"Kak ty, Lexa." Seekor serigala abu-abu muncul dari dasar jurang. "Kak Xander," Lexa membuka matanya melihat Xander sudah berdiri di hadapannya. Alexander Druva, kakak sepupu Lexa. Berpostur tinggi 185 cm, rambut pirang gelap, bermata abu-abu dan berwajah tampan ala aksen eropa timur. "Lupa denganku?" Xander merentangkan tangannya. Lexa bergerak maju, namun di tengah jalan ia berhenti. "Kenapa?" Xander menatap Lexa dengan pandangan tidak suka. "Maaf kak, kita sudah dewasa, seharusnya kita batasi interaksi di antara kita berdua, dan----- aku sudah menikah." Xander mengetatkan rahangnya, menahan marah. Dengan nada dingin, ia hanya menjawab, "oh." "Aku ingin tahu, kenapa kakak mengijinkan klan-klan kecil untuk membuat kekacauan, mereka bahkan berani mengganggu manusia di siang hari dan pada sembarangan tempat." "Oh, kau baru ingat dengan masa depan klan kita." Xander berkata dengan sarkas. "Kak Xander, aku-------" "Kau sudah lupa dengan tugasmu sebagai seorang alpha?"
Lolongan serigala keluar dari mulut Lexa, ia berlari menghadang Alexander lalu merubah wujudnya menjadi seekor serigala merah.Jose tersentak, jatuh ke belakang dengan posisi duduk, matanya mengerjap beberapa kali, ia hampir pingsan melihat dengan mata kepala sendiri, istri cantiknya berubah menjadi seekor serigala."Jadi dia seorang manusia serigala. Pantas saja, dia bisa melumpuhkan seorang laki-laki dengan satu pukulan. Tapi benarkah di zaman sekarang masih ada manusia serigala." Jose berbicara sendiri bagaikan orang linglung."Oh, demi laki-laki itu, kau bisa sejauh ini, sepupuku sayang." Alexander menyindir.Lexa yang sudah berubah menjadi serigala merah langsung berlari menerjang Alexander, seketika Serigala berwarna hitam yang tak lain adal
"Apa maumu?" Jose siaga menghadapi Lexa. Bayangan makhluk mengerikan yang dilihatnya tadi, membuat Jose syok berat.Bastian bingung dengan sikap kedua majikannya. Biasanya Jose akan selalu menempel kepada Lexa dan sangat posesif namun kali ini Jose sangat cuek bahkan terkesan menjauhinya. Ingin ia bertanya tapi sepertinya waktunya belum pas untuk Bastian meminta Jose untuk bercerita. "Tuan, selesaikan urusan Tuan, saya keluar sebentar." Bastian mengurai cekalan tangan Jose di lengannya. Bagaimanapun bosnya harus bicara secara privat dengan istrinya. "Jangan Tian! Tetap di sini!" pinta Jose.Lexa menatap tajam kepada dua orang yang ada di depannya. Ia maju selangkah, mulutnya terbuka mengeluarkan angin. "Hush," tubuh Bastian terdorong keluar melewati pintu. Tubuh pemuda itu seringan kapas, terbang dari hadapan Jose dan mendarat di lantai lorong hotel.Pintu menutup dengan sendirinya lalu terkunci secara otomatis.Bastian beberapa kali mengerjap, mencerna kejadian yang menurutnya tidak
"Tapi sekarang jam satu malam, Tuan." Bastian protes. "Aku tidak peduli! Cepat cuci mukamu lalu bersiaplah!" Jose menarik tubuh Bastian agar segera berdiri. 'Dasar bos gila, tadi diusir sekarang ingin menjemputnya.' Bastian dengan lesu pergi mencuci muka di kamar mandi dan segera keluar untuk melakukan tugasnya.Karena jarak hotel dan stasiun sangat dekat. Jose, Bastian dan para Bodyguard mereka sudah sampai di stasiun kereta dalam hitungan menit. "Tuan, Anda sudah menyiapkan kata-kata untuk merayu Nyonya Muda?" Bastian yang saat ini sekamar dengan Jose bertanya dengan lesu karena masih merasakan kantuk yang menderanya. Segelas kopi yang diminumnya tidak bisa menghalau rasa kantuknya. Ia sengaja meneteskan obat mata agar penglihatannya tidak buram. "Merayu?" Jose menatap Bastian dengan tanda tanya. Ia hampir lupa dengan masalah yang menjadi penyebab Lexa pergi dari sisinya. "Ya, merayunya, Tuan telah menyakiti hati Nyonya Muda. Anda harus merayunya agar hatinya luluh." Bastian t
