Mad menoleh kebelakang. Disana, Olivya berdiri mematung di depan pintu dengan memegang bulu leher si macan putih."Apa yang kau lakukan disini Vya?" tanya Mad dengan lembut. Mad berjalan menuju Olivya. Ia merangkul pundak Olivya dan menyeretnya untuk berdiri di hadapan Merry.Mad telah mengetahui segalanya. Bukan, baru saja. Mad yang cerdik sudah mengetahui dalangnya, namun ia diam. Ia menunggu pelakunya sendiri yang mengaku. Namun yang ia tunggu tak kunjung dapat. Akhirnya ia melakukan cara kasar untuk membuat Merry buka mulut.Mad tahu dari awal Merry meminta untuk menjadi maid dimansion nya. Mad sudah mencari tahu sehari Merry bekerja dimansionya. Selama ini ia diam. Ia membiarkan Merry melakukan hal apa saja selama pantauannya. Tapi kali ini Mad tak tahan. Karenanya, gadisnya hampir saja kehilangan nyawa."Mad, kenapa kau mengikat Merry seperti ini? Apa salah dia?" tanya Olivya dengan bingung. Sebelum menjawab, Mad menyuruh pengawalnya untuk membawa pergi peliharaan kesayangannya
Olivya merasa tidurnya ada yang mengganggu. Ia membuka matanya perlahan dan tatapannya langsung menuju pada sebuah wajah yang begitu dekat dengannya. Seketika, Olivya langsung membuka lebar matanya."Aaaaaaaaa" Olivya menampar wajah yang berada didepannya secara spontan."Awwww." ringis Mad sambil memegang wajahnya yang terasa panas karena tamparan yang cukup keras dari Olivya. Mad juga seorang manusia yang memiliki rasa sakit, tapi sebuah tamparan dari Olivya bukanlah hal yang perlu diragukan, tamparan yang menurutnya tak begitu menyakitkan.Mad memundurkan tubuhnya, ia melihat Olivya yang mulai bangkit dari tidurnya. Olivya menatap telapak tangannya yang usai menampar wajah Mad."Apakah sakit?" tanya Olivya dengan mimik wajah yang merasa bersalah."Tidak, sudah lupakan. Ayo makan, pizza mu sudah datang." Mad melangkah kembali duduk di kursi kerjanya.Mata Olivya tetap tertuju pada Mad, lalu tertuju pada tiga tumpuk pizza yang berukuran besar."Kau tak makan?" tanya Olivya sambil men
Madrick Kecil POVAku berlari, terus berlari tanpa arah dan tujuan. Sesekali aku menengok ke belakang, suara derap kaki yang bersahutan semakin membuatku menambah kecepatan berlari ku. Aku terjebak, entah jalan apa yang ku lalui ini. Rasanya sepi dan hampir tak ada orang. Kanan dan kiri ku penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Aku menengok ke belakang, suara derap kaki itu semakin dekat, aku bingung. Kaki ini mengajakku pada sebuah tong besar yang berada hampir ditengah hutan. Sampai ku di depan tong besar ini, aku memasukkan tubuhku guna untuk bersembunyi. Aku menutup mulut ku. Suara kaki itu semakin dekat, apakah aku akan bernasib sama dengan kedua orang tua ku? Tidakkk, aku tidak ingin seperti itu. Masa depanku masih panjang."Sialan, dimana anak itu?" samar-samar ku dengar seseorang yang sedang mengumpat. Aku yakin, itu masih seseorang yang tadi mengejar ku.Oh Tuhan, kenapa ini terjadi padaku? Kenapa? Kenapa tidak pada orang lain yang mampu menjalani ini semua? Aku menang
"Mad, bangun nak. Mad?" aku mengerjapkan mataku saat seseorang tengah mengusik tidurku. Ku buka mataku dan ternyata Zakira."Apakah sudah sampai?" tanyaku yang langsung bangkit dari posisi terlentang."Sudah, tapi dirumah sepertinya sedang tidak aman. Lihatlah, banyak sekali para pengawal jahat." aku mengikuti arah pandang Zakira yang mengarah pada mansion megah Dadyku. Benar apa katanya, aku ingat betul. Orang-orang itulah yang mengejarku tadi."Aku akan tetap masuk, Dady dan Momy ku dalam bahaya di dalam sana." aku menggeser tubuh Zakira dan turun dari mobil.Zakira menarik tanganku. "Kita akan masuk bersama-sama nak. Jon, ayo.""Are you sure, Kira?" tanya Jon."Ayolah Jon, jika kau tak ingin masuk, aku yang akan masuk dengan Mad."Jon meraup wajahnya dengan kasar. "Baiklah kita akan masuk bersama-sama. Tapi kita tidak bisa masuk melalui pintu depan.""Lalu? Darimana kita akan masuk?" tanya Zakira.Dapat kulihat, tampak Jon sedang berpikir keras."Aku tahu. Di samping mansion ada se
Alec Bernald adalah seorang mafia asal Belanda. Mafia ini berhasil menipu Hendrick, agar Hendrick mau bekerja sama. Namun, dengan bodohnya, Hendrick menerima ajakan Alec karena menatap wajah penuh permohonan dari Alec.Hendrick berjalan menuju Alec dengan santai."Alec, Alec. Betapa bodohnya diriku menerima ajakanmu untuk kerja sama--""Kau memang bodoh, Hen." Potong Alec.Hendrick tersenyum pahit. "Ya, aku memang bodoh. Aku terhasut dengan omongan manis seseorang. Aku yang bodoh atau aku yang terlalu baik hati? Sehingga mudah tertipu dengan godaan kucing manis. Memohon layaknya seorang pengemis, memasang wajah ala kucing imut. Bagaimana aku tak merasa kasihan? Tapi... Inikah balasan si pengemis itu? Dengan menyerang dari belakang?" sindir Hendrick yang mampu membuat Alec menggeram marah. Ia tak terima jika ia dikatakan sebagai pengemis."Kau mengataiku pengemis?" tanya Alec dengan geram."Baguslah jika kau merasa begitu, oh ayolah... Kucing manis, tidakkah kau berpikir Jika kau sedan
Pria berstelan ala mafia itu keluar dari ruangan kerjanya. Madrick menghabiskan waktunya seharian hanya untuk minum dan membaca sebuah diary yang pernah ia tulis semasa kecilnya. Tubuhnya benar-benar linglung, Mad mabuk berat malam ini. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Mad melangkah menuju lantai atas, efek mabuk, Mad terus saja tersandung lantai dan ambruk. Ia benar-benar mabuk berat. Masalalu nya yang kelam, membuatnya jadi seperti ini. Seakan, masalalu itu menjadi mimpi buruk baginya.Jika ia pernah bilang, jikalau orang tuanya meninggal karena buronan polisi, itu adalah kebohongan. Kematian orang tua Mad, menjadi history terburuk bagi Mad. Ia harus kehilangan orang tuanya karena kebodohan yang pernah ia perbuat. Mad menyesal, sangat menyesal.Langkahnya yang gontai, membawa tubuh Mad menuju sebuah kamar yang bukan kamarnya sendiri, melainkan kamar milik kekasihnya, Olivya. Olivya telah menerima cinta Mad seutuhnya. Dengan gerakan perlahan, Mad membuka pintu kamar Olivya yang t
Svetchoka University.Mad dan Olivya telah sampai disalah satu Universitas termahal yang ada di Italy. Olivya memandang kagum Universitas ini. Universitas impiannya sejak kecil, namun harganya yang cukup fantastis, membuatnya hanya bermimpi jika bisa masuk di Universitas ini. Tapi, Mad mewujudkan impiannya.Olivya dan Mad keluar dari dalam mobil. Mad merangkul pinggang Olivya dengan posesif. Banyak pasang mata yang melihat kemesraan yang dilakukan Mad pada Olivya. Bagaimana tidak? Mad adalah orang terpandang dan mafia yang terkenal hampir dipenjuru dunia."Apakah kau yakin? Aku tahu, itu mu pasti sangat sakit untuk berjalan." tanya Mad dengan khawatir."Yakin, kau tenang saja. Lihat? Ini sudah tak seberapa sakitnya, aku sudah mengolesi obat khusus." balas Olivya."Tap-""Diamlah Mad. Ini juga ulahmu."Hening, mereka sama-sama bungkam. Olivya yang sibuk dengan pemandangan Universitas impiannya ini dan Mad yang sibuk dengan pikirannya yaitu, takut jika Olivya akan di ganggu atau di deka
