Devano dengan wajah berantakan menunggu di depan ruang UGD rumah sakit Royal Hospital London. Orangtuanya mengalami kecelakaan lalu lintas saat dalam perjalanan dari Bandara ke rumah sakit tempat dia di rawat.
Devano berjalan mondar-mandir dengan wajah yang sangat tidak tenang.Seorang wanita menemaninya, wanita itu adalah Claudya. Sepupunya sekaligus mantan pacar Devano. Claudya tengah menjenguk Devan di tempatnya rehab namun berita yang di terima Devan saat itu membuat dia ikut dengan Devano kerumah sakit ini secepat mungkin.
Dokter keluar dengan wajah khawatir. "Bagaimana Dok? Apa yang terjadi dengan kedua orangtua saya"
"Maaf Mr.Mackzie saya belum bisa mengatakan apa-apa. Karena Sir Abraham mengalami patah tulang belakang dan Nyonya Laura mengalami pecah pembuluh darah akibat benturan kepalanya yang cukup kuat. Kami akan memindahkan nyonya Laura ke ruang ICU sekarang juga." Devano refleks memeluk Claudya,
Seolah angin meniupkan kerinduan Azura terpaku melihat sorot mata Devano. Begitupun Devan. Dia terdiam tidak bisa berkata apapun saat Azura bergerak gelisah hingga akhirnya jarak mereka semakin terkikis. "Azura," ucap Devano penuh harap dan Azura yang tidak bisa merubah ekspresi dinginnya hanya mengangguk dengan bodohnya. "Kau disini?" tanya Devan sembari menyentuh lengan Azura. "Ya ! Aku menemani Mommy untuk cek up." Bohongnya dan Devano kecewa. Dia sudah berharap namun dengan harapan itu pula dia hancur. Tidak ada percakapan apapun diantara mereka setelahnya. Namun Azura tidak bisa menahan rasa rindu dan sesak di dada nya. Dia memeluk Devan dengan lembut sambil mengusap lengan Devan. "You must be strong Dev." Azura menahan airmatanya untuk lolos begitu saja. Baru saja Devan ingin membalas pelukan Azura, namun Claudya yang tidak tahu langsung terkejut dan mengucapkan nama Devan."Devan," katanya dan langsung menutup mulut ingin pergi. Azu
Devano berlari menyusuri koridor rumah sakit. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Laura dan meminta maaf atas sikapnya selama ini. Setibanya dia dipintu dia melihat Claudya dan Samantha sudah berada disisi kiri Laura sementara Abraham mengambil posisi di kanannya. Devan perlahan mendekat dengan tatapan penuh penyesalan. Wajah sayu Laura membuatnya semakin berdosa. "Ma," panggilnya dan Laura meneteskan airmata haru. "Maafkan Devan Ma." Laura menyapu rambut Devan dengan lembut. "Mama yang salah Dev. Mama terlalu egois dengan pemikiran Mama. Karena Mama hanya ingin yang terbaik buat kamu." Laura memeluk tubuh Devan yang memeluknya.Sungguh Devan menyesali apa yang sudah dia lakukan.*******Hari-hari yang dilalui Devan membaik, Abraham sudah kembali pulih dan Laura juga sudah keluar dari ruang ICU. Devan focus mengurus kembali perusahaannya dan semua berjalan lancer. Tidak ada yang bisa menghentikan semn
Pada bosen sedih-sedih kan ?Nih aku kasih yang manis-manis....****Satu tahun kemudian...Devan sibuk didalam ruang kerjanya. Matanya terlalu fokus akan pekerjaan yang dia lakukan hingga tidak sadar kalau Claudya sudah berdiri disana dengan Laura. "Ehem...," Claudya membuat suara yang menarik perhatian Devan. Lalu pria itu tersenyum. "Hei lama tidak bertemu Clau," ucapnya membuat Claudya dan Laura tertawa bersama."Dev. Claudya datang kesini ingin mengajak mu keluar dan bertemu temannya. Teman Claudya itu sangat cantik Dev." Devan melirik Claudya yang menaikkan kedua alisnya sembari melebarkan senyuman."Aku tidak ingin menikah dengan temannya Mam."
Azura baru bangun dari tidurnya. Netra hazel yang dia miliki langsung menatap jengah Akira yang tengah duduk di atas tempat tidurnya. "Akira ngapain sih. Pergi sana." Akira tidak takut dengan wajah dingin Azura. Meski dia diusir oleh adiknya itu tapi Akira tetap harus mengeret Azura untuk bertemu dengan Devano. Jika tidak semua akan sia-sia.Tinggal satu hari lagi dan hanya dia yang ingin menyadarkan Azura dari kebodohannya. "Bangun Zura. Bangun...," geramnya sambil menarik bagian tangan Azura. "Enggak!""Bangun !""Enggak.""Bangun !" teriak Akira lagi hingga Azura kesal dan melotot padanya."I say no and leave me or...,""Or what !?"
"Azura katakan jika kau masih mencintaiku." Devan masih tetap pada pertanyaannya. Ciuman mereka barusan adalah bukti kalau Azura masih mencintainya. Azura tertawa memperlihatkan akting yang luar biasa. Sampai Devan percaya akan hal itu."Really Dev. You are really...really crazy man." Azura menutup mulutnya agar menghentikan tawa sandiwara-nya.Devan dan Azura terdiam cukup lama sampai sebuah suara menyadarkan mereka. "Dev, Azura. Apa yang kalian lakukan?" Azura bersyukur karena suara itu adalah suara Akira. Dengan menarik lengan Azura dan mata yang melotot Akira memperingatkan saudara kembarnya itu. "Ayo pergi. Kita harus kembali ke London." Devan mendengar bisikan itu. "Dev, sekali lagi selamat ya. Semoga dengan ini kau bisa memulihkan hatimu yang terluka. Dan bisa memulai awal yang baik dengan istri mu. Aku harus membawa Azura segera kembali ke London." Devan men
Duduk dengan wajah yang terlihat sangat serius berpikir, Devano selalu membuat Claudya gemas akan mimik wajah suami nya itu."Dev," panggilnya membuat Devano tertegun dan kemudian senyuman muncul di wajahnya. "Hem..,ada apa?" Devano berdiri mendekati Claudya."Aku sudah di telpon sama dokter kandungannya dan kita akan datang kesana besok. Kamu harus luangkan waktu oke?""Oke." Devan menggandeng tangan Claudya keluar dari ruang kerjanya. "Kau masih memikirkannya Dev?" Devan hanya mampu terdiam dengan itu. Sementara Claudya sudah hapal setiap ekspresi Devan jika pria itu merindukan wanita yang ia cintanya."Maafkan aku.""Aku sudah bosan mendengarnya. Aku tidak ingin memaksamu melupakannya meski sudah setahun lebih kita menikah. Tapi aku mohon
Claudya mondar-mandir sedari tadi karena hingga pukul 2 dini hari Devano belum juga kembali. Ponselnya mati, dan sekertarisnya berkata kalau Devano tidak masuk kantor. Claudya sangat cemas, dia mencoba untuk tenang dan menunggu namun tetap saja tidak bisa.Hingga terdengar suara pagar terbuka Claudya berlari menuju arah jendela. Dia melihat mobil Devano dan Claudya menunggu dengan berdiri tepat di depan pintu.Devan yang baru masuk langsung terkejut mendapati Claudya berdiri disana dengan wajah kesal."Kau dari mana Dev ?""Maaf sayang aku ada urusan penting tadi."Devan mencoba merangkul Claudya namun Claudya melepaskan tangan itu dengan tegas."Katakan kau darimana Dev?" Hati Claudya panas dan dia benar-benar termakan api cemburu. "Aku
"Kau dimana ? Azura kecelakaan."Devan tidak berpikir panjang, dia langsung mengambil mobilnya dan pergi begitu saja. Bahkan mobil Claudya yang baru krluar dari gerbang mansion masih bisa melihat kalau mobil Devan melaju kencang seperti ingin mengejar sesuatu.Devan di dalam mobil mengumpat karna lupa menanyakan dimana Azura dibawa. Menekan panggilan melalui mobilnya Devan masih terus melaju di jalan."Hallo Dev,""Dimana Azura?""Dia berada di Royal hospital London."Langsung mematikan sambungan telpon dia mempercepat laju kemudi. Devan berdoa dalam hati kalau Azura baik-baik saja. Detak jantungnya bahkan sepertinya dapat terdengar oleh orang lain.Devano memarkir mobil dengan asal dan langsung menu
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob