Chalondra harus kuliah di tempat baru dan harus beradaptasi lagi. "DHUAR!" Chalondra menepuk kedua pundak Heidy dengan kencang, membuat sahabatnya itu shock setengah mati. Buku yang ada di atas pahanya terjatuh ke pavin blok, di bawah kakinya. Hampir saja dia menyemburkan sumpah serapah. Namun saat dilihatnya siapa yang datang, wajah kesalnya pun berubah menjadi wajah terkejut. "Cha!! Kamu!!" Tanpa ada yan
Chalondra shock berat. Hanya mendengar suara bariton itu saja, dia sudah sangat tahu itu siapa. Gadis itu tanpa sadar mendorong Bryan sampai pria itu nyaris terjengkang.Dominic menatap istrinya dengan tatapan yang menggambarkan beragam emosi. Namun yang paling ketara adalah marah dan cemburu. Keduanya bercampur menjadi satu. Saat Chalondra dengan cepat berlari ke arahnya, Dominic juga ikut melangkah maju ke depan dan mereka berdua berhenti di tengah-tengah."Dad, Dad, jangan salah paham dulu. Aku ... aku bisa jelasin." Chalondra langsung meraih tangan Dominic dan meremasnya. Entah bagaimana bisa Dom ada di tempat ini, Chalondra tidak sempat memikirkannya. Yang terpenting sekarang adalah, suaminya tidak boleh salah paham dengan apa yang di liat barusan.Dominic menatap nanar ke wajah pucat wanita itu. Jangan salah paham katanya? Bukan kah kedua matanya sudah melihat dengan jelas jika istrinya sendiri lah yang memeluk Bryan terlebih dahulu?"Ini baru hari
Dua minggu berlalu setelah perjalanan Brandon dan Janice ke Bandung. Meskipun hingga saat ini Brandon belum mendapat jawaban dari wanita itu, dia tetap mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Janice demi membuatnya semakin yakin akan keseriusan Brandon. Mungkin, dari banyak orang yang berusaha mereka kelabui dengan masih bersikap jaga jarak di depan umum, Amber dan Chris ternyata cukup memahami hanya dengan melihat gesture tubuh dan cara mereka menatap satu sama lain. Keduanya tentu saja merasa ini sebagai hal yang sangat melegakan. Permintaan almarhum Kinan sepertinya akan bisa terwujud sebentar lagi. "Menurutmu apa mereka akan seperti Dominic dan Chalondra?" Amber yang sedang menonton televisi tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang cukup membuat suaminya terkejut. Chris Ellordi langsung meletakkan koran yang sejak tadi menutup setengah wajahnya. "Kenapa kau seperti tidak percaya kepada anakmu sendiri?" "Aku juga percaya kepada Chalondra. Tapi godaan
Jika sebenarnya sudah tidak ada lagi cinta yang tertanam di hati Reina untuk Anjar, seharusnya dia tidak sampai se-nelangsa ini. Seharusnya, gairahnya tidak sampai drop seperti ini. Bisnis brownies kukusnya berhenti total semenjak Anjar pergi. Yang mana itu berarti sejak dua mingguan lebih yang lalu. Reina seperti kehilangan separuh nyawa dan seluruh semangatnya. Anjar pun sama sekali tidak menghubungi wanita kesepian itu. Seolah satu minggu yang mereka lewati bersama tidak berarti baginya. Bukan kah katanya dia cinta? Mengapa begitu cepat menyerah hanya karena Reina sudah menolaknya? Para tetangga kiri dan kanan kontrakan Reina mulai menyadari jika wanita itu jarang keluar rumah. Ellen adalah orang pertama yang menyambangi kediaman Reina setelah tidak memunculkan batang hidungnya selama hampir dua minggu. Reina yang tidak ingin menarik perhatian ketika Ellen mengetuk pintunya, terpaksa mengangkat tubuh dari atas sofa malas dan membukakan pintu. "Kak!
(Yokk nangis berjamaah duluu hahahaaa.)HAHHH! FINALLYYY TAMAT JUGAAAAAAAAAA. AKU MEWEK NIHH NULISNYA HIKSSSSSSSS :( :(Nggak kerasa M.P.S.D ini sudah menemani kita selama 7 bulan yaaa (Mei-November 2021). Ahhhh, time fliessss.Masih ingat awal-awal aku ngerencanain novel ini, nggak ada persiapan yang matang sama sekali. Cuma mau cek ombak Goodnovel sambil nulis di aplikasi hijau (K.B.M). Karakter Dom dan Cha ini bahkan aku bikin ngalir aja, nggak ngarep banyak. Cover juga hasil crop foto random dari G**gle.TAPI SAMPAI SE-BOOMING INI, hikssss. Aku gak nyangka M.P.S.D sudah membawaku ke tahap ini. Bisa kasih penghasilan, buat namaku sedikit dikenal juga. Bisa bertemu dengan banyak pembaca yang sekarang udah aku anggap kayak saudara :( :(..GAIISSSS MAKASIH YAAAAAAA.WITHOUT YOU I'M NOTHINGGGG. ASLIII.Itu IG-ku yang Ootbaho baru berisi setelah ada Dom-Cha. F
"Buruan, B! Pesawat kita sudah mau berangkat!!""Don't push me, J! Siapa suruh kau tidak membangunkan aku!" Setelah menikah, Brandon jadi terbiasa memanggil istrinya dengan sebutan 'J' saja, sama seperti Janice yang memanggilnya dengan 'B'."Siapa suruh kau begadang? Sudah tau kita harus flight pagi!""Shiitt!" Brandon memaki dirinya sendiri yang bisa-bisanya menganggap sepele jam terbang mereka. Berharap tangan dan kakinya bisa bergerak dua kali lebih cepat sekarang. Janice pasti akan menggorok lehernya jika mereka ketinggalan pesawat. Dia tidak ingin diceramahi dua SKS jika tiket mereka hangus dan jika mereka harus beli tiket on the spot yang tentunya jauh lebih mahal.Sepanjang perjalanan Janice hanya diam karena pikirannya tidak tenang. Pergerakan mobil yang sudah sangat maksimal di dini hari tetap terasa begitu lambat baginya. Kenapa di saat genting seperti ini supir pribadi Brandon terkesan tidak lihai dalam membawa mobil?"J, kita tidak akan
Keesokan harinya, kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu menghabiskan waktu seharian di hotel. Mereka bercinta, makan, tidur and repeat. Benar-benar menikmati hidup tanpa beban. Tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Baik keluarga maupun pekerjaan.Satu hari ini Janice merasa begitu dimanja oleh Brandon. Laki-laki itu sangat lembut baik dari tutur kata maupun caranya memperlakukan Janice. Sebaliknya, Brandon pun tidak ingin lepas atau jauh-jauh darinya. Persis seperti anak bayi yang ingin selalu berada di samping sang ibu.“I love you.”“I love you too, B. Sudah seratus kali loh ya. Aku bosan mendengarnya.”“What? Berani-beraninya?!” Bukannya tersinggung, Brandon malah menghujani pipi Janice dengan kecupan yang bertubi-tubi. Dia sepertinya sedang merasakan pelipatgandaan cinta setelah mereka resmi menjadi suami dan istri. Bagi Brandon, Janice adalah wanita sempurna yang membuat hidupnya lengkap, utuh dan bahagia. Di
Warning 21+ Yang fanatik agama tolong menyingkir, karena bab ini akan membuat anda pusing dang mual. Daripada lapor-lapor, mending sadar diri untuk out. Saya menulis bukan untuk tabungan saya di surga kelak. Paham ya? Buat yang udah nungguin belah duren manten baru, happy reading!! ***** Hari H pernikahan Brandon dan Janice sudah di depan mata. Gedung tempat diselenggarakannya pesta resepsi sudah dipenuhi oleh teman-teman sejawat Brandon dan rekanan bisnis semua keluarga. Keluarga Ellordi, keluarga Richard, keluarga Alexander. Janice dan Brandon benar-benar menjadi raja dan ratu sehari yang tidak berhenti menyapa semua tamu yang datang. Setelah kedua mempelai selesai berdansa, Janice mengganti sepatu pengantinnya dengan sepatu sneakers dengan sol sedikit tebal saat akan turun menyapa para tamu. Setidaknya tinggi tubuhnya bisa mengimbangi tinggi Brandon. Mereka menyapa teman satu sekolah yang memang diundan
"Brandon! Your hand!" Janice bolak-balik geram karena selama proses berganti di dalam kamar, Brandon seperti tidak sabaran ingin memijit betisnya. Sejak pulang dari konferensi pers tadi, pria itu kelihatannya sudah gatal ingin menyentuh tubuh calon istrinya.Brandon tidak perduli pekikan Janice. Dia menarik wanita itu ke atas kasur. Dress mahalnya sudah luluh ke lantai dan memang Brandon sengaja menunggu momen dimana dia hanya mengenakan sepasang pakaian dalamnya."B!""What?!" Brandon membalas seraya menaiki tubuh Janice dengan cara yang seksi."Wajahku masih penuh make-up! Aku mandi dulu, baru lakukan apa yang kau mau!""Tapi ada yang sudah mendesak ingin berdekatan dengan belahan jiwanya. Melihat kharisma mu di sepanjang acara tadi, jiwaku jadi meronta-ronta, Janice.""Kharisma yang bagaimana yang bisa membuat jiwa seseorang meronta-ronta? Aw! Brandon!" Janice memekik lantaran pria itu tanpa permisi menurunkan segitiga pengaman Janice. Da
Konferensi pers yang tadinya digelar hanya untuk klarifikasi hubungan antara Brandon dan Chelsea, nyatanya berubah menjadi konferensi pers besar-besaran karena Richard memutuskan untuk ikut tampil di depan media. Malahan setting tempat yang tadinya direncanakan di Cakrawala, kini berpindah ke kantor Richard, yaitu Rich Textile. Brandon dan Janice langsung saling beradu pandang lewat dinding kaca saat pesan dari Chris masuk ke ponsel mereka berdua, yang menyuruh keduanya untuk segera meninggalkan kantor dan hadir di konferensi pers. “Opa sepertinya ingin mengumumkan kamu sebagai penerus perusahaan.” Brandon menebak saat mereka sedang dalam perjalanan menuju perusahaan Richard. “Aku … dengan tampilan yang seperti ini?” Janice langsung panik karena sekarang dia hanya memakai celana jins berwarna hitam dan kemeja biru muda. Itu juga lengan pendek. Jelek sekali! “It’s oke. Kita ketemu opa dulu. Siapa tau mereka sudah mempersiapkan yang terbaik untukmu.”