Bel istirahat sudah berbunyi. Olivya mengemasi barang-barangnya, memasukkan segala perlengkapan belajarnya kedalam tas ransel miliknya. Bukan tas ransel biasa, tentu saja tas ransel yang sangat mahal dan mewah. Tentu saja Mad yang membelikannya. Banyak para cewek yang menatap iri ransel mahal milik Olivya, bahkan Olivya sendiri tak menyadari jika ransel yang ia pakai saat ini adalah ransel incaran para wanita."Hei, mau ke kantin bareng nggak?" tanya seorang pria yang tadi menyelamatkan Olivya dari desakan dosen killer."Bo-boleh." jawab Olivya dengan gugup."Mau aku gandeng?""Ku rasa nggak perlu." tolak Olivya dengan ramah.Olivya dan pria ini berjalan beriringan. Perlu Olivya akui jika cowok ini sangat tampan dan maco. Ini memang rezeki Olivya atau hanya kebetulan. Pagi tadi ia diantar Mad yang tentu tak kalah ganteng, kedua ia diantar oleh dosen tampan yang mungkin dosen idaman kampus ini, ketiga ia diantar ke kantin oleh pria yang belum ia ketahui namanya.Banyak pasang mata yang
Setelah makan utama selesai, Olivya melarang mereka untuk beranjak dari tempat. Ia juga memerintahkan maid yang lain untuk membereskan semua sisa makan. Mereka berbincang-bincang di ruang makan sambil melemparkan candaan satu sama yang lain."Kate, dimana pacarmu?" tanya Olivya untuk menggoda anak itu."Hah? Aku tidak punya pacar, aunty. Apakah Allcy mengatakan kepada aunty kalau aku punya seorang pacar?" balas Kate."Tidak, Kate. Aku pikir kamu sudah punya pacar. Kamu cantik, masa iya tidak punya pacar.""Masa sih tan aku cantik?" tanya Kate untuk memastikan.Olivya mengangguk sambil tersenyum."HAHHHH, GUYS, AKU CANTIK MMPH–" Jenny menutup mulut sahabatnya ini saat berteriak cukup kencang, yang membuat seluruh orang kaget.Mereka semua tertawa saat melihat Kate yang berteriak karena baru saja dipuji cantik."Apa sih, Jen? Kamu ga suka kalau aku dipuji cantik? Kamu iri ya?" tanya Kate dengan nada mengejek yang dibuat-buat olehnya."Kak Kate engga cantik. Kalau cantik, berarti kak Kat
Tok tok tokSeseorang mengetuk pintu kamar Olivya. Olivya yang sedang menyisiri rambutnya didepan cermin meja rias pun segera bangkit dan membuka pintunya untuk mengetahui siapa yang telah mengetuk pintunya."Allcy, ada apa?" tanya Olivya. Allcy lah yang telah mengetuk pintu kamar Olivya."Mama, apakah ruang bioskop nya sudah bisa aku gunain?" tanya Allcy."Sudah, sayang. Tapi bentar, sekarang jam berapa?" tanya Olivya.Allcy menatap kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Pukul lima sore, Ma." jawab Allcy."Pukul tujuh harus sudah haru berada di ruang makan ya, bersama ketiga sahabat mu. Kita makan malam bersama."Allcy mengangguk saja dan berpamit untuk pergi. Olivya menutup kembali pintu kamarnya. Ia berjalan menuju sebuah lemari berukuran cukup besar. Ia membuka lemari itu dan mengambil sesuatu di dalamnya. Saat mendapatkan apa yang dia ambil, Olivya kembali menutup pintu lemari besar itu. Ia berjalan menuju meja baca sambil membawa sebuah kotak berukuran panja
