Masuk ke dalam Sudut Hati kafe yang Rey sebutkan dengan gaya elegan, Bumi langsung duduk di depan pria itu dan meletakkan tasnya ke atas meja. Melepas kacamata, dengan sombongnya gadis itu bertanya apakah Rey berubah pikiran. "Bukankah kamu sudah menolak? aku pikir tidak ada yang perlu kita bicarak
âBacalah dulu! aku ingin kamu menyetujui kesepakatan ini.â Menyodorkan sebuah kertas ke Rey, Bumi sepertinya ingin mendapat kepastian hitam di atas putih. âAku ingin kamu mendukungku sampai aku menemukan bukti bahwa Wida membunuh mamaku,â imbuhnya. Sedikit terkejut, Rey pikir ibunda Yota itu hany
Duduk di sebuah toko kemeja. Bumi memandangi Sakha yang tengah berdiri di depan kaca sesaat setelah keluar dari kamar ganti, pria itu nampak kesusahan mengancingkan lengan kemejanya. Bumi pun berdiri, seberapa pun dia membenci tapi saat Sakha memintanya mengantar pergi berbelanja, entah kenapa Bumi
"Kenapa kamu mencium pipiku?" bisik Bumi sesaat setelah ia memperkenalkan Rey kepada keluarganya tadi. "Kamu lupa? ini bagian dari sandiwara," jawab pria itu dengan cara berbisik juga. Keduanya tengah berdiri agak jauh dari meja keluarga, senyuman Bumi dan Rey membuat Sakha, Aryan dan Yota merasa
Bumi tersenyum puas, meskipun acara lamarannya tidak semeriah acara Yota kemarin. Namun, cukup membungkam mama tirinya, karena Rey membawakan hantaran yang lebih mewah dari. Sakha. Melihat Prita, Wida pun hanya sedikit menyesal, karena dia tidak tahu bahwa Rey ternyata adalah anak wanita yang merup
Setelah pertunangan Bumi dan Rey. Prita mengajak keduanya berlibur ke sebuah villa pribadi miliknya yang berada di puncak. Prita ingin melepas penat serta ingin lebih dekat dengan Bumi. "Ahh, segarnya!" Bumi meregangkan kedua tangan, mengangkatnya tinggi ke udara, menghirup udara yang begitu segar
Bermacam pertanyaan melingkupi kepala Rey setelah pembicaraannya semalam dengan Bumi. Menatap gadis yang tengah menikmati salad di depannya itu. Ia ingin segera mengkonfirmasi ke Yota tentang kebenaran ini. Jika benar yang menyelamatkannya adalah Bumi, jelas Ia memang salah mencintai selama ini. Ma
âBisakah akhir minggu ini kita pergi berkencan?â Pertanyaan Rey membuat Bumi yang hampir turun dari mobil mengurungkan niatnya. Karena Rey datang dan mengajaknya pulang bersama tadi, Bumi meninggalkan mobilnya di kantor. Ia tidak bisa menolak tawaran calon suaminya itu, terlebih Rey terlihat begitu
Mata Rio langsung terbelalak hebat. "Jadi ... jadi kamu yang digilainya, dan istrimu adalah orang yang dibuatnya keguguran?" terka Rio. Dia masih belum bisa menetralisir keterkejutan. "Ya begitulah kira-kira. Dan kamu masih saja menyukainya?" Rio terkekeh hambar. "Nasib benar-benar buruk. Aku tahu
Bumi cuma bisa nyengir saja. "Jangan tertawa, Bum! Ini tidak lucu!" dengkus Sakha. - - Enam bulan kemudian. Ballrorm sebuah hotel dihias sedemikian rupa megahnya. Lampu, bunga, serta balon menjadi ornamen pendukung pesta pernikahan dua bersaudara itu. Dua bersaudara? Ya, mereka adalah Aryan d
Rey yang keheranan merebut lembar itu, dan responnya juga samaâmembulatkan mata seakan-akan tidak percaya. "Bum, kamu serius?" tanya Rey. Melihat Sakha yang ada di sebelahnya mematung tak bergerak memantik rasa penasarannya menjadi semakin besar. Di dekatinya Bumi, lantas duduk di sisi ranjang. "B
"Mi ...." "Padahal Mimi sudah semedi di spa demi nama ini. Gangga Semesta Jadiyaksa." Bumi dan Rey saling tatap. Mereka tak menyangka nama yang disiapkan begitu indah dan jauh dari nama aktor Hollywood. "Itu artinya apa, Mi?" tanya Bumi. Penasaran dia dan sejujurnya agar tertarik. Nama itu terden
Mata Rey pun kembali terarah ke box bayi yang ada disebelahnya. "Aku bingung. Terlalu banyak nama bagus yang aku pikirkan. Dan satu pun tidak ada yang membuatku yakin. Tolong beri waktu aku untuk memikirkannya," balas Rey. Bumi pun mengiakan dengan anggukan kepala. Sekarang mata Rey kembali ke Bumi
Kebahagiaan yang didapatkan sekarang tidak bisa Bumi jabarkan. Rasanya sangat luar biasa. Setelah melalui masa kontraksi hampir sepuluh jam akhirnya sang bayi lahir dengan selamat dan sehat dengan berat 3,5 kilogram dengan proses persalinan normal. Kebahagiaannya semakin berlipat ketika mengetahui a
"Dan yang membuat aku penasaran, kenapa kamu selalu diam? Kamu seolah tidak mengenalku. Jika kamu mengatakannya mungkin kita sudah lama berteman." "Maaf, aku tidak berpikir sampai di situ. Aku hanya menolong, itu saja," balas Aryan lagi. Senyum Milea semakin mengembang. Lamat dia menatap Aryan yan
Tiga puluh menit. Satu jam. Hingga dua jam berlalu sia-sia. Semua jenis olahraga dia coba. Dari squad jump, push-up, angkat barbel sudah dicoba, hanya saja hasilnya nihil. Aryan kalah dan lelah. Lelaki bingung harus bagaimana. Tubuhnya sudah lemah tapi hasrat untuk mencumbu Milea justru semakin k
"Kamu masih muda? Apa kamu single? Kalau iya, apa kamu mau menjadikan aku istri?" "Maaf, Nona. Saya memang masih single, tapi ...." "Tidak perlu dilanjutkan. Aku hanya butuh itu sebagai awal. Jadi Tuan Jas yang tampan, persiapkan diri untuk menerimaku sebagai istri." Aryan yang baru saja selesai