21+!!! Lexa sudah sangat lelah berdiri menyalami tamu undangan, namun bibirnya masih tetap menyunggingkan senyum palsu bahagia di depan para tamu undangan. Resepsi pernikahan mereka berlangsung sangat meriah di hotel Buenos, walaupun undangan pernikahan disebar melalui online karena pernikahan yang diadakan secara mendadak. Nyatanya tidak mengurangi jumlah tamu yang datang ke resepsi pernikahan sang billionare muda Jose Armando. "Apakah kakimu sudah pegal?" Sebenarnya Jose sangat mengkhawatirkan keadaan kakinya Lexa, tapi apa boleh buat. Tidak mungkin kedua mempelai menghilang begitu saja meninggalkan pesta resepsi, pasti sangat tidak sopan dan itu akan menjadi santapan empuk bagi pencari berita gosip yang akan merusak image Jose. "Ya begitulah, tapi apa boleh buat." Lexa meringis menggerakkan kakinya pelan. "Nanti aku akan membantu memijat kakimu di da
21+!!! Rambut acak-acakan, tubuh polos mengkilap akibat tetesan keringat, mata terpejam dan napas tersengal serta keadaan ranjang yang porak poranda menjadikan pemandangan yang menarik di mata Jose, diamati tubuh istrinya yang tergolek lemas diatas ranjang dengan keadaan berantakan tapi menurutnya terlihat sangat séksi. "Gimana sayang, puas hummm?" Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Lexa, hanya sengalan napas yang terdengar. Mungkin karena ini yang pertama bagi Lexa, sehingga Lexa belum terbiasa.Hanya dengan satu kali pelepasan Lexa sudah tergolek tak berdaya. Nampaknya Jose harus menunda keinginanya untuk mengharapkan sensasi blow job dari istri kecilnya yang belum berpengalaman. Tapi malam ini ia ingin menuntaskan pelepasan yang telah ia tahan berhari-hari dengan meminta hak malam pertama kepada istrinya yang entah berapa ronde istrinya
"Bhuaammmm." Bunyi pintu hotel yang dibanting oleh Jose memekkan pendengarannya Lexa. "Hufft." lexa mendengus kesal dengan perlakuan Jose kepadanya. Lexa tidak peduli, ia ingin mengistirahatkan badannya yang terasa lelah dan remuk akibat ulah suaminya tadi. Sementara itu diluar kamar hotel, Jose sangat marah karena tidak mendapatkan jawaban dari istrinya. Jose bukan tipe pria yang ringan tangan, walaupun kecewa ia tidak mau menyakiti fisik istrinya. Sebagai pelampiasan, ia menendang apa saja yang ada diluar kamar hotel. Toh tidak akan ada yang melarang karena Jose adalah pemegang saham terbanyak di hotel ini. Setelah amarahnya sedikit mereda. Jose mencari Margaritha, pelayan pribadinya Lexa. "Mag ini key card kamar hotel, beresi barang-barangnya nyonya muda. Setelah selesai, bawa nyonya muda kembali ke mansion. Layani semua kebutuhanya dengan baik, tapi jangan biarkan ia keluar kamar walaupun cuma sebentar. Kalau sampai ia bisa kel
21+!!! Setelah sampai dihadapan Jose, Miranda langsung duduk dipangkuan Jose. Ia mulai mengendus pipi Jose dengan sensual, bibirnya mulai melumat bibir Jose dengan rakus. "Aku menginginkanmu malam ini Jose, kita ulangi lagi malam panas kita berdua seperti dulu sayang." Jose tidak membalas ataupun menolak ciuman Miranda. Miranda membusungkan dàdanya yang sudah mencuat ujungnya dihadapan Jose untuk menarik perhatianya. Beberapa bait kata-kata sensual, ia bisikan ke telinganya Jose. Dengan lihainya ia menjejalkan lidah basahnya ke rongga telinga Jose, lalu mengulum cuping telinga Jose dengan lembut. Tidak lupa gigitan kecil ia labuhkan di tengkuknya Jose. Tidak sampai disitu, Miranda membimbing tangan Jose untuk meraba dàdanya. "Come on baby, touch me right now." Miranda mendesah, menginginkan Jose untuk menyentuh dirinya. Merasa tidak ada respon, Miranda mengubah arah
21+!!! Cahaya matahari pagi menembus tirai kamar, Lexa mengerjapkan matanya. "Oh sudah pagi ternyata." Lexa bergumam sendiri, ia menoleh kepada suaminya yang terbaring di sisinya. Ia memandang wajah tampan suaminya dengan intens. "Tidak menyangka, seorang Jose Armando akan sebodoh ini. Menyiksa diri sendiri hanya karena suatu prasangka yang belum pasti kebenaranya. Meragukan keperawananku? Dasar bödoh, aku tidak yakin kalau kau yang terkenal dengan sebutan lady killer tidak bisa membedakan antara yang perawan atau bukan. Selama ini kau mengajak para wanita naik ke atas ranjangmu itu hanya untuk bermain petak umpet kah? He he he lucu sekali. Berciuman saja aku belum pernah, apalagi tidur dengan seorang pria. Ingin rasanya ku pukul kepalamu dengan gagang senapan biar waras otakmu huffft." Lexa panjang lebar mengomel kepada suaminya yang masih terlelap dalam tidurnya. "Engkhhhh. Sebaiknya aku mandi dul
"Awwww." Teriakan Lexa terdengar membahana seiring dengan tubuhnya yang melayang dari atas balkon. "Bhummm." Suara dentuman sesuatu yang keras, menyeruak di indra pendengarannya Jose." Jose yang masih setengah terlelap akibat kelelahan, seketika terbelalak matanya. "Lexaaaaaa." Jose segera memungut boksernya lalu memakainya asal. Ia berlari keluar kamar sambil memanggil semua pelayannya. "Tian, Ema, Mag semuanya segera ke halaman samping!" Teriakan Jose menggema di seluruh penjuru mansion. Melihat tuannya bertelanjang dàda berlari bagai orang gila, seluruh pelayan di mansion segera berlarian mengikuti langkah sang majikan. "Brakkk." Dengan sekuat tenaga, Jose menendang pintu yang menghubungkan dengan halaman samping mansion. Mata Jose terbelalak melihat istrinya yang hanya memakai handuk putih, terkulai tak bergerak dengan darah yang telah mengalir di bawah kepalanya. "T
"Lexaaaaa tidak, tidak. Jangan tinggalkan aku sayang. Aku mohon aku-- Tubuh Jose membeku melihat wajah cantik istrinya tepat di hadapannya dengan mata yang masih tertutup, bibirnya sedikit terbuka dan embusan napasnya yang ber aroma mint menyapu wajahnya. "Ngkhhhhhh." Lexa melenguh, menggeliatkan tubuhnya. "Aduh badanku sakit semua." Lexa menggerakkan badanya ke kanan dan ke kiri. Jose masih terbengong, mencerna kejadian yang tadi menimpanya. Tapi kenapa istrinya masih hidup, bukankah tadiiiii? "Awwwww." Lexa memekik keras karena Jose menubruknya dan memeluknya dengan sangat erat. "Aduhhhh sakit Jose, kau ingin membunuhku hah!" Jose tidak menjawab bentakannya Lexa, ia malah menciumi wajah Lexa berulang-ulang." "Bhugh bhugh bhugh." Lexa memukuli tubuh Jose karena tidak melepaskan pelukannya yang membuat Lexa sesak napas. "Aoww." Jose menga
"Ngkhh." Lexa menggeliat merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang terasa pegal. Ia heran ketika tidak mendapati Jose di sampingnya." Ke mana dia pergi pagi-pagi begini?" Biasanya saat Lexa membuka matanya, pertama yang ia lihat adalah wajah tampan suaminya yang memeluknya dengan posesif. Lexa meraba permukaan kasur yang telah dingin, menandakan Jose sudah bangun dari tempat tidur sejak lama. Sudah satu minggu sejak mereka berbaikan, Jose memperlakukan Lexa bak seorang ratu. Lexa dilarang mengerjakan sesuatu yang berat, bahkan sekedar memasak makanan saja tidak diperbolehkan. Pernah sekali Jose mengetahui Lexa memasak makanan kesukaanya, Jose langsung menghukum para pelayan yang ada di mansion. Hari berikutnya, Lexa yang ingin masuk ke dapur langsung dihadang para pelayan yang tidak mengizinkan Lexa untuk masuk."Maaf nyonya, kasihani kami. Jika nanti Tuan tahu, kami akan di hukum lagi." Begitulah sepenggal kata-kata dari para pelayan yang ketakutan gara-gara Lexa memasak makanan kesuk
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki