Hari-hari sudah berlalu, tak lama lagi Bintang dan Dion akan menikah. Hari ini mereka akan berangkat ke Bali untuk melakukan prewedding. Kenapa di Bali? Karena prewedding mereka bertema alam dan Bali memiliki banyak tempat yang mendukung konsep itu. Kini mereka sudah di Bandara, dan sedang berada diruang tunggu.
“Sayang..” panggil Dion.
“Hmmm... Ya sayang...” sahut Bintang dengan senyuman tersemat diwajahnya. Hatinya begitu bersemangat ketika dirinya akan menginjakkan kaki di Pulau Dewata. Ada banyak hal yang ingin ia coba dan lalui disana.
“Sudah siap?” tanya Dion ketika melihat wajah gugup Bintang.
“Aku sangat bersemangat, tapi aku juga gugup, fyuuuhhh.” Bintang menghembuskan napasnya. Menetralkan degup jantung yang mulai tak beraturan saking gugupnya. Pasalnya, ia sangat jarang bepergian dengan pesawat. Namun karena yang akan ia lakukan selama di Bali adalah sesuatu yang menyenangkan, maka Bintang berusah
Hari sudah siang dan Sam baru saja pulang dari sekolah. Saat didepan tadi, Sam melihat mobil papanya. Ia langsung berpikir bahwa Gala ada dirumah. Boca yang memiliki rambut keemasan itu langsung berlari kekamar Gala. Awalnya matanya berbinar saat tahu Gala dirumah, tapi berubah seketika saat melihat Gala tengah bersiap untuk pergi.“Sudah pulang?” tanya Gala saat melihat anaknya muncul dari balik pintu. Didekatinya anak itu dan diangkat kedalam gendongannya. Meski terkadang Sam menolaknya, namun tetap saja Gala terlalu gemas untuk membiarkan bocah itu lolos begitu saja dari dekapannya.Bukannya menjawab, Sam malah bertanya balik. “Papa mau pergi?” ditepuk-tepuknya dada bisang sang ayah yang masih mengenakan setelan jas lengkap.Gala menganggukkan kepalanya pelan. Dan mengusap wajah Sam yang sedikit berkeringat karena berlari ke kamarnya tadi. “Hmmm, hanya satu hari. Besok papa sudah pulang lagi.”“Aku kesepi
Katanya, mencintai adalah keputusan hati. Cinta bukan hanya soal rasa, tapi juga sebuah komitmen. Berharap yang terbaik dan bisa selamanya dengan orang tersebut.Bintang sudah memutuskan menjalin sebuah hubungan dengan Dion, ia sudah berkomitmen untuk menerima baik buruknya serta kurang dan lebihnya dari diri Dion. Walau sesekali bayangan masalalu masih menghantuinya, Bintang selalu menepis semua bayangan itu. Yang ia yakini adalah saat ini Dion adalah yang terbaik untuknya.Hari ini, Bintang dan Dion sudah berjanji untuk bertemu dengan Wedding Organizer yang akan menangani pernikahan mereka nanti. Bintang dan Dion akan memilih desain undangan dan memilih menu makanan saat pesta pernikahan nanti. Nama-nama yang akan Bintang undangpun sudah tersusun rapi. Gaun pernikahan sudah dipesan, gedung pun sudah mereka tetapkan. Sudah 80% selesai, sisanya hanya tinggal pengecekan ulang. Semua berkat langkah sigap dari Dion.“Sudah siap, sayang?” tanya Dion saat
Hari pernikahan semakin dekat, tapi Bintang tetap masuk kerja dan hanya mengambil cuti satu minggu dimulai dari satu hari sebelum pernikahannya. Ia tak ingin terlalu memikirkan persiapan yang akhir-akhir ini membuat kepalanya sakit.Kehadiran anak-anak dengan segala tingkah lucunya menjadi hiburan tersendiri untuk Bintang yang mampu membuat pikiran gadis itu teralih dari setresnya menjelang pernikahan.Kini tatapannya tertuju pada seorang bocah yang sedang asyik mewarnai gambar yang diberikan oleh Bintang tadi. Sam dengan wajah seriusnya menggoreskan pewarna diatas kertas itu. Ia tak menyadari jika sejak tadi Bintang memperhatikannya.“Ibu Guru, punya Rissa udah selesai.” Seorang gadis kecil datang menghampiri Bintang dan menyerahkan hasil karyanya yang sudah selesai diwarnai.Sebuah senyuman dihadiahkan untuk anak tersebut. “Bagus sekali Rissa,” puji Bintang dengan tulus. Diusapnya puncak kepala gadis kecil yang dikucir ting
