Liana tak habis pikir, "Memangnya kenapa kalau aku pakai piama? Aku 'kan sudah pakai mantel di luarnya? Lagi pula, Yono bukan orang asing, 'kan? Dia sekarang pemegang saham utama di perusahaanmu, juga anaknya Tante Citra. Kita bahkan pernah makan malam bersama sebelumnya. Bisa dibilang kita sudah cukup akrab, bukan?"Setelah mendengar itu, alis Yohan langsung berkerut. "Cukup akrab pun nggak boleh! Aku mungkin bisa mempertimbangkan untuk menerimanya dalam batas tertentu."Liana terdiam."Dalam hal-hal seperti ini, Yohan memang sangat memperhitungkan segalanya, membuat orang benar-benar stres."Namun, Liana tahu, ini hanya cara dia menunjukkan perhatian.Laki-laki memang suka berpikiran sempit di saat seperti ini, dan yang perlu dilakukan Liana adalah menariknya keluar dari pikiran sempit itu, supaya dia tidak terjebak terlalu dalam.Memikirkan hal ini, Liana mengangkat kedua tangannya, melingkarkannya di leher Yohan. Lalu Liana mendekatkan bibirnya dan mencium Yohan dengan lembut. "Bai
"Apa ini?" Liana berjongkok, mengambil sedikit remah-remah dengan jarinya, dan mendekatkannya ke wajah untuk mengamati dengan cermat.Setelah melihat cukup lama, akhirnya dia menyadari, "Remah roti?"Sepertinya memang remah roti, tapi kenapa bisa berserakan di sini, di dekat kulkas?Liana berdiri, membuka kulkas, dan mengeluarkan satu bungkus roti yang sudah tersegel rapat. Tali pengikatnya sangat kencang, dan jumlah roti di dalamnya juga tidak berkurang. Semuanya tampak normal.Mungkinkah ... Yohan tidak sengaja menjatuhkannya saat makan?Liana menggelengkan kepala, tidak terlalu memikirkannya. Setelah mengeluarkan roti, dia juga mengambil beberapa lembar daging asap, sayuran, dan saus.Untuk sarapan, dia membuat beberapa sandwich yang lezat, juga merebus beberapa baso, dan menyajikan susu panas. Sarapan sederhana pun siap.Ketika dia selesai menyiapkan semuanya, Yohan juga sudah selesai rapat dan turun dari lantai atas.Pria itu membungkuk, mengangkat putrinya dari ayunan, dan bermai
Hasan membawa mobil ke Perusahaan Lewis dan baru melihat sekelompok orang yang berkerumun di depan pintu.Sebelum meninggal, Ferdi mewariskan seluruh hartanya kepada Yohan. Sekarang Perusahaan Lewis berkembang pesat, dan makin banyak perhatian serta wawancara media yang datang.Media yang terhalang di pintu hampir setiap hari datang untuk mengintai. Bagi mereka, Yohan saat ini selalu menjadi topik hangat. Meskipun tidak bisa melakukan wawancara secara langsung, sekadar mengambil beberapa foto atau video juga sangat bernilai."Pak Yohan, orang-orang itu datang lagi!" kata Hasan sambil mengambil ponsel, bersiap untuk menghubungi keamanan perusahaan. "Aku akan menyuruh orang untuk mengusir orang-orang itu!"Belum sempat telepon tersambung, Yohan mengulurkan tangannya untuk menghentikan, "Nggak perlu."Hasan, "???""Bawa mobilnya ke depan, aku akan turun di pintu."Meskipun kata-katanya ditujukan kepada Hasan, matanya tidak pernah beralih dari putrinya yang tercinta.Hasan bingung. "Tapi,
Mendengar itu, semua orang langsung bersemangat, masing-masing ingin mendengar apa yang akan dikatakan Yohan selanjutnya."Pertama, aku dan istriku memang pacaran secara serius, tidak ada aturan tidak tertulis di tempat kerja. Kedua, istriku sudah lama meninggalkan Perusahaan Lewis. Ini adalah penjelasanku kepada dewan direksi Lewis dan kepada karyawan perusahaan Lewis."Anak yang ada dalam pelukannya bergerak, Nana menggosok matanya, lalu mengepalkan tangan kecilnya dan perlahan memukul dada Yohan.Anak kecil yang lembut ini kontras dengan Yohan yang penuh wibawa, menciptakan pemandangan yang menggemaskan.Banyak media memanfaatkan kesempatan untuk mengambil banyak foto.Lalu mereka melihat pemandangan yang lebih mengejutkan, pria yang dingin dan angkuh itu memegang tangan kecil itu dengan hati-hati dan lembut."Perkenalkan, ini putriku, Silvana Lewis."Media kembali riuh, pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan."Selamat kepada Pak Yohan atas kelahiran putrinya.""Pak Yohan, apakah An
Ketika Liana melihat berita, dia tidak melihat bagian ini karena sudah dipotong. Dia hanya melihat Yohan turun dari mobil, memeluk putri mereka, berdiri di depan media, dan berkata di depan kamera, "Ini putriku, Silvana Lewis.""Dia sedang memperbaiki reputasimu," kata Linda sambil tersenyum.Selama ini, berbagai gosip tentang Liana dan Yohan terus-menerus muncul. Ada yang mengada-ada tentang hubungan kantor, ada yang tentang aturan tidak tertulis di tempat kerja ... pokoknya semua yang menarik dicoba. Lebih banyak yang bernada fitnah.Sekarang, pernyataan Yohan sudah cukup.Hati Liana terasa hangat, "Aku nggak pernah merasa dia perlu membela nama baikku. Aku juga nggak peduli pendapat orang lain. Mau mereka bilang apa, itu urusan mereka. Aku nggak mungkin membantah semua omongan mereka, itu sangat melelahkan! Yang penting dia baik padaku sudah cukup.""Kamu benar berpikir seperti itu, tapi kalau Yohan melakukan ini, itu menunjukkan bahwa dia sangat peduli padamu dan Nana," kata Linda.
