PoV Reyndad
Aku menjemput Adnan tepat pada pukul 16.00 WIB. Tapi, sebelum itu aku mencicipi kue buatan Ibu Adnan.
Aku memberi masukan agar kue buatannya dijual secara online agar ada pelanggan dan dia mendapatkan keuntungan yang besar.
Mereka setuju dengan ucapanku dan aku membawa Adnan pulang ke rumah.
Sampai di rumah, Adnan juga sangat ingin membuat dessert coklat atau dessert lainnya.
Aku tak melarangnya dan membiarkannya untuk berinovasi sendiri.
Adnan duduk di ranjang sambil menatap layap pipih tersebut sementara aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai, Adnan menggunakan kamar mandi tersebut.
Kami melaksanakan rutinitas salat magrib dan isya' lalu keluar dari kamar berpapasan dengan Bi Ima berpamitan pulang.
"Wah, Bi Ima masak banyak hari ini," ucapku memandang beberapa masakan Bi Ima yang tergeletak manis di atas meja makan.<
Di perjalanan, Adnan mulai meregangkan genggaman tangannya di tanganku, ia mulai merasakan rileks saat melihat awan di atas. Matanya membesar dan tangan mungil itu menyentuh kaca pesawat."Boleh difoto gak?"Aku menganggukkan kepala lalu mengeluarkan camera khusus dan Adnan membidiknya.Adnan juga mengarahkan kamera tersebut pada kami untuk melakukan pose yang lucu, kesal dan tersenyum bahagia."Berarti Kakak sering dong bolak-balik Indonesia ke Korea?""Iya, tapi itu dulu. Sekitar 3 tahun yang lalu."Aku mulai memesan makanan dan minuman agar Adnan tidak merasa kelaparan dan sekaligus menikmati pemandangan di atas awan."Saya pesan nasi goreng, dessertnya lava cake chocolate, minumannya susu coklat."Pramugari tersebut berjalan meninggalkanku untuk membuatkan pesanan, aku memanggil pramugari dari Indonesia agar Adnan paham dengan apa yang kuminta.****10 jam berlalu, kami
Makan malam, kami hanya berbincang ringan diselingi dengan lelocun Papa pada Adnan.Aku tersenyum melihat kedekatan Papa dan Adnan--menantu cantiknya itu.Setelah selesai makan malam, aku mengajak Adnan untuk berkeliling kota Seoul memakai pakaian tebal, tak lupa dengan hijabnya.Kami berjalan kaki berdua menuju Namsan Seoul Tower karena Adnan ingin berfoto ria.Aku dan Adnan menaiki tower tersebut, tidak terlihat lelah di raut wajahnya.Sampainya di atas Tower Namsan, ia langsung membidik kota Seoul yang dipenuhi dengan bintang dan lampu jalan kota yang sangat indah.Lalu aku mengajaknya untuk memakan khas Korea yaitu bulgogi. Setelah pesanan sampai di atas meja restoran, aku memotong kecil daging sapi yang sudah dipanggang dan diberi bumbu lalu menyelimuti daging sapi tersebut dengan selada."Makan pake daun?" tanya Adnan."Konon, katanya kalau makan pake selada itu lebi
Aku merengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku seraya melihat ke arah ponselnya yang sedang menayangkan video masak-nasak membuat dessert."Kamu mau buat itu?" tanyaku."Rencananya. Tapi, belum ada waktu," jawabnya."Ya udah, bobok. Udah malam, besok saya mau kerja."Aku membaringkan tubuhnya di ranjang dan menyelimutinya bersamaan dengan diriku.Hari ini, salju masih turun, mungkin sekitar 2 Minggu ke depan.Aku menatap ke arah Adnan yang belum juga menutup matanya."Mikirin apa?" tanyaku membuat ia menoleh."Gak, andai aja aku bisa main salju di luar. Tapi, kondisi badan gak memungkinkan."Aku terkekeh pelan mendengar penuturannya. Aku mendekapkan tubuh mungilnye ke pelukan hangatku dan mengecup pelipisnya."Bisa kok, kalo suhu tubuhmu normal kamu bisa melakukannya," jawabku membuat Adnan tersenyum bahagia.Kami menutup mata mengabaikan salju yang masih enggan untuk be
