BAB DUA SATU
Explanation
Pagi hari yang cukup mengecewakan. Pagi-pagi sekali Alessia sudah bangun lebih awal. Perempuan itu bahkan sudah mandi dan rapi dengan setelan kantor yang membuatnya terlihat siap untuk pergi ke kantor. Masalahnya, begitu Alessia membuka pintu kamar. Ia dikejutkan dengan pernyataan Alby yang melarang ya untuk pergi bekerja. Alas aya pun sangat konyol, demi keselamatan katanya. Alessia memanyunkan bibir, pertanda kesal setelah dia susah payah mencoba membujuk Alby tetapi tetap tidak pria itu Indahkan.
Oh, ayolah.. Dia Alessia Mikhayla. Hal semacam ini bukan hal baru untuknya. Pistol dan adegan ekstrim lainnya sudah menjadi mainan Alessia sejak lama, tapi, kenapa Alby justru mengaitkan hal itu sebagai ancaman?
“Alby kau tidak bisa seenaknya melakukan ini padaku.” Lagi. Protesan Alessia tidak Alby dengarkan.
“Kau tidak seharusnya terus membantahku, Ale. Aku yang bertanggung jawab atas dirimu mulai saat ini.”
“Sekar
BAB DUA DUA ~Falling in love?Alessia mengepalkan kedua tangan sembari menutup matanya. Pernyataan-pernyataan yang Rey katakan sedikit mengusik pikiran Alessia. Apalagi, ketika Rey juga sudah mengetahui tentang sosok Elena. Wanita cantik yang pernah membuat Alessia kehilangan kendali melihat kedekatan antara dia dan Alby.Ya, Tuhan.. Kenapa semuanya semakin sulit?"Anda ingin langsung pulang, Ms?"Suara Edgar membuat Alessia membuka matanya. Melirik Edgar dari kaca spion sebelum mengalihkan pandangan keluar jendela. "Central Park.""Sorry?"Alessia berdeham tidak minat, "Aku tahu kau mendengarnya."Setelahnya Edgar memilih diam seraya membelokkan stir ke tempat tujuan yang Alessia sebutkan. Tak butuh waktu lama mobil mereka sampai di central Park.Alessia sendiri langsung berlalu turun tanpa menunggu Edgar mencari tem
BAB DUA TIGA Pleasant "Aku kehilangan jejaknya." Arabella menaikkan satu alisnya, memberinya tatapan heran. "Menurutmu dia sudah tahu keberadaannya terlacak?" Keira menyesap honey milknya santai sembari mengedarkan pandangan ke arah Girls Knight. "Aku tidak tahu. Tapi ku rasa kemungkinan dia meminta bantuan lain untuk menghilangkan jejaknya." Ini ma berupa kemungkinan, karena sepengetahuannya, Vegan sulit menyembunyikan diri dari kadar pelacakannya. Terbukti ketika dia baru saja keluar dan Keira langsung menerima signal dirinya. "Bergabung dengan seseorang?" sahut Velove menebak. "Itu bisa saja terjadi. Masalahnya adalah kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan. Targetnya pun sudah pasti bukan hanya Alessia, ini mencakup kita semua." "Hal itu sudah pasti. Tapi, apa malam penembakan itu kau melihat wajah mereka?" Sontak pertanyaan Velove membuat Alessia tersadar. Sejak tadi, pkirian Alessia sibuk berkelana. Perem
BAB DUA EMPAT ~Cinta? Bullshit!Barcelona, Spanyol—Eropa | At 08:35 AMAlby mengusap sisi kepala Alessia untuk membangunkannya. Alih-alih terusik Alessia malah semakin merapatkan selimutnya, menikmati elusan halus di kepalanya. Alby tersenyum geli, merundukkan kepalanya dan berbisik tepat di samping telinga Alessia."Bangun, Darling."Alessia tidak merasa terganggu sama sekali. Wanita itu hanya menguap sembari memutar badannya, membelakangi Alby.Alby menggeleng pelan, "Alessia..""Lima menit, By. Aku masih mengantuk." gumam Alessia pelan.Melihat itu Alby memerhatikan Alessia lekat-lekat. Alessia memang ratunya tidur, tetapi Alby tidak pernah menyangka jika Alessia bisa semenyebalkan ini. Biasanya wanita itu akan terbangun ketika ruangannya terang, tapi untuk kali ini Alessia bahkan tidak repot untuk bangun dan malah menutup wajahn