Jose terkulai tak berdaya di atas salju. 'Dimana ini, Alex, sedang apa kau di sana, Sayang?'Jose menatap punggung Lexa yang semakin menjauhinya. Bayangan istrinya itu semakin tidak terlihat. Ia menyesal karena telah meninggalkannya. Andai waktu bisa diputar. Hubungan mereka tidak akan memburuk dan bertemu dengan orang-orang yang ingin melenyapkan Lexa.Serigala yang melumpuhkan Jose berjalan Dengan bangga ingin meraih tubuh Jose. Kerumunan segerombol Serigala terdengar bersorak-sorai melolongkan suara kemenangan.Baru saja tangan serigala itu ingin menyentuh tubuh Jose, dari balik gundukan salju muncul Lexa yang menatap tajam mereka dengan berkacak pinggang. "Jauhkan tangan kotormu dari tubuh suamiku!" Lexa mendesis menatap segerombolan pemberontak. Ia bersumpah akan mencabik-cabik tubuh gerombolan pemberontak itu karena berani menyentuh dan menyakiti Jose.Serigala itu menghentikan gerakan tangannya. Ia menatap Lexa dengan tatapan meremehkan. "Cih, serigala betina rupanya. Hahaha, i
Lexa perlahan-lahan merubah wujudnya menjadi seekor manusia serigala. Dimulai dari rambut merahnya yang memanjang melebihi pinggulnya. Kuku-kukunya yang memanjang serta gigi taringnya yang keluar. Matanya pun berubah menjadi merah menyala sedangkan bajunya sudah robek menjadi potongan-potongan kecil karena tubuhnya berubah menjadi kekar dan dipenuhi dengan bulu berwarna merah.Jose yang kaget, langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Laki-laki itu tidak menyangka Lexa akan segera memperlihatkan wujud aslinya kepadanya saat ini."Inilah wujud asliku. Apakah kau tidak takut dan masih bilang rindu padaku?" tanya Lexa.Jose menahan nafas, jantungnya berdetak tidak karuan. Ada rasa ketakutan di dalam hatinya. Mulutnya terkunci rapat dan tubuhnya bergetar karena takut.Namun mengingat awal perkenalan mereka dan kebersamaannya bersama Lexa. Membuat Jose sedikit demi sedikit mempunyai keberanian untuk menatapnya secara langsung. Apalagi di malam pertama mereka, Lexa membuktikan bahwa gad
"Alex …." Desah Jose saat merasakan sentuhan sensual di pangkal pahanya lalu beralih ke kejantanannya."Alex, jangan bermain-main denganku." protes Jose saat merasakan Lexa hanya mengelus kejantanannya dan bermain-main dengan benda yang sudah mengeras itu."Kau selalu tidak sabar." cibir Lexa."Alex ayolah, aku sudah tidak tahan." protes Jose.Lexa hanya tertawa kecil melihat reaksi suaminya yang terlihat sangat tersiksa."Alex, a …." Jose terkesiap saat lidah basah istrinya sudah berputar di ujung kejantanannya. Tangannya mencengkram seprai seperti seorang pemuda yang akan kehilangan keperjakaannya. Ia sekarang paham, kenapa istrinya bisa sangat mahir dan mempunyai tenaga lebih untuk urusan menyenangkannya di atas ranjang.Jose menengadahkan wajahnya ke atas ketika merasakan kedua bola kejantanannya sudah berada di mulut istrinya. Terasa hangat dan nikmat. Lidah basah Lexa sudah menari-nari menyusuri bulatan daging itu secara bergantian.Napas Jose terengah, merasakan seluruh kejanta
"Siapa sih?!" keluh Jose yang merasa terganggu dengan suara ketukan pintu. Saat gairahnya sudah berada di ubun-ubun. Ada seseorang yang mengganggunya."Tunggu dulu, aku lihat siapa yang berani menganggu kita." ucap Lexa tersenyum geli melihat wajah jutek suaminya yang sedang menahan nafsu. "Huh …," Jose mendesah sebal, lalu menggulingkan tubuhnya yang semula mengungkung tubuh istrinya."Tutup tubuhmu, kau ingin orang lain melihat milikmu yang super mini itu?" ejek Lexa."Alex!" panggil Jose gemas karena ejekkan istrinya. Punggung mulus istrinya terlihat menggoda. Untuk sesaat gadis itu memakai kimono handuk sebelum membuka pintu."Ukuran mini?" desis Jose yang sekilas memandang kejantanannya yang masih tegak mengacung karena belum puas melabuhkan hasrat biologisnya kepada istri cantiknya."Sabar, Bung." Jose menutup tubuh polosnya dengan selimut bludru."Ada apa?!" tanya Lexa setelah melihat seorang omega dari klannya berdiri di depan pintu. "Ada segerombolan serigala liar yang seda
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki