Mata Carissa membeliak terkejut ketika dia melihat panggung pensi yang ada di depannya. Ini bukan seperti yang ada di dalam pikirannya.
Ini sama sekali berbeda dengan apa yang ia bayangkan di dalam kepalanya. Sangat berbeda dengan pensi yang ada di sekolahnya yang lama.
Ini nampak seperti sebuah pesta—untuk siswa orang kaya.
"Aku mau ke temanku, terserah kamu mau ke mana," ucap Rosa pada Carissa.
Sudah diduga jika Rossa tidak akan terus bersamanya selama ada di acara pensi itu. Ia langsung melesat meninggalkannya dan berkumpul dengan teman-temannya. Hingga membuat Carissa kebingungan sendiri.
Ia mengitari pandangannya, dan sejauh yang ia lihat. Tak ada orang yang ia kenal. Semuanya rasanya asing meskipun mereka satu kelas dengannya.
Carissa tak dianggap, Carissa dibuang.
"Itu kan Carissa." Rendy menunjuk ke sebuah arah. Diikuti oleh Galih dan Irvan.
"Yakin sekolahannya di sini?" tanya Daniel ketika ia dan bersama dengan ketiga temannya ada di depan sebuah sekolah khusus laki-laki."Iya, aku udah cari tahu dan dia di sini. Namanya Arka, anak kelas dua.""Bukan kelas tiga?" tanya Daniel lagi."Bukan.""Mau ngapain sih emang?" Kali ini Galih yang bertanya pada Daniel.Sejak sepulang sekolah tadi, ia mengajak ketiga temannya itu untuk melihat sekolahan Arka. Ia ingin bertanya mengapa dia melakukan hal itu pada Carissa padahal jelas si Arka tak mungkin mengenal Carissa jika bukan satu sekolahan.Jika di balik kejadian ini ada hubungannya dengan Rossa, maka lebih baik Daniel akan menyudahi hubungannya dengan perempuan itu.Rossa tak dapat dipercaya."Mau ngajak berantem, Niel?" tanya Rendy kali ini."Bisa jadi—kalau dia gak mau jawab." Daniel menatap ketiga temannya itu bergantian.
Rossa pulang ke rumahnya selepas diputuskan oleh Daniel. Hatinya dipenuhi oleh amarah dan berpikir jika semua penyebab dia diputuskan adalah Carissa.Ya, dia menuduh Carissa yang telah membuat semuanya menjadi berantakan seperti ini.Dia buru-buru bergerak menuju ke dalam Carissa. Dan rupanya tak ada sepupunya di sana.Karena semakin kesal tak menemukan Carissa, Rossa mengacak-acak barang di atas meja belajar Carissa sampai berantakan. Dia juga membuang semua baju yang ada di lemari, dan matanya menangkap baju mahal yang dibelikan oleh papanya sendiri.Setelah merebut Daniel dari dirinya, kini dia juga telah merebut perhatian papanya."Carissa! Kamu ada di mana!!" teriaknya kemudian sebuah bayangan muncul di ambang pintu dengan wajah yang terkejut."Kamu ngapain ada di dalam kamarku dan mengacaukan semuanya?" tanya Carissa kaget."Aku?! Kamu pikir aku lagi ngapain p
Dua tahun kemudian …"Gimana ujiannya?" tanya Rendy pada Carissa."Lancar," jawab Carissa sambil tersenyum.Dia sudah terbiasa dengan Rendy selama ini. Atau lebih tepatnya ketika Daniel sudah mulai kuliah di luar negeri. Dan seperti janjinya pada Daniel, Rendy bersedia untuk menjaga Carissa selama dia pergi.Waktu yang ia lewati dengan Rendy malah terbilang lebih lama dibandingkan dengan Daniel waktu itu.Mereka berdua kini malah lebih akrab dibanding waktu pertama kali bertemu dulu.Rendy berbeda dengan Daniel. Rendy adalah lelaki yang banyak bicara, dan dia tak akan segan mengungkapkan isi hatinya jika itu menganggu pikirannya."Mau makan dulu?" tanya Rendy ketika Carissa sudah naik ke atas motornya."Boleh.""Nanti mau kuliah, atau langsung kerja?" tanya Rendy lagi. Gadis itu selalu saja mengalihkan pembicaraan jika ditanya seper
"Kalau gak kamu buka, Paman akan buka pintu ini."Suara Rian terdengar berbeda, suaranya penuh dengan ancaman. Namun Carissa tak bisa berbuat apa-apa karena dirinya terjebak di dalam kamarnya sendiri.Namun sedetik kemudian dia melirik ke arah jendela kamarnya. Ia berusaha untuk membuka jendela tersebut tapi dia baru teringat jika jendela itu terdapat teralis yang menghalanginya bisa keluar dengan mudah."Carissa, kamu pikir Paman gak bawa kunci cadangan?" Suara Rian masih terdengar santai tapi penuh dengan ancaman.Tak ada pilihan lain selain dia ingin melindungi dirinya dengan cara membuat Rian tak bisa mendekatinya.Carissa mengambil helm yang pernah diberikan Daniel untuknya. Sebagai hadiah ulang tahunnya agar bisa dipakai untuk berjalan-jalan dengannya."Maafin aku Daniel," ucap Carissa putus asa. Ia mengambil helm tersebut kemudian ia pegang dengan erat.Dan b
"Hei!" Sebuah tangan memegang tangan Carissa dengan kuat, ia menoleh kemudian terkejut."Kamu—" Carissa terpleset, setengah badannya sudah berada di tengah-tengah. Sebentar lagi dia akan terjatuh jika lelaki itu tidak memegangi tangannya."Lepaskan." Mata Carissa menatap nanar, kenapa harus ada Arka di sana?"Kamu mau bunuh diri, hah?!" teriak Rossa ia muncul dari balik mobil dengan wajah yang marah."Siapa suruh kamu boleh bunuh diri! Kamu mau bikin malu keluargaku!"Carissa tersenyum miris, sangat mudah baginya mengatakan hal seperti itu padanya. Tetapi apakah dia sanggup mengucapkan hal yang sama jika dia berada di posisinya."Bantuin dong, jangan ngomel-ngomel terus," ucap Arka. Dia tampaknya tak sanggup mengangkat Carissa sendirian hingga meminta Rossa untuk menolongnya.Entah dari mana mereka muncul, tapi kedua orang itu sama sekali tak diharapkan oleh Carissa
Jika harus mematahkan kakinya sendiri, mungkin Carissa akan melakukannya selama dia bisa kabur dari rumah pamannya tersebut.Dia tidak akan sudi untuk kembali ke dalam rumah yang seperti neraka baginya.Rian yang ia kenal dulu sangat berbeda dengan Rian ketika dia bertemu lagi setelah puluhan tahun tak bertemu. Dan seharusnya Carissa bisa merasakan bagaimana tatapan lelaki bejat itu. bagaimana dia menelan ludahnya tiap kali melihat setiap jengkal lekuk tubuh Carissa yang sedang ranum.Kini Carissa sudah lulus, dia tak perlu lagi kembali di sana dan akan kembali pada ayahnya yang pasti berada di pihaknya.Persetan dengan ibunya yang secara tidak langsung telah menjualnya pada Rian.Setelah mencabut selang impusnya, Carissa berjalan tertatih menuju pintu kamar di mana ia dirawat. Namun ketika dia berhasil membuka pintu tersebut, sosok Rian sudah berdiri di depannya dengan senyum yang menakutkan.
Beberapa hari kemudian …. Rian mengusap wajahnya dengan frustrasi begitu mendengar kabar jika Carissa kabur dari rumah sakit malam itu. Bagaimana bisa hal itu terjadi? Sementara penjaga di depan pintu Carissa tidak pergi sedetik pun dari sana. Rian menduga jika ada yang membantu Carissa kabur dari kamarnya. Bisa jadi Rendy lelaki yang ingin menemui Carissa saat itu, atau mungkin orang lain. Dengan keadaan marah, Rian menyuruh penjaga untuk mencari Carissa di rumah Rendy. Namun sayangnya mereka tidak menemukan siapa-siapa di sana. “Kalian yakin? Kalian sudah geledah rumah lelaki itu?” tanya Rian. “Sudah Pak, rumah itu terlalu kecil untuk menyembunyikan nona Carissa,” jelas suruhan Rian tersebut. Rian pun berdiri kemudian menyapu semua barang yang ada di atas meja kerjanya dengan tangannya. Keinginannya untuk memiliki Carissa
Bau obat yang menyeruak dan juga cat dinding berwarna putih yang Carissa takutkan selama ini terlihat lagi di depan matanya.Apakah dia telah berhasil tertangkap oleh Rian? Ataukah kini dia sudah ada di dunia lain?Carissa mengedarkan pandangannya setelah matanya terbuka. Ia melihat seorang lelaki paruh baya yang sedang berbicara dengan seorang dokter.Ketika dia melihat Carissa sudah sadar, lelaki itu kemudian menghampirinya.“Kamu sudah sadar? Bagaimana dengan kepalamu? Kata dokter lukanya tidak parah. Dan besok kamu sudah bisa pulang.”Carissa baru teringat jika ia tadi—mengalami kecelakaan ketika melarikan diri dari rumah Dania.Melihat Carissa diam, lelaki itu cemas,takut jika perempuan yang ada dihadapannya itu tidak seperti yang dokter katakan.“Kalau kamu masih sakit katakan saja padaku,” ucap l
“Ada yang pengin aku tunjukin sama kamu,” kata Rendy malam itu. Setelah bebas, Carissa tinggal di sebuah kos yang dekat dengan Rendy. Dan karena itu lah membuat hubungan mereka dekat seperti sekarang.Selama tujuh tahun, Carissa tidak pernah mengizinkan Aaron untuk mengunjunginya. Dia menolak tiap kali Aaron ingin bertemu dengannya di penjara, karena Carissa tak ingin membuat Aaron tidak dapat melupakannya.Sudah tujuh tahun, harusnya Aaron sudah bisa melupakannya. Dan memiliki seseorang yang dia sayangi.“Kita mau ke mana, Kak?” tanya Carissa.“Kalau aku ngasih tau sekarang, namanya bukan kejutan,” jawab Rendy.Karena tak bisa menolak permintaan Rendy, akhirnya Carissa menurutinya. Mereka naik motor untuk menuju ke tempat yang dimaksud oleh Rendy.Di perjalanan, tiba-tiba saja Carissa teringat dengan Aaron. Ada perasaan rindu yang mengusiknya saat ini, tapi di sisi lain dia takut untuk bertanya pada Rendy bagaimana keadaan Aaron sekarang.Apakah dia sudah menikah? Apakah dia sudah m
Tak ada penyesalan dari diri Carissa ketika dia mengetahui bahwa Rian telah mati di tangannya. Luka tusuk yang dia berikan rupanya menembus tepat ke jantungnya.Namun, ada penyesalan bagi Carissa sampai sekarang. Jika dirinya tidak bisa melihat dan menemani Aaron sampai sadar.Satu haru setelah kejadian itu, Carissa dibawa ke kantor polisi untuk diminta keterangan. Hingga akhirnya, statusnya berubah menjadi seorang pelaku pembunuhan.Carissa tidak mengelak. Dia mengaku bahwa dirinya memang sudah membunuh Rian.Di kantor polisi itu juga lah, dia bertemu dengan ibunya yang sudah tidak dia lihat selama beberapa bulan ini. Dan juga Rossa yang menangis karena dirinya telah menjadi anak yatim piatu.“Kenapa kamu harus melakukan ini pada pamanmu sendiri, Carissa?!” geram ibunya. Dian benar-benar sama sekali tidak mengasihani anaknya yang sebentar lagi akan dipenjara selama tujuh tahun.Carissa diam.“Padahal kamu tak perlu sampai membunuhnya.”Tiba-tiba Carissa menyeringai.“Apa ibu takut ak
Dengan sekuat tenaga Carissa mencoba untuk agar tetap terjaga, meski rasa kantuknya saat ini benar-benar sangat menyiksanya.Samar-samar dia melihat bayangan Rian, lelaki yang sudah lama tidak dia lihat masuk ke kamar. Dia tersenyum dan mendekati Carissa.Baru saja saat Rian hendak menyentuh pipi Carissa. Bayangan lain masuk, meski Carissa setengah sadar tapi dia tahu bahwa bayangan lain itu adalah Aaron.Namun, sepertinya ada yang salah dengan Aaron. Wajahnya dipenuhi dengan darah yang menetes. Dengan mata yang ganas dia mencoba memukul Rian dengan kayu yang ada di tangannya.Rian yang sadar jika ada orang lain masuk ke kamar itu pun menoleh. Dia terkejut mendapati Aaron mampu melewati anak buahnya.“Kamu pikir aku akan membiarkanmu hidup!” ujar Aaron. Pukulan pertamanya meleset, lelaki itu terhuyung dan terjatuh.Rian menendang perut Aaron yang sudah tidak berdaya. Terus memukulinya sangat kalap tanpa takut jika hal itu dapat membunuh Aaron.Carissa membuka matanya lebar-lebar. Dia
Aaron terkejut saat mendapati mobilnya tidak ada Carissa. Awalnya dia mengira jika Carissa mungkin saja ke toilet, tapi rasa curiganya muncul saat menemukan ponsel milik Carissa terjatuh di samping mobilnya.Aaron memungutnya, jelas Carissa bukan perempuan ceroboh seperti ini.Mobil melintas di sampingnya, sosok Carissa memukul jendela mobil di bangku penumpang dengan wajah ketakutan. Aaron dapat melihatnya sekilas dan yakin jika Carissa saat ini sedang diculik.Bergegas masuk ke dalam mobilnya, Aaron langsung mengejar mobil yang membawa Carissa. Ia tak ingin melewatkan waktu sedetik saja agar tidak kehilangan jejak mobil tersebut.Seorang lelaki menarik rambut Carissa hingga perempuan itu tertarik ke belakang. Dengan kasar dia lalu mengikat kedua tangan Carissa menggunakan tali rafia.“Diam. Kamu sudah cukup merepotkan selama ini, jadi berhenti bergerak atau aku akan membunuhmu.”Carissa dapat melihat pisau yang ditodongkan ke perutnya. Wajahnya memucat dan menggigil ketakutan.Aaron
“Kalian mau ke mana?” tanya Aarin saat melihat Aaron sudah mengenakan pakaian rapi tidak seperti tadi.“Mau jalan-jalan, kenapa? Kalian nggak boleh ikut,” jawab Aaron. Dia masih menunggu Carissa yang mengganti pakaiannya. Sementara Daniel, dia sedang mengobrol dengan ayah Aarin di taman belakang rumah.“Malam minggu? Kamu jalan-jalan sama Carissa? Nggak salah?”“Kenapa salah. Udah urus aja pacarmu,” kata Aaron. Dia melihat Carissa muncul dengan rok jeans berwarna biru terang. Atasnya dia memakai hoodie berwarna mocca yang pernah dibelikan oleh Aaron beberapa waktu yang lalu. Tak lupa Carissa mengenakan sepatu kets hasil hadiah dari Aaron.Aaron yang melihat jika Carissa memakai hadiah pemberiannya pun merasa bangga dan senang.Mata Carissa melihat ke sekitarnya, memastikan jika tak ada Daniel di sana.“Ayo berangkat,” ajak Aaron.Carissa mengangguk, dia pamitan pada Aarin kemudian pergi keluar. Tak lama kemudian Daniel muncul dan mengatakan pada Aarin jika malam ini ayahnya ingin pest
Satu minggu kemudian …Tamu yang ditunggu-tunggu oleh Aarin akhirnya datang juga. Sejak pagi dia sudah sangat antusias dan bersemangat untuk mengenalkan pada ayah dan ibunya jika dia adalah pacarnya selama ini.Meski selalu diejek oleh Aaron karena mereka menjalani hubungan jarak jauh, tapi hal itu tak lantas membuat Aarin terpengaruh. Kerap Aaron mengatakan jika bisa saja kekasihnya selingkuh di luar negeri, tapi Aarin tetap percaya pada pacarnya itu.“Nggak usah masak yang enak-enak, Bi. Lagian juga belum tentu bakalan nikah sama si Aarin,” kata Aaron. Sejak tadi dia duduk di kursi meja makan dan mengawasi pembantu-pembantunya menyiapkan makanan untuk tamu Aarin. Padahal dia di sana hanya ingin mengawasi Carissa.“Inget ya, dia itu tamu penting. Very Important Person, jadi nggak boleh asal-asalan masaknya.” Setelah menjitak kepala Aaron, dia duduk di sebelah adiknya dan mengambil apel yang sedang dikupas Aaron.Aaron mendelik, padahal apel itu untuk Carissa.“Makannya belajar masak.