BAB DUA LIMAAussage"Kau masih lama?"Pertanyaan Alby sontak membuat Alessia menengadah. Wanita itu sedari pagi memang mengabaikan Alby dan lebih berfokus pada desainnya. Mengingat hari ini adalah hari terakhir penyerahan rancangan bangunan setelah kemarin rapat terselenggara.Alessia menopang pipi, sudut bibirnya sedikit terangkat sambil menatap Alby lekat. "Jangan katakan kau merindukan ku, Mr. Stevano?"Alby menyandarkan tubuhnya pada pinggiran meja. Tatapannya sedari tadi tidak lepas dari Alessia yang sejak pagi mengabaikannya. "Kau ingin jawaban jujur?""Tentu saja.""Well, harus ku akui aku memang merindukan mu, Ms. Alessia."Alessia menyeringai, binar matanya berkilat geli. "Oh, apa kau baru saja mengatakan perasaan mu, Sir?"Alby mengulas senyum, "Sungguh tidak elit kalau ini caraku, Ms. Alessia. Bukankah kau sudah mengenalku dengan baik?"Kali ini Alessia benar-benar memutar kursi berhadapan dengan Alby
BAB DUA ENAM Datum "Wake up, Ale." Arabella meraih selimut Alessia dan membuangnya ke sembarang arah. Wanita itu bahkan sudah meniban tubuh mungil Alessia dan memaksanya untuk bangun. Sulit. Membangunkan ratu tidur itu memang membutuhkan tenaga ekstra. Kesabaran sangat dibutuhkan di sini. Sejak kembalinya Alessia siang tadi mereka belum sempat bertukar kabar dan ketika Keira melihat bahwa Alessia sudah sampai di New York, mereka akhirnya bergegas menemui Alessia di penthouse Alby. Alessia mengumpat kesal, merasa sesak begitu Arabella dan Keira masih setia diam di atas tubuhnya. "Kalian mengganggu waktu tidurku, Girls." "Oh, kami tidak peduli, Baby." kekeh Keira duduk di samping kiri Alessia. Mereka mengelilingi Alessia dengan berbagai tatapan. Alessia tahu apa yang membawa mereka sampai mengganggu tidurnya. Hanya saja, bukankah terlalu berlebihan. "Kalian pergi berdua tanpa Zavier. Ah, apa kalian berkencan di sana, Ale?
BAB DUA TUJUH Truth Alessia menumpukan kepala dilipatan tangannya. Setelah pembicaraan singkat dengan Michael, Alessia memang sedikit terkejut. Pasalnya, Alessia mengenal baik Ayahnya yang sangat keras kepala sepertinya. Michael tidak akan mengatakan hal seperti tadi jika bukan karena dia sengaja mengalah dengannya. Alessia mendengus. Mengalah? Pertanyaannya ... Kenapa tiba-tiba? Bukankah Zavier sudah menjebaknya masuk kedalam permainan bisnis mereka? Lalu untuk apa Michael mengalah? Mengakui kekalahannya? "Apa kau lelah, Ms. Alessia?" Seruan Logan seketika membuat Alessia mengangkat wajahnya dan mendapati Logan tersenyum manis di depan mejanya. Sentym lelaki itu masih sama, menyebalkan menurutnya. Alessia menegakkan tubuhnya lalu menggeleng, tampak tidak tertarik. "Tidak. Dan juga, tidak perlu formal denganku." ucap Alessia membuat Logan mengangguk. Padahal, sekali pun Alessia memintanya untuk tidak formal, kadan
BAB DUA DELAPAN Trust me "Aku sudah menyepakati hal itu sedari lama." Alby mengangguk paham. Memerhatikan Alessia lekat-lekat ketika wanita itu bercerita. Setelah pertemuan tidak sengaja dengan Rey yang telah menjelaskan posisi Alessia, akhirnya mau tidak mau Alessia menceritakan segalanya kepada Alby. Menceritakan mulai dari latar belakang Alessia dan perjodohan para tetua, hingga kesepakatan konyol dengan Michael ayahnya. Alessia merasa lega. Ada perasaan nyaman ketika Alessia bisa dengan jujur mengakui siapa dirinya dan tak perlu lagi menyembunyikan apapun. Alby sudah tahu rahasia terbesarnya juga mengetahui bahwa dirinya memiliki musuh. Alessia rasa mungkin Alby memang seorang yang tepat untuk membantunya sampai akhir, mengingat pria itu sudah mengetahui seluruh cerita hidupnya. Well, meski belum sepenuhnya semua sebenarnya. Alessia menaikkan satu alis ketika manik birunya bersitatap dengan Alby. Dan Alessia baru menyadari kalau sedari tad
BAB DUA SEMBILAN Angry girl Alby menatap Elena datar. Kemarin ketika ia mendapat telepon mengenai Elena yang tersandung kasus dengan perusahaan kosmetik yang di bintanginya, membuat Alby lantas memaksa Elena untuk kembali ke New York. Sehabis makan siang Alby lalu mengunjungi Elena ketika wanita itu sampai di New York dua jam yang lalu. "Aku baru sampai, Al. Kenapa kau terus menatapku begitu?" keluh Elena dengan wajah memelas. Tentu saja. Setelah perjalanan panjangnya dari perancis ke New York membuat sendi-sendinya lelah. Dan ketika dirinya sudah disini Alby langsung menghakiminya dengan tatapan datarnya? Oh, yang benar saja! Alby menatap Elena bosan, "Berapa kali kontrak kerja yang kau batalkan dan harus mengganti rugi dua kali lipat dari bayaranmu? Ini bukan hanya sekali, dua kali, El. Kapan kau bisa bertanggung jawab atas pekerjaanmu sendiri?" omel Alby membuat Elena memanyunkan bibir. Memang sejak awal keputusannya memilih terjun
Aloha kesayangan-kesayangan Mom Girls Knight 👐Gimana kabarnya semua? Semoga kita semua dalam keadaan sehat, ya.Aku kembali dengan membawa sedikit penjelasan juga berita terkait My Fierce Secretary, nih.Berita singkat ini mungkin sudah ada yang tahu, ya.Bisa menebak?Yuks, siap-siap ter-Alby-alby dan ter-Ale-Ale!Iyups. Jawabannya sudah jelas tertulis di judul— bahwasanya My Fierce Secretary akan segera tersedia dalam versi cetak.Yey! Ada yang nunggu?Oke, aku jelasin sedikit ya. Awal tahun 2021 kemarin saya mengikuti kontes di gmg writers dan berhasil menang di kategori Best editor choice. Alhamdulillah.Lalu, ada beberapa pembaca nge-DM saya pribadi di instagram setelah saya meng-unpublish My Fierce Secretary.* Ada yang bertanya
BAB LIMA LIMA Extra part 1 Dua minggu berlalu dari acara lamaran Alby di Vienna. Setelah malam itu, esok harinya mereka kembali ke New York dan memberitahu semua keluarga mengenai lamaran yang Alby lakukan. Alessia pikir ketika Alby meminta untuk mereka segera pulang ke New York adalah untuk memamerkan status barunya. Tetapi tanpa di sangka mereka berdua di minta untuk segera melangsungkan pernikahan karena Shevana sudah mempersiapkan segalanya. Mulai dari undangan, dekorasi juga tempat yang sudah reservasi. Tinggal 30% lagi untuk menuju sempurna. Tetapi.. Alessia melupakan sesuatu. Alessia belum mengatakan apapun pada keluarganya, tetapi undangan sudah menyebar di mana-mana. "Bagus sekali." Michael menatap mereka berdua bergantian. "Kau menikahi putriku, tapi aku bahkan tidak tahu sama sekali mengenai ini." Alby terse