Milan, Italy 03.00 PMHampir menjelang sore hari, jalanan kota Milan terus saja ramai kendaraan yang berlalu-lalang. Mulai dari mobil, pejalan kaki, truck besar, sepeda motor, serta kendaraan lainnya.Empat orang gadis cantik yang sedang berada dalam mobil, sedang menikmati hujan di sore hari. Mereka merasa segar, karena baru saja melalukan perawatan wajah dan tubuh. Ditambah udara sejuk di sore hari.Lampu hijau berubah menjadi merah. Kate yang saat ini menggantikan Jenny untuk menyetir mobil milik Jenny. Radio musik di putar dengan cukup kencang.Elizabeth terus menatap jalanan yang ramai. Baru kali ini ia pergi keluar bersama seorang sahabat dan melalukan aktifitas seperti orang normal. Mungkin bagi diri Elizabeth, ini tidak normal. Setiap hari hidupnya selalu diatur dua puluh empat jam.Hari ini ialah hari yang cukup membahagiakan bagi Elizabeth dan juga ketiga sahabatnya. Kesempatan bagi dirinya untuk membebaskan diri."Allcy, apakah kita mampir dulu ke supermarket?" tanya Kate s
Allcy baru saja usai menelpon Mama nya untuk meminta izin jika dia akan pulang lambat. Selain itu, ia juga meminta izin agar diperbolehkan sahabat-sahabatnya ini menginap dirumah. Allcy, Elizabeth, Kate dan Jenny berjalan masuk kedalam mobil milik Jenny. Jenny sengaja menyetir mobil sendiri tanpa menyuruh sopirnya.Elizabeth juga sudah menelpon sopirnya agar datang ke sekolah dengan membawa pakaian ganti Elizabeth untuk menginap dirumah Allcy. Elizabeth juga tak lupa memberikan tas sekolahnya kepada sopirnya dan ia membawa tas yang berisi pakaian ganti yang dibawakan oleh sopirnya.Allcy duduk didepan, disebelah kursi sopir. Sedangkan, Elizabeth dan Kate duduk dibelakang. Jenny memutar musik untuk menghilangkan kesunyian."El, kenapa kamu tidak beli saja pakaian baru di mall nanti? Biar sopirmu tidak perlu membawakan baju ganti mu." tanya Kate yang berada di samping Elizabeth.Elizabeth tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak, Daddy tidak memberikan aku izin."Kate mengerutka
Elizabeth melangkah sepanjang koridor sekolah. Seperti biasanya, dia tetap menjadi sorotan mata seluruh siswa. Apa mungkin kulitnya yang terlalu putih?Elizabeth menundukkan pandangannya. Ia tak memiliki cukup keberanian untuk mengangkat kepalanya dan menatap balik semua siswa disini. Saat ini ia datang lebih awal dari ketiga sahabatnya.Brukkk"Aww!" ringis Elizabeth dengan pelan saat ada seseorang yang menabrak dirinya."Hei, jalan pake mata bisa nggak?" bentak seorang gadis yang bertabrakan dengan dirinya."M-maaf, sekali lagi aku minta maaf." gumam Elizabeth dengan pandangan yang senantiasa menunduk."Lain kali gunakan mata untuk jalan, jangan nunduk terus."Plakkk"Aww.."Elizabeth mengangkat pandangannya saat gadis di depannya ini meringis kesakitan. Dia melihat kota susu kosong yang di lemparkan seseorang kepada gadis didepannya ini."Bodoh! Jalan itu pakai kaki." ujar seorang gadis yang sudah berada di samping Elizabeth.Kate. Gadis itu yang melempar kota susu kosong kearah ga
Olivya sedih jika harus pulang sekarang. Baginya, waktu begitu sangat cepat berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul enam sore. Adrian, Olivya dan Allcy hendak bersiap-siap untuk masuk kedalam mobil milik keluarga Midleton.Mad merengkuh pinggang Olivya dengan cukup erat. Rasanya, tidak ingin ia harus berpisah dengan istrinya itu."Daddy, kapan Daddy akan ikut bersama kami?" tanya Adrian.Mad berjongkok didepan Adrian untuk mensejajarkan tubuhnya dengan putranya."Saat di rasa sudah waktunya, Daddy akan sesegera mungkin untuk pulang." balas Mad."Tapi Daddy janji ya kalau sudah pulang ke mansion, tidak boleh lama lagi."Madrick mengangguk kepalanya. Ia mengecup puncak kepala Adrian dan setelah itu mengecup puncak kepala Allcy."Jaga Mommy ya. Adrian kan jagoan Daddy." pinta Mad pada putra kecilnya."Pasti Daddy."Mad mengantarkan Olivya, Allcy dan Adrian untuk masuk kedalam mobil. Keluarga kecil Midleton hanya melihat adegan itu dari ambang pintu castle.Mad terus memantau mobil yang di t