Janice menghembuskan napasnya ke udara bebas. Dia sedang berdiri di balkon dan menikmati udara pukul dua dini hari. Dia tidak bisa tidur. Di antara mereka, hanya Brandon lah yang berhasil terlelap satu jam yang lalu. Dia tidak bisa berhenti memikirkan semua hal. Pernikahan dan tanggung jawab yang baru saja dia emban sebagai penerus keluarga Richard. Dia sempat bertanya secara diam-diam kepada opa-nya, kenapa bukan Dion saja yang mengelola perusahaan? Tapi Richard menjawab kalau Dion sudah mendapat hak-nya, yaitu perusahaan yang ada di Jepang. Dan Dion sendiri yang meminta demikian, karena dia tidak ingin menetap di Indonesia. Sebentar lagi hidup Janice tidak akan sama lagi. Menikah dengan Brandon saja sudah akan membuat statusnya berbeda dengan rekan-rekan di kantornya, apalagi menjadi penerus Richard. Janice tidak tau apakah ini sebuah berkat atau malah sebuah petaka yang akan membawanya ke kehidupan yang serba rumit. "Kau belum tidur?" Tiba-tiba sua
Notes : Bab ini berisi Brandon-Janice, dan sampai tamat juga akan tentang mereka. Kisah Dom-Cha udah selesai ya gaes, di ige -ku juga udah aku info kalau ekstra part hanya untuk BJ, karena aku ga jadi bikin buku khusus mereka. Kalaupun aku bikin Dom-Cha sesekali, itu buat selingan aja. Jadi, yang ga suka Brandon-Janice, skip aja yaa, thank youu. Happy reading. ***** “Janice … wake up.” Janice merasakan pipinya ditepuk seseorang. Sayup-sayup juga dia mendengar namanya disebut dan orang tersebut menyuruhnya bangun sekarang. Itu suara Brandon. Kedua kelopak mata Janice terbuka dan didapatinya Brandon sedang duduk di tepi kasur. Sudah dengan celana boxer pendek yang menutupi bagian bawahnya. “Sudah sore, Sayang. Kau harus mandi,” ucap Brandon seraya tersenyum manis. “Om dan tante sudah pulang?” “Belum. Mereka sudah langsung ke rumah opa Richard. Dan kita disuruh ke sana sekarang.” Janice spontan terduduk. Selimut ya
"Kenapa kau sangat perhatian kepada Chelsea?" tanya Janice dengan nada yang sedikit curiga. Matanya memicing kepada Brandon yang duduk di sebelahnya. "What?" Pria itu pun tidak kalah kaget mendengar pertanyaan tunangannya. "Aku tidak salah dengar?" "Hm-m. Kenapa kau sepertinya begitu khawatir akan Chelsea?" ulang Janice seraya menatap Brandon yang sempat sesekali menoleh kepadanya. "Kau cemburu?" "Jelas. Aku tidak suka kau memikirkan wanita lain sampai sebegitunya. Apalagi sampai memikirkan nasib hubungan pertunangannya." Brandon langsung tergelak mendengar Janice yang tidak malu berterus terang. Gadis itu jelas-jelas sedang cemburu buta kepadanya. Ha-ha-ha. Menggemaskan sekali. Padahal tidak ada sedikitpun maksud tersembunyi di balik kekhawatiran Brandon kepada Chelsea. Murni hanya sudut pandang dia sebagai seorang laki-laki yang gentleman. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya melihat ini dari sudut pandang seorang pri