Pagi ini, aku mengajarkan Adnan untuk bermain papan seluncur di taman. Tidak terlalu ekstrim, tapi menurutku ini cocok untuk seorang pemula seperti Adnan.Aku memperlihatkan berbagai gaya dalam muluncur di atas bukit bersalju dengan menggunakan papan seluncur."Bisa?" tanyaku.Adnan mengangukkan kepalanya dan berdiri dari duduknya di atas salju. Aku mempelajari caranya menggunakan tongkat sky dan gaya peluncuran nanti.Adnan hanya diam menatapku dan ia mulai dengan langsung meluncur, otomatis ia terjatuh tengkurap di atas salju.Aku tertawa dan berlari ke arahnya dan membantunya untuk berdiri."Hati-hati dong, sayang."Aku membersihkan pakaiannya dari butiran salju yang melekat lalu mengajarkannya menggunakan sepatu roda.Adnan memang tidak mahir dalam permainan ini, aku hanya bisa menuntunnya dan kadang aku juga melepaskan tanganku dari tangannya membuat ia merengek dan takut jatuh.
"Mandi," ucapku melihat Adnan yang sedang meregangkan kepalanya di bawah matahari pagi yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi."Kakak ini selalu--""Saya hitung sampai tiga, kalau kamu gak mau mandi, saya gendong dan memandikanmu. Satu, du--"Brak!Aku terkekeh begitu Adnan langsung berlari masuk ke dalam kamar dan menutup pintu belakang dengan kasar."Sekalian aja pintu kamar mandinya lepas, biar saya bisa melihatmu!" teriakku masuk ke dalam rumah."Aku akan mencekikmu, Pak Reyndad!" bentak Adnan dari dalam kamar dan lagi-lagi aku dibuat tertawa terbahak-bahak.Sementara aku menyiapkan sarapan pagi karena bibi tidak masuk karena sedang berhalangan sakit.Aku tak bisa berbuat apa-apa selain memberinya waktu sampai tubuhnya benar-benar pulih.****Aku sudah sibuk di dapur sejak lima belas menit lalu, menyuruh bawahanku untuk membelikan bahan makanan seperti daging, susu, telur dan sayur.
Adnan menggelengkan kepalanya ribut lalu memberontak agar tubuhnya menjauh dari tubuhku. Aku mengeratkan pelukanku pada pinggangnya seraya menatap wajahnya lekat membuat ia salah tingkah.Adnan menutup mulutnya dengan sebuah tangan dan tangan lainnya beralih pada perutnya.Seketika keluarlah suara yang membuat ia harus mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya tersebut.Aku melepaskan pelukanku dan kakinya melangkah menuju kamar mandi.Aku mengikutinya dari belakang lalu membantunya untuk mengeluarkan isi dalam perutnya dengan memijat tengkuknya lembut."Kamu masuk angin?" tanyaku menatap wajahnya yang memerah."Ah, mungkin saja," jawabnya sambil membersihkan bibirnya dengan air yang mengalir di wastafel.Adnan tidak mengeluarkan apa-apa dari dalam mulutnya, hanya saliva saja membuatku heran."Kita ke dokter saja," ajakku."Tidak, aku takut jarum suntik."&nbs