Olivya dan Mad saling berpelukan satu sama lain. Mereka saling mengeratkan pelukan dan seakan tak ingin melepaskan. Allcy yang melihat kejadian di depannya pun merintikkan mata tanda bahagia.Setelah penantian yang cukup lama akhirnya Mama dan Papanya bertemu. Tanti hentinya Allcy mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan karena telah pertemukan Olivia dengan Mad.Adrian yang berdiri tidak jauh dari kakaknya pun kebingungan melihat Mommy nya berpelukan dengan seorang pria yang belum dia ketahui.Apakah dia Daddy? batin Adrian.Mad melepaskan pelukannya ia menatap wajah Olivya dengan sesakma. bibir mendarat ke dahi Olivya tanda sebagai memberikan sebuah ciuman setelah sekian lama berpisah."Mad, akhirnya.." gumam Olivya.Mad menggangguk, ia begitu bahagia disaat melihat istri tercintanya ada di depan matanya."Mom?" panggil seorang anak laki-laki. Olivya menoleh kearah Adrian yang tadi memanggilnya.Mad pun melihat kearah Adrian. Pria itu berjalan kearah Adrian. Mad hendak memeluk Adrian, n
KringggggSuara bel sekolah berbunyi untuk memberitahu kepada seluruh siswa, bahwa pelajaran jam pertama akan dimulai.Allcy, Kate, Elizabeth dan Jenny berjalan bersama sepanjang koridor sekolah untuk menuju kelas mereka. Tak sedikit pasang mata yang menatap kearah mereka."Tidak biasanya kita di lihatin seperti ini." bisik Kate pada Jenny."Semenjak kita berteman dengan Elizabeth, banyak yang memperhatikan kita." balas Jenny."Eumm, apakah aku melakukan kesalahan karena berteman dengan kalian?" tanya Elizabeth."Tidak!! Kenapa kamu berpikiran seperti itu?" seru Kate.Mereka pun melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan tatapan dari seluruh siswa.Setelah sampai di kelas, Allcy meletakkan tas nya dengan malas. Entah mengapa ia tak begitu semangat untuk hari ini."Allcy kenapa?" tanya Elizabeth pada Kate.Kate pun mengalihkan pandangan nya kearah Allcy. "Itu sudah hal yang biasa terjadi pada Allcy. Hampir tiap pagi, ia tak begitu semangat."Elizabeth berjalan menuju meja Allcy."Allcy,
Olivya berjalan mendekati Adrian. Ia menarik putranya kedalam rangkulan nya. Dipeluknya Adrian dengan sangat erat, dan membiarkan putra sulungnya ini menangis."Adrian sayang, Adrian nggak boleh ngomong gitu ya. Daddy disana juga merindukan Adrian." ucap Olivya dengan nada pelan."Mommy bohong kan? Daddy engga sayang Adrian lagi Mom.""No, baby. No. Daddy sangat sayang padamu." Olivya melepaskan pelukannya. Ia menghapus air mata putranya sambil tersenyum.Olivya mengajak putranya untuk duduk di sofa panjang yang terdapat di ruang kerja Mad."Adrian mau tau sesuatu ga?" tanya Olivya."Apa Mom?"Olivya tersenyum hangat. "Dulu, saat Adrian masih berada di perut Mommy, Daddy terus saja mencium perut Mommy. Daddy terus saja mengajak Adrian bicara. Dan Ian tau ga? saat Ian lahir, Daddy adalah orang pertama kali yang Ian liat saat membuka mata. Mommy tau, Ian engga akan ingat hal itu, tetapi Ian harus percaya kalo Daddy sangat menyanyangi Ian melebihi apapun." cerita Olivya pada putranya."L