Carissa akhirnya makan siang dengan Rendy saat dia tahu bahwa Aaron akan makan dengan Indri. Dia pikir mungkin sesekali bisa lepas dari Aaron itu bagus.Tapi, ketika di restoran di dekat kampus, Aaron menghampiri meja Carissa yang datang lebih dulu di sana.Carissa mendelik kesal, tapi Aaron mengabaikannya.“Masih banyak meja kosong,” kata Carissa. Dia merasa tidak enak pada Rendy saat ini, di mana Rendy menatap penasaran lelaki itu.“Aku kerja di rumah dia, Kak,” kata Carissa. Rendy mengangguk saja dan meneruskan memilih menu makanan yang ada di buku menu. Sementara Indri, sejak Aaron mengajaknya untuk makan satu meja dengan Carissa, dia terus merengut kesal.Makan siang tak nyaman pun selesai, ketika Rendy bilang bahwa sudah saatnya dia masuk kerja. Tinggal Carissa, Aaron dan Indri di sana bertiga.“Yuk, balik,” ajak Indri mendesak Aaron.“Kamu duluan aja ya, aku mau ngomong dulu sama Carissa,” kata Aaron.Karena tahu tak ada gunanya berdebat, akhirnya Indri meninggalkan Aaron setel
Carissa sudah memiliki ponsel sekarang, jadi dia tidak harus terpaku pada Aaron. Ketika dia berada di dalam mobil, dia tidak perlu berbicara dengan Aaron.Kini, dia sedang sibuk mencari-cari Daniel di sosial medianya. Bagaimana kabar Daniel? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia sudah kembali ke Indonesia?“Kamu sibuk banget sih,” kata Aaron, dia melirik melalui ekor matanya, melihat Carissa yang asik dengan ponselnya sejak tadi.“Ya, aku sibuk banget,” balas Carissa.“Dan aku kamu cuekin.”“Kamu bisa telepon Indri kalau bosen,” balas Carissa lagi.“Aku bisa ketemu sama Indri di kampus. Kalau sekarang kan bisa ngobrol sama kamu.”Carissa menghela napasnya. “Itu bukan pekerjaanku, tugasku cuma nemenin kamu kuliah,” katanya. “Kalau nanti mau pergi pesta atau apapun itu, tolong kirim pesan sama aku. Aku udah punya ponsel, jadi nggak ada alasan buat nggak ngabarin.”Aaron merasa Carissa sudah berubah. Entah sejak kapan, tapi Carissa menjadi bukan seperti perempuan penurut.“Oke oke, kayak
Dua belas tahun yang lalu …Aaron yang masih kecil sudah ditinggal sendirian di rumah, ibu atau ayahnya tidak merasa khawatir ketika mereka sudah percaya pada pengasuh anak yang sudah merawat Aaron sejak kecil.Namanya adalah suster Anna, pengasuh Aaron yang saat itu berusia tiga puluh tahunan. Dia lumayan cantik dan pandai berbicara. Aaron banyak belajar dari Anna, tapi tidak dengan santu hal itu.Satu hari ketika Aaron harus ditinggal ayah dan ibunya pergi keluar kota karena kakaknya akan menjalani lomba di sekolahnya. Aaron kecil tidak diperbolehkan ikut. Kata Aarin, Aaron sangat menganggu, jadi akan lebih baik jika dia ada di rumah. Hingga akhirnya, Aaron hanya ditinggal dengan Anna.Malam hujan lebat, seluruh pembantu sudah tidur dua jam yang lalu. Aaron yang ketakutan malam itu, meringkuk di dalam selimut. Dia takut dengan petir dan kilat yang terus berkilat di langit.Mendengar suara Anna masuk ke dalam kamarnya, membuat Aaron merasa lega. Dia membuka selimutnya dan melihat An