Aku melangkahkan kaki menuju ke arah Adnan dan Fero yang sedang berpelukan lalu menarik tangan Adnan dengan kasar hingga mereka terkejut, Adnan menatapku dengan wajahnya yang sembab, penuh air mata."Pulang!"Aku menarik tangannya, tapi langkahku terhenti karena ada seseorang yang menghentikan langkahnya dengan cara menarik tangan Adnan."Lepaskan!" bentakku."Lepaskan tangan itu."Aku menarik tubuhnya seraya menatap tajam ke arah Fero."Lepas, Fer," pintanya.Fero melepaskan genggamannya lalu aku kembali menarik tubuh Adnan secara kasar untuk masuk ke dalam mobil.***Sampai di rumah, aku berjalan mendahuluinya dan duduk di bibir ranjang menatap Adnan dengan brigas yang memilih berdiri di ambang pintu."Jadi, Fero itu pelarian?" tanyaku padanya."Bukan."Dirinya kembali terisak membuatku jengah menatap gadis ini.Aku menarik
Tak berselang lama, mereka datang dan Cinta duduk tepat di sampingku. Sementara Adnan duduk di sebrang, sesekali aku melirik ke arahnya yang tengah fokus menatap layar televisi."Adnan, ayo tidur," ajakku dan berjalan menuju kamar mendahuluinya."Aku tidur dulu ya, Cin."Masih terdengar suaranya yang sedang berpamitan pada Cinta saat aku masuk ke dalam kamar dan membersihkan wajah ke kamar mandi.Aku melihat Adnan yang sudah berbaring di ranjang. Tapi, sebelum aku menyusulnya, terlebih dahulu aku mengeringkan wajah dengan handuk bersihkan dan duduk di punggung ranjang."Apa kamu tidak mau minta maaf?" tanyaku menatap punggungnya.Seketika ia berbaling badan dan menatap langit-langit kamar."Kemaren itu, aku gak sengaja ketemu sama Fero dalam keadaan menangis. Ya udah, aku lampiasin ke dia. Langian ini juga salah Kakak."Aku hanya diam mencerna kata-katanya."Ya, tapi Kakak gak sempat berpelukan," sindirku.
Adnan melepaskan tangannya di dalam genggamanku dengan kasar. Tanganku terhempas dengan kasar di udara seiring tubuhnya berjalan masuk, matanya menatapku dengan tatapan benci seolah tak ada rasa rindu dan cinta di sana.Sementara aku hanya bisa diam mencerna ucapannya.Don't ever see me again."Geulaeseo,ige dangsin-i na-ege han jis-ingayo, Adnan? Wae naleul neoegeseo meol-eojige mandeulgo, neoui gyeot-eseo salajigo, naega geogieeobsneun neo jasin-ui haengbog-eulo meolliseo neoleul chyeodabogo sip-eo? Jigeum museun saeng-gag-eulhago issnayo, Adnan? naneun dangsin-eul chaj-eulyeogo ae sseossgo, simjieo eomeonido dangsin-ui ileum-eul buleumyeo pohyohayeo dangsin-eun ppalli jib-eulo dol-a wassseubnida."Aku menyeka air mata dengan kasar, kembali masuk ke dalam Cafe Halal untuk membayar makananku dan kembali ke hotel.(Jadi, ini yang kamu lakukan padaku, Adnan? Kenapa kamu ingin membuatku menjauh darimu, menghilang di sisi
Pagi hari, Reyndad kembali berjalan menuju cafe halal. Ia melihat wanita berhijab dan bergamis warna navy sambil menggendong seorang anak kecil kira-kira usianya 2 tahun.Wanita itu membuka cafe halal seraya mencium pipi gadis kecil itu yang berada di gendongannya."Apa dia sudah menikah?" gumam Reyndad seraya duduk di bangku panjang dan memegang ponselnya.Pintu itu kembali tertutup rapat. Tak berselang lama, datanglah para pegawai dan beberapa orang chef memasuki cafe tersebut."Sekarang masih pukul 6 pagi."Reyndad menatap layar ponselnya. Walaupun masih pagi, banyak orang berlalu lalang berjalan di sini.Reyndad tetap duduk di bangku itu seraya menatap ponselnya. Bukan, itu hanya untuk mengalihkan perhatiannya agar mereka tak merasa terusik ketika Reyndad diam-diam mengintai cafe tersebut.Tak lama, wanita itu keluar seraya menenteng dua kotak di tangannya dengan helm yang melekat di kepalanya.Adnan.
Reyndad hampir saja tersesat. Tapi, ia menghidupkan GPS di ponselnya lalu menggunakan peta dari ponselnya menuju cafe halal.Lumayan jauh dan memakan waktu lebih kurang 2 jam."Akhirnya," gumamnya seraya masuk ke dalam cafe halal tersebut.Reyndad duduk di meja sebelumnya ketika ia pertama kali datang ke cafe ini. Reyndad mengangkat tangannya ketika seorang wanita berpakaian seragam yang sama dengan karyawan lainnya menoleh ke arah Reyndad, berjalan seraya membawa buku menu."What do you want, sir?" tanyanya.Reyndad melirik ke papan nama wanita itu, Mia.(Mau pesan apa, Tuan?)"I'd like dessert, a sweet one and a cup of green tea."(Saya mau makanan penutup, yang manis dan secangkir teh hijau.)"Okay, please wait a few more minutes. We will carry your order."Mia berjalan meninggalkan Reyndad. Ia sedikit terpanah dengan pesona Reyndad, tak biasanya ia bertemu dengan lelaki yang tampan sepertinya.(Baik, si
"Kita ke 'Cafe Halal' itu aja," tunjuk Reyndad."Jangan!" gertak Jong Ru membuat Reyndad menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh tanda tanya."Wae?""Ani, geogi eumsig-i bissada," jawab Jong Ru.*Bukan, di sana makanannya mahal.*"Bissan? Bunmyeonghi hallal eumsig-imyeo seuta hotelmankeum bissaji anh-eul sudo issseubnida. Uhoejeon."*Mahal? Jelas itu makanan halal, gak mungkin semahal di hotel berbintang, kali.Balik kanan.*Jong Ru langsung memutar mobilnya tanpa melihat ke kaca spion. Beruntung tidak ada mobil lain di belakang mobil mereka.Jobg Ru dan Reyndad turun dari mobil. Jujur, Jong Ru sangat takut jika Adnan sampai tahu Reyndad berada di California."Mau duduk di mana?" tanya Jong Ru."Dekat pintu masuk saja."Reyndad mendudukkan dirinya di kursi yang ia inginkan. Sementara Jong Ru celingak-celinguk melihat keberadaan Adnan. Tidak ada, pikirnya."Hi good morning. What would you like
Reyndad menunggu Jong Ru sambil memainkan ponselnya. Ia berselancar di aplikasi Instagram ketika ia memposting jari manis milik Adnan yang terselip 3 buah cincin pernikahan dan 2 buah cincin mahkota dan berlian darinya dengan caption 'bogoshipda'. Tak lupa dengan emotikon love berwarna purpel, putih, merah, dan sebuah gambar cuncin dan berlian di sana.Banyak komentar dari nitizen yang merasa kecewa, patah hati dan karyawan yang turut mendoakan Reyndad agar tetap langgeng bersama Adnan.Reyndad jarang sekali mengumbar kemesraan mereka. Memajang foto mereka berdua di sosial median, entah itu di poto profil maupun poto sampul. Hanya memamerkan bagaimana bahagianya mereka melalu kata-kata lugas Reyndad saja.Walaupun Reyndad memposting hanya dua postingan tanpa mengumbar wajah Adnan.Tin!Reyndad menoleh ke arah mobil BMW silver lalu keluarlah Jong Ru. Reyndad segera menenteng kopernya seraya berlari kecil ke arah mobil Jon
PoV AuthorPukul 20.00 PT, Jong Ru telah selesai membersihkan diri. Ia mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil seraya duduk di ranjang memegang ponselnya.[Gue akan pergi ke California. Untuk liburan saja, kita satu kamar ya.]"Kenapa harus berkunjung, sih?" gumam Jong Ru mencebikkan bibirnya karena kesal.[Terserah padamu,] balas Jong Ru lalu menonaktifkan ponselnya. Ia berpikir bahwa Reyndad tak boleh tahu perihal Adnan berada di California.Tapi, bagaimana ia harus menyembunyikan Adnan dari Reyndad. Apa dia perlu memberitahukan pada Adnan?Jong Ru menggelengkan kepalanya. Ia tak boleh mengatakan ini pada Adnan. Melainkan pada Yayuk."Astaga, bahkan nomor temannya pun gue gak punya," cicitnya.Jong Ru bergegas menuju ke rumah Yayuk karena ia akan mengajak Adnan ke acara festival sebelum pergantian tahun.***Reyndad telah menyiapkan perlengkapannya. Besok pagi, ia
Tumben Jong Ru pergi liburan ke luar negeri. Tak biasanya dia seperti ini, pikirku.Tak lama, Jong Ru mematikan ponselnya ketika seorang wanita memanggil namanya. Seperti suara yang tak asing bagiku."Mungkin Jong Ru mencari gadis di California untuk ia jadikan istri," gumamku seraya meletakkan ponsel di nakas lalu keluar dari kamar.Terlihat mama sedang duduk sendirian di meja makan sambil meneguk teh hijau di cangkirnya."Bissan mulgeon-eul saji ma, wae susib-eog dalleoga deuneun chaleul sa gess-eo?!" bentak mama padaku.*Jangan beli barang yang mahal, untuk apa kamu beli mobil yang harganya miliaran itu?!*Aku cukup terkejut dengan ucapan Mama."Eomma, beolsseo ilhago iss-eoyo. Beolsseo seuseulo don-eul beol su issseubnida," ucapku berjalan menuju kulkas.*Ma, aku udah kerja. Udah bisa menghasilkan uang sendiri, itu hakku, Ma.*"Adnan-eul dasi gajyeool su e
Jong Ru menceritakan keadaan Reyndad yang sangat tragis karena ditinggal oleh Adnan. Dari lubuk hati Adnan, ada rasa iba dan khawatir. Tapi, egoisnya melebihi rasa belas kasihan untuk Reyndad."Jangan ceritakan tentang dia," ucap Adnan menatap Jong Ru.****Pagi ini, Reyndad berangkat ke Korea sekedar liburan karena 1 bulan ini kantornya cuti menjelang pergantian tahun.Reyndad memesan tiket pesawat bagian bussines lalu menjadwalkan keberangkatannya jam 20.00 WIB.Setelah mengemasi pakaian dan baju tebal di dalam dua buah koper miliknya, pukul 19.23 WIB ia berangkat menggunakan taksi online yang sudah Reyndad pesan tiga puluh menit lalu.'Aku akan ke Seoul tanpamu,' batin Reyndad menatap tiket pesawat dengan nomor 2 milik Adnan dulu.Reyndad naik ke pesawat dan mencari tempat duduknya sesuai dengan nomor tempat duduk dan ternyata ia berada di samping jendela. Reyndad duduk seraya menggunakan sabuknya lalu mengeluarkan po
Pukul 16.00 PT, Adnan telah selesai menyiapkan makan malam beserta sereal yang ia buat dengan susu hangat. Yayuk pulang ke rumah dengan wajahnya yang lelah.Ia tersenyum pada Adnan sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi. Setelah Yayuk menggunakan kamar mandi, Adnan memakainya untuk membersihkan tubuhnya.Malam ini, Yayuk memberikan informasi bahwa ia akan memasukkan Adnan ke kursus bahasa Inggris khusus orang dari Indonesia agar ia cepat memahami bahasa Inggris."Apa biayanya murah?" tanya Adnan."Gak ada yang murah, Nan. Di sini kehidupannya mahal, gak ada yang gratis.""Baiklah."Adnan menyetujui permintaan Yayuk walau ini terlalu cepat baginya. Tapi, lebih cepat lebih baik, bukan?****Keesokan harinya, Adnan dan Yayuk sampai di sebuah gedung kursus bahasa. Di sini semuanya lengkap, mulai bahasa Jepang hingga Mandarin."Bisa kita mulai?" tanya wanita itu pada Adnan."Bisa."