BAB LIMA LIMA~EpilogAlessia kira, mencoba baik-baik saja tanpa melibatkan Alby dalam hidupnya akan terasa sama saja seperti ketika belum bertemu dengan pria itu. Tetapi nyatanya lain, makin hari Alessia semakin merasakan kerinduan yang mendalam setiap kali mengingat wajah Alby, sikapnya yang menyebalkan bahkan dengan semua kisah mereka yang kerap kali bertengkar. Alessia merindukannya, sangat.Alessia tersenyum dalam diam. Lagi-lagi hanya dengan kembali mengingat Alby, kenangan yang lalu-lalu serasa berputar dalam ingatannya. Membuatnya semakin terjebak dengan perasaan rindunya yang belum tersampaikan. Alessia membenci perasaan ini, perasaan di mana dirinya harus menahan diri untuk mengalah pada egonya.Demi Tuhan.. Ingin rasanya Alessia memukul kepala Alby dengan keras. Beraninya dia membiarkan dirinya berlibur sendirian bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Sebenarnya Alby benar-benar mencintainya seperti yang pria itu katakan atau malah dia
BAB LIMA EMPAT~She's my girl"Al.. Kau tidak ingin pulang?" tanya Elena memperhatikan Alby yang tengah serius dengan laptopnya. Elena mendengus panjang karena lagi-lagi dia di abaikan. Sudah dua hari Alby berdiam diri di kediaman Stevano sambil menatapi laptopnya terus-menerus. Entah apa yang sebenarnya pria itu lakukan.Elena lalu bangkit mendekati Alby dan berusaha mengintip layar laptopnya yang menyala, namun Alby lebih dulu menutupnya sambil menatap tajam Elena di sampingnya. "Berhenti mengusikku, Elena. Kau tidak akan suka kalau aku marah padamu."Elena mencebik malas, "Kau seperti pengangguran, Al. Diam di kamar dengan memainkan laptopmu. Apa kau sebegitu frustrasi memikirkan Alessia?" tanya Elena membuat Alby berdecak."Jangan sebut namanya. Lebih baik kau keluar, El." usir Alby yang tidak Elena hiraukan. Wanita itu malah bersandar padanya dan menarik paksa laptop Alby darinya. Ketika Elena berhasil melihat isi layar laptop Alby, Elena langsung ber
BAB LIMA TIGA~What is love is always fun?The Ritz-Carlton, Austria, Eropa. AT 06 : 35 PM.Alessia melemparkan dirinya ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamar penginapannya yang akan ia tempati untuk satu minggu kedepan. Setelah menyetujui keinginan Alessia untuk berlibur, Michael lalu mengatur jadwal penerbangan Alessia pagi harinya ketika menyadari dalam beberapa hari salju pertama akan turun menyambut Natal dan tahun baru.Alessia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia lelah berusaha kuat menahan nyeri dalam hatinya menyadari Alby benar-benar memberi jarak antara mereka. Pria itu bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Menyebalkan, tetapi Alessia juga sadar diri.Sejak semalam juga Zavier terus menerus menggodanya karena ia datang sendiri tanpa Alby dan meminta liburan secara dadakan. Alessia tentu tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Zavier padanya dan malah mengusirnya. Alessia bukan bermaksud menghindar dari masalah. Ia hanya
BAB LIMA DUA~Need a pauseUsai menghentikan perkelahian antara Alby dan Rey, kini Alessia ikut bergabung bersama mereka di sana. Suasana semakin terasa menyesakkan dengan beberapa pasang mata yang masih menatap Rey."Maaf.. Aku kemari bukan untuk membela Rey, tetapi aku merasa perlu memperbaiki ini juga." Alessia menghela napas panjang, "Rey, dia melakukan itu karenaku, sebab itu aku turut meminta maaf pada kalian terlebih, padamu Elena." ucap Alessia menatap mereka bergantian. Tampak gugup."Meski saya melakukannya karena Alessia, tapi Alessia tidak tahu apa-apa tentang ini. Ini murni kesalahanku." imbuh Rey membuat Alessia menatapnya lama.Senyum itu, Alessia akhirnya bisa melihat sedikit kemajuan pada diri Rey. Pria pertamanya sebelum akhirnya ia bertemu dengan Alby. Lalu, pandangan Alessia jatuh pada Emily yang berada di samping Rey, menatapnya dengan senyuman.Ah, bukan hanya perubahan sikap saja, ternyata Rey mulai bisa melihat ke arah Emily
BAB LIMA SATU~RecognitionAlessia duduk di kursi gereja sambil menutup matanya dan berdoa. Semua hal yang telah terjadi padanya, Alessia sebisa mungkin menerima kenyataan itu sebagai sebuah kisah perjalanan hidupnya yang penuh dengan ambisi. Alessia berharap setelah ini tidak akan ada lagi masalah berat yang mengharuskan orang lain mati karenanya lagi. Tidak Veron atau pun Vegan.Semoga kebahagiaan lekas menghamipirnya.Di lain tempat, Rey membulatkan tekad untuk memperbaiki kekacauan yang sempat ia perbuat. Selain pada Alessia dan juga Emily, Rey juga merasa ia perlu menemui seseorang lebih dulu.Rey sudah berjanji akan berubah menjadi lebih baik. Dengan bantuan Emily, perlahan keadaan juga perasaannya mulai membaik dan Rey sudah mulai menerima kenyataan bahwa yang Alessia inginkan bukanlah dirinya. Dan apa yang sempat Alessia katakan ketika itu memang benar.Ketika kau mencintai seseorang, seharusnya kau bisa menghargai pilihannya dan menurunkan
BAB LIMA PULUH Call me baby Alessia duduk lesehan di taman rumah sakit dengan Alby yang menidurkan kepalanya di pangkuan Alessia. Matahari sedang tenggelam, hingga langit di sana mulai berubah warna. Hangat, nyaman sekaligus menenangkan. Rasanya, sungguh menyenangkan. Apalagi saat ini mereka sedang bersantai ria. Menikmati kebersamaan setelah berhasil melewati badai yang cukup panjang, yang cukup menegangkan. Tanpa Alessia sadari, Alby sejak tadi terus menatapnya, mengagumi bagaiamana ketika ia memejamkan mata dan tenggelam dalam lamun nya sendiri. Alessia menikmati semua ini. Setelah smuayang terjadi dan serangakaian kejadian yang membawanya sampai di titik ini, Alessia merasa dia mulai menyadari penting hadirnya Alby do hidupnya. Lelaki yang bersedia turun tangan untuk meneyelamatkannya. Lelaki yang mau mengorbankan diri untuknya. Ah, ternyata rasanya di cintai semenyenangkan ini ya? Alessia baru paham dan sadar kalau itu indah. Kesunyian di
BAB EMPAT SEMBILAN~Better late than nothing at all"Dokter tidak mengizinkanku banyak bergerak, Ale. Aaa.." ucap Alby membuka mulutnya ketika Alessia menyuruhnya makan. Melihat sikap Alby yang manja, membuat Alessia mendengus geli sebelum mneyendokkan makanan ke arahnya."Yang sakit perutmu, tapi kau seolah sakit seluruh badan saja." balas Alessia mencibir. Kembali menyuapi Alby yang dengan senang hati menerima suapannya."Aku Ingin pulang, bagaimana kalau kita kembali ke New York nanti malam?"Alessia tidak menjawab dan malah memanggil perawat, Alby lalu menutup bibir Alessia dengan tangan besarnya sambil tersenyum. "Kau ini.. Seharusnya kau mendukungku, Darling.""Makan saja minta di suapi, sok-sok'an ingin kabur. Istirahat yang benar, setelah pulih baru kita pulang." balas Alessia membereskan peralatan makan Alby ketika makanannya sudah habis.Alby dengan tiba-tiba meraih tangan Alessia hingga jatuh di kasurnya. Meletakkan kepalanya di pu