Flashback On..“Sepertinya ada panggilan dari timku, aku kesana dulu ya.” Gala berdiri dan mengusap sayang kepala Bintang sebelum pergi. dipandanginya lamat-lamat wajah sang kekasih sebelum pergi menuju tim yang sudah menunggunya diruang ganti.Tentu saja Bintang tak menahannya dan memberikan anggukan serta senyuman manis kepada pemuda yang tak lain adalah kekasihnya itu. Gala berlari kecil menjauhi Bintang dengan enggan dan mendengar teriakan gadis-gadis memanggil namanya. Ia hanya menatap sekilas tanpa membalas sapaan itu.“Ada apa?” tanya Gala ketika sudah berada diantara teman-temannya yang sedang berganti pakaian. ada pula yang masih leyeh-leyeh menghilangkan kringat yang masih menetes ditubuh atletisnya.“Kamu nggak lupa kan sama taruhan kita kemarin. Kalau tim kita nggak bisa unggul lebih dari dua puluh point, kamu bakalan cium Renata pulang dari sini.” Dirgantara-yang biasa dipanggil Tara itu mengingatkan Gala a
“Kamu tidak berniat mencarikan Mama untuk Sam?” Suara Renata membuyarkan lamunan Gala yang masih duduk dimeja kerjanya.Pulang dari kedai es krim tadi Sam meminta Renata untuk mengantarnya menyusul kekantor Gala. Dan sudah sejak setengah jam berlalu keduanya ada disana, tapi yang Renata dapati adalah Gala yang duduk termenung dibalik kursi putarnya.Tampak oleh Gala, Sam yang berlari dan langsung merebahkan setengah tubuhnya diatas pangkuan Gala yang masih duduk dikursi putar. Gala masih terdiam dan sesekali mengusap rambut anaknya itu dengan sayang.“Belum punya niat. Ada kamu sama Alfi yang bisa aku minta tolong buat jaga Sam.” Meski tahu jawabannya ada sedikit keraguan disana, Gala tetap mengutarakannya. Ia tak mempermasalahkan jika dirinya harus membujang seumur hidup.Helaan napas keluar dari mulut Renata. Tentu saja ia sangat senang Sam bersamanya dan dulu saat Sam baru lahir, Renata dan kekasihnya sempat meminta Sam untuk di
Hari semakin larut. Gala baru saja kembali lewat tengah malam. Ia melihat Sam sudah tidur sofa. Ditemani Ratna yang duduk disebelahnya.“Maaf sudah merepotkanmu menunggu, Sam!” ucap Gala merasa bersalah. Ia kemudian meminta Ratna yang terlihat sudah sangat mengantuk untuk tidur dikamarnya dan Gala menggendong Sam untuk dibaringkan dikamar bocah itu.Diamatinya wajah polos Sam dan masih terngiang dengan jelas bagaimana bahagianya Sam saat bercerita ketika dirinya dibelikan es krim oleh Bintang.“Papa...” panggil Sam yang tiba-tiba terbangun karena merasakan keberadaan Gala disisinya. bahkan sejak tadi ia sengaja menunggu Gala diruang tamu sampai tertidur disana.“Ya, Sam. Sudah bangun? Tidurlah lagi. Ini masih gelap,” cap Gala saat melihat anaknya terbangun.“Papa, tadi kata teman-teman ibu Bintang akan menikah. Benarkah?” tanya Sam polos. Pertanyaan yang sudah ditahannya sejak tadi akhirnya lolos juga
Dua orang yang tengah memadu kasih itu langsung telonjak ketika mendengar suara teriakan dari arah pintu. Pakaiannya sudah hampir terlepas semua. Terutama Aqila yang hanya tinggal menganakan pakaian dalamnya saja.Gugup dengan kehadiran Bintang yang datang tiba-tiba membuat Dion langsung menggulingkan Aqila kesisi kanannya dan berusaha mengancingkan celananya dengan tergesa-gesa.“Bintang...” Suara Dion terdengar menggelegar disaentaro Apartemennya. Lelaki itu berusaha mengejar Bintang dan langsung menarik tangan gadis itu dengan sangat kencang. “Tunggu.”Bintang tentu saja tak tinggal diam. Ia terus berusaha untuk melepaskan diri dari Dion dan ingin segera pergi dari sana.“Dengar penjelasanku dulu, Yank.” Dion memohon agar Bintang mau tinggal sebentar saja dan menyampaikan alasannya melakukan hal tak senonoh dibelakangnya. Bahkan pernikahan mereka terhitung tinggal beberapa hari lagi. Bolehkah Bintang menyebutnya seli
Mondy mendengarkan cerita Bintang dengan seksama. Ia sangat prihatin dengan keadaan sahabatnya saat ini. Dan Mondy tidak menyangka jika Dion akan melakukan hal yang tak senonoh saat pernikahannya dengan Bintang hanya tinggal menghitung jam.“Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian, Bintang. Sabar. Tuhan pasti punya rencana lain untukkmu. Percaya sama aku.” Mondy memberi nasehat kepada Bintang. Ia terus menggenggam tangan Bintang dan sesekali mengusap punggung sahabat yang sangat disayanginya itu.“Iya, Mon. Aku percaya itu. Ini jalan terbaik yang Tuhan kasih untukku.” Bintang melepas pelukannya dan mengusap air matanya. Sesekali masih menghela napas berat. Mencoba meredam sakitnya didada. Dua kali menjalani kisah cinta dan keduanya berakhir menyakitkan. “Jadi, kamu udah ambil cuti?”“Iya, aku ambil 1 minggu khusus buat kamu,” ucap Mondy.“Maaf cutimu jadi sia-sia karena aku.” Bintang berkata li