Waktu terus berjalan, tapi Lusi masih belum merasa mengantuk.Hasan mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat waktu, "Aku benar-benar harus pergi bekerja ...."Lusi mengerutkan bibirnya, "Kak Hasan, boleh nggak aku main-main dengan ponselmu?"Hasan terkejut sejenak.Di ponselnya ada banyak fail pekerjaan.Biasanya dia tidak akan memberikannya begitu saja kepada orang lain.Hasan mengambil ponsel cadangan dari laci, "Kamu bisa main dengan ini.""Aku nggak mau." Lusi menolak, "Aku hanya ingin melihat ponselmu. Tenang saja, aku hanya ingin lihat-lihat, nggak akan sembarangan membuka yang lain-lain."Matanya penuh harap, seakan-akan jika Hasan menolak, dia akan kecewa.Hasan mengeluarkan ponselnya, membuka kuncinya, lalu memberikan pada Lusi, "Lihat apa yang kamu mau, kalau sudah nanti kembalikan padaku."Meskipun dia percaya pada Lusi, dia masih khawatir Lusi tidak sengaja melihat fail rahasia.Jadi, dia tetap berada di dekat wanita itu.Lusi mengambil ponselnya, pertama-tama melihat
"Kak Linda dan ibuku pergi ke pasar. Kamu mau masuk dulu menunggu?" Hardy mempersilakannya masuk.Liana tidak menggubrisnya, dia mengeluarkan ponsel, dan menelepon Linda.Telepon segera diangkat, dan suara Linda terdengar di seberang sana, "Liana?""Kak, kamu ada di mana?""Aku di pasar." Suara Linda sedikit berisik di seberang sana, "Ada apa?""Hari ini aku nggak ada acara, jadi aku mau mampir ke tempatmu.""Oh, datanglah. Aku akan memasak makan siang untukmu," kata Linda. Kemudian dia teringat sesuatu, "Oh ya, ibu dan adik laki-laki Candra datang ke Kota Rogasa, aku belum sempat memberitahumu. Sekarang aku bersama ibunya di pasar, adik laki-lakinya Hardy ada di rumah. Kalau kamu bertemu dengannya, jangan takut."Liana melirik Hardy sekilas, dalam hatinya mengatakan, 'Sudah bertemu.'Namun, dia tidak mengatakan itu kepada Linda, dia hanya menjawab, "Baiklah."Setelah telepon ditutup, Hardy berkata, "Bagaimana? Sudah dikonfirmasi? Aku bukan orang jahat, 'kan?"Liana mengerutkan kening,
Linda menutup telepon, membeli dua ekor ikan dan beberapa sayuran.Lalu dia pergi membeli stroberi.Namun ibu mertuanya, Julia, menariknya dengan kasar, "Untuk apa kamu beli ini?"Dia melirik harga stroberi dan hampir melotot, "Ya ampun, di tempat kami nggak ada yang makan ini, di sini malah dijual seharga 160 ribu per kilogram? Ini namanya perampokan."Linda berkata, "Bu, stroberi musim ini memang harganya seperti itu. Di mana pun sama saja."Sambil berkata begitu, dia mengambil kantong dan hendak memilih stroberi.Julia menarik kantong itu, "Makanan yang begitu mahal, apa bisa membuatmu jadi dewa? Kalau kamu mau makan buah, di depan gerbang ada yang jual apel, 20 ribu untuk tiga kilogram. Dengan 160 ribu saja kamu bisa membeli 24 kilogram apel. Apa nggak lebih menguntungkan?"Linda mengambil kembali kantong lain, "Bukan aku yang mau makan.""Ini untuk Candra?" Wajah Julia sedikit lebih baik, "Kalau begitu ... belilah sedikit saja, coba-coba saja, jangan beli terlalu banyak, cari uang
Linda tertawa, "Mereka baru saja datang beberapa hari yang lalu. Ibunya mendengar aku sedang hamil, jadi dia ingin datang melihat sendiri.""Mereka akan tinggal beberapa hari, lalu pulang?" tanya Liana."Sepertinya begitu," kata Linda. "Mereka baru datang, aku juga nggak enak bertanya. Rasanya seperti mengusir mereka pergi. Memangnya ada apa?"Liana diam.Kesannya terhadap Candra sudah buruk, terutama kesannya tentang Julia.Ada ungkapan: Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.Liana sangat sulit percaya tentang keluarga asli Candra.Meskipun dia belum menikah, dia juga tahu hubungan mertua dan menantu adalah masalah lama.Satu orang Candra sudah cukup.Sekarang ada lagi Julia dan Hardy.Dia benar-benar mengkhawatirkan kakaknya.Kakak beradik itu berbicara beberapa saat di dapur, kemudian Julia masuk."Liana, makan siang di sini hari ini ya? Bagus, kakakmu sudah membeli sayuran. Kami akan menyiapkannya di dapur. Liana, kenapa nggak duduk dulu di sofa di luar, menonton TV atau mengobrol deng