Setelah makan, Linda kembali ke kantor, sementara Liana pergi ke pusat perbelanjaan di kota.Begitu Liana masuk ke toko perhiasan yang mewah, seorang pramuniaga muda dan cantik menghampirinya dan dengan ramah menanyakan layanan apa yang dibutuhkan.Liana berkata, "Aku ingin beli cincin.""Ada," kata pramuniaga sambil mempersilakannya untuk duduk. Dia mengarahkan Liana ke area cincin, dan melanjutkan, "Apa Anda ingin beli cincin berlian, cincin platinum, atau cincin emas? Kami baru saja meluncurkan beberapa model cincin emas baru, harganya cukup menarik, dan yang terpenting adalah nilainya yang terjaga. Banyak gadis-gadis sekarang suka membeli emas untuk disimpan.""Aku ingin lihat dulu," kata Liana. Belum pernah menikah dan tidak pernah membeli cincin sebelumnya, dia tidak tahu banyak tentang itu. Dia perlu melihat barangnya secara langsung dan membandingkannya sebelum membuat keputusan."Baik," kata pramuniaga dengan antusias. Dia meminta Liana duduk di meja bundar dan menyajikan teh
Pramuniaga itu berdecak, baru saja berniat marah, tetapi setelah melihat siapa yang datang, kemarahannya langsung mereda, dan dia malah tersenyum dengan ramah. "Bu Citra, direktur kami sudah menunggu Anda sejak lama. Kenapa Anda tidak menelepon? Saya bisa turun untuk menyambut Anda."Liana juga tidak menyangka akan bertemu Citra di sini. Dari perkataan pramuniaga, tampaknya Citra datang untuk urusan bisnis. Sejak saat itu, pandangannya tidak bisa beralih dari Citra.Tidak bisa dipungkiri, aura atau pesona itu memang sesuatu yang alami. Dia sudah melihat banyak orang dengan penampilan baik, tetapi tidak ada yang sebanding dengan Citra. Keanggunan dan kemewahannya seolah-olah memang bawaan sejak lahir, sudah tertanam dalam jiwanya. Setiap gerakan yang mungkin akan terlihat sangat dibuat-buat jika dilakukan orang lain, akan terlihat natural ketika Citra yang melakukannya.Citra mendekat dan dengan santai melirik pramuniaga itu. "Kalau aku nggak datang, bagaimana aku bisa melihat bagaimana
"Nggak." Citra menggeleng. "Sebenarnya mereka ingin aku mendesain beberapa set perhiasan. Aku sudah mencari tahu tentang merek ini, bukan merek yang benar-benar baik, dan latar belakang pemiliknya juga nggak terlalu baik. Sebenarnya aku agak ragu, tapi mereka sangat tulus, jadi aku putuskan untuk datang dan melihat. Lagi pula, aku harus berterima kasih padamu. Tanpa kamu, aku nggak akan tahu tentang sikap pelayanan pramuniaga mereka. Namaku nggak boleh diperlakukan sembarangan oleh orang-orang seperti ini. Prinsipku adalah, kalau nggak mau kerja sama, ya sudah, tapi kalau mau, harus sesuai dengan kerja kerasku. Orang-orang seperti ini jelas nggak layak."Liana mendengarkan dengan serius, dan tidak bisa menahan kekagumannya, "Tante Citra, kamu benar-benar keren sekali!"Citra tersenyum, masih ada keraguan dan kehati-hatian di matanya, "Benarkah? Kamu nggak merasa aku terlalu dominan atau terlalu otoriter?""Nggak sama sekali," kata Liana. "Kamu sangat berbakat dan terampil, kamu benar-b
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,