Liana terpaku dan membalikkan badannya, tepat untuk melihat Hardy sedang tersenyum.Senyuman itu seperti senyum kemenangan yang penuh tipu daya.Liana tahu dia melakukannya dengan sengaja.Dia segera menarik tangannya kembali dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu.Hardy masih terpesona dengan sentuhan lembut tadi. Dia tidak pernah menyangka tangan Liana begitu halus. Hanya sekali pegangan sudah membuat hatinya berdebar-debar.Sebelum dia sadar, Liana sudah berlari menuju pintu masuk apartemen.Senyum di wajahnya makin lepas, dia berlari ke arah Liana, "Liana, tunggu sebentar!"...Liana tak berani menunggunya.Dia masuk ke lorong, cepat-cepat menekan tombol lift beberapa kali.Ketika pintu lift terbuka, dia langsung menerjang masuk.Namun, tanpa disengaja, dia terjatuh ke pelukan seseorang."Maaf ...."Kata "maaf" masih tercekat di tenggorokannya, Liana tiba-tiba terdiam.Dengan tak percaya, dia menatap orang yang berdiri di depannya. Sejenak dia merasa seperti sedang bermimpi."P
"...."Tidak ada satu pun perkataan Hardy yang bisa dijawab oleh Liana.Dia juga tidak ingin menjawab.Semua yang perlu dikatakan sudah dia sampaikan, berbicara lebih banyak pun tidak ada gunanya.Tak lama kemudian, lift sampai di lantai yang dituju. Pintunya terbuka, Linda berdiri di luar."Liana." Linda menarik Liana, sambil melihat Hardy dan Yohan di dalam.Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Kamu udah bertemu dengan Pak Yohan? Aku khawatir dia nggak bisa menemukanmu."Sebuah tanda tanya besar muncul di kepala Liana, "Pak Yohan, mencariku?""Ya, Pak Yohan baru saja datang ke rumah mencarimu, aku bilang kamu turun beli cuka."Setelah mendengar penjelasan Linda, Liana melihat ke arah Yohan.Jadi dia bukan ada di sini secara kebetulan?Yohan sengaja datang ke rumah kakaknya untuk mencarinya?Kenapa?Hardy berdiri di samping, matanya melihat bolak-balik antara Liana dan Yohan. Rasa tidak senang dan cemburu terlihat jelas di wajahnya.Melihat itu, Linda merasa ini kesempatan yang baik, l
"?"Belum sempat Liana menjawab, Yohan mengangkat tangan menyuruh sopir pergi dan mendorong Liana masuk ke kursi belakang mobil.Bam.Pintu mobil tertutup lagi.Di dalam mobil yang remang-remang, Liana melihat Yohan membuka dasinya, wajahnya terlihat agak marah.Tatapannya yang tajam tertuju pada Liana, seolah-olah ingin melahap wanita itu hidup-hidup.Dia mendekat dan dengan mudah menguasai Liana.Yohan mencium bibir Liana, menggenggam jarinya dan mereka tenggelam bersama dalam kelembutan ....Entah berapa lama, suasana di dalam mobil menjadi panas.Tiba-tiba Liana mendengar suara dari luar."Eh? Ini mobil Yohan?"Liana segera membuka matanya!Itu Helena!Pada saat itu, pakaian Liana setengah terbuka. Dia duduk di pangkuan Yohan, sedang melakukan sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata ....Liana menggeliat malu. Dia tak bisa mendorong Yohan, jadi dia memeluk pria itu erat-erat. Seluruh tubuhnya bersandar di bahu Yohan sambil terengah-engah dengan lemah, "Pak Yohan, sudah c
Liana menatap Yohan lama sekali.Yohan menunduk, menatapnya balik.Tangan Yohan membelai rambut hitam Liana, jari-jarinya menyusuri kulit kepala, menarik Liana mendekat. Mata hitamnya menatap dalam-dalam, "Mau lagi? Hmm?""...." Liana meletakkan tangannya di bahu pria itu, "Pak Yohan, bagaimana kamu akan menjelaskan ini pada Helena?""Menjelaskan?" Yohan mengernyit. "Aku nggak berencana menjelaskannya.""Jadi, apa sebenarnya hubungan kita ini?"Yohan menatapnya. "Terserah kamu mau menganggap apa, anggap saja begitu."Satu tangan Yohan menahan pinggangnya, menariknya lebih dekat. "Liana, aku nggak peduli berapa banyak pria yang kamu punya sebelumnya. Mulai sekarang, kamu milikku!"Dia berkata dengan nada tegas, penuh otoritas.Liana menggigit bibirnya, "Aku nggak mau!""Meski kamu nggak mau, tetap harus mau," kata Yohan. "Liana, aku punya seribu cara untuk membuatmu mau.""...." Liana menatapnya dengan takjub, bulu matanya bergetar.Benar.Yohan memang punya kemampuan dan kekuatan itu.
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,