Share

Bab 89

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-12 16:58:53

Bugh!

Kepalan tinju Arisha mendarat, tepat di ulu hati Alfian, membuat lelaki itu terbungkuk.

"Dan itu untuk penderitaanku yang nyaris kehilangan kehormatan!"

Alfian melotot. "Arisha, aku … aku minta maaf."

Akhirnya kata sakral itu meluncur juga dari bibir Alfian. Susah payah ia menahan sakit untuk bisa berdiri tegap, berhadapan dengan Arisha.

"Aku melakukan itu, karena aku … sangat mencintaimu, Arisha! Aku ingin kau tetap menjadi milikku."

Arisha menatap dingin pada Alfian dengan kemarahan yang tertahan. Tanpa diduga, kakinya melayang, menghantam senjata pusaka milik Alfian sekuat tenaga.

Seketika kedua tangan Alfian menangkup aset paling berharganya yang terasa nyeri luar biasa. Ia melolong dan terempas ke lantai, meringkuk kesakitan.

Aparat polisi, yang sedari tadi mengawasi Alfian, tetap berdiri di tempatnya. Pun sama halnya dengan Rasyad. Walau keduanya juga refleks menyentuh pusaka masing-masing dengan roman muka seakan-akan ikut merasa ngilu, tak ada dari mereka yang me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mommy untuk Daddy   Bab 90

    "Gila kamu ya! Tahu kamu jadi pelaku kriminal begini, ogah aku bantuin kamu!" "Aku juga menyesal, Hanna. Aku dibutakan oleh cinta. Aku tidak rela Arisha menjadi milik lelaki lain. Makanya aku melakukan segala cara untuk mendapatkannya." "Tapi, nggak gini juga caranya, Alfian!" Hanna geregetan sendiri dengan kelakuan teman masa kecilnya itu. "Sekarang lihat hasilnya! Kamu mendekam di sini. Untung Arisha nggak kenapa-napa." Hanna kesal dengan aksi nekat Alfian, yang hampir saja menodai kehormatan Arisha. Hanna tidak benar-benar peduli pada Arisha. Ia hanya tidak rela, aset berharga yang akan ia jual kepada salah satu pelanggannya cacat sebelum ia berhasil meraup keuntungan. Jika keinginannya telah tercapai, ia bahkan tak peduli bila Arisha mati sekalipun. "Kau bisa bantu aku keluar dari sini kan, Hanna?" "Pakai apa? Kamu pikir aku punya banyak uang? Untuk bertahan hidup saja susah, apalagi membayar biaya pembebasan kamu." Hanna menjawab ketus. Niatnya mau bekerja sama dengan Alf

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Mommy untuk Daddy   Bab 91

    "Jadi kamu sudah bertemu dengan gadis itu? Kenapa tidak memberitahu oma? Kamu sengaja ingin membuat oma tersiksa karena rasa bersalah? Iya?" Nyonya Hart memburu Dareen dan membombardir sang cucu dengan serentetan pertanyaan bernada tinggi. Alhasil, napasnya tersengal-sengal setelah berada di puncak tangga. Ia berpegangan pada kepala pagar pembatas. Dareen terus saja berjalan tanpa menghiraukan serangan peluru tanya dari Nyonya Hart. "Dareen! Keterlaluan kamu! Tega-teganya kamu mengabaikan oma!" Ingin rasanya Nyonya Hart kembali memburu Dareen, tapi tenaganya sungguh lemah. Lututnya gemetar lantaran tergesa-gesa menaiki tangga demi mengejar langkah Dareen. "Ya Allah, apakah dosaku terlalu besar sampai-sampai cucu sendiri menjauh dariku?" "Nggak usah banyak drama, Oma! Geli mendengarnya!" Tahu-tahu Dareen telah tegak di depan Nyonya Hart seraya menyodorkan sebotol air mineral yang diambilnya dari kamar. "Minumlah! Oma pasti haus." Kekesalan Nyonya Hart melunak begitu mendapat pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Mommy untuk Daddy   Bab 92

    "Daddy, Silla cantik, nggak!" Silla berputar-putar di depan kaca, memperhatikan penampilannya yang mengenakan gaun berwarna pink."Cantik! Princess daddy yang tercantik!" Dareen yang duduk di atas sofa mendekat ke cermin."Silla nggak sabar pengin ketemu, Kak Sha." Silla menggandeng tangan Dareen. "Ayo berangkat, Daddy!""Ayo! Let's go!"Dalam hitungan menit mereka telah berada dalam perjalanan menuju restoran, tempat Arisha bekerja."Daddy, Daddy! Berhenti!"Refleks Dareen menginjak rem. "Ada apa? Princess daddy kelupaan sesuatu?"Silla menggeleng. "Bukan Silla, tapi Daddy?""Huh? Daddy?" Dareen mengecek ponsel dan dompet. Dua benda keramat yang memuat kartu dan nomor sakti itu berada di tempat yang semestinya."Nggak ada yang lupa. Nih ponsel sama dompet daddy ada.""Ish, Daddy! Bukan itu ….""Terus, apa dong?"Silla melepaskan sabuk pengaman, lalu berdiri di atas lutut. Ia memutar kepala Dareen ke sisi kiri jalan, lalu menunjuk ke suatu tempat."Itu, Daddy lupa beli itu!"Mata Dare

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Mommy untuk Daddy   Bab 93

    Tin! Tin!Berkali-kali Dareen membunyikan klakson. Mobil di depannya belum juga bergerak."Argh! Apa yang dia lakukan di sana? Kenapa belum berjalan juga?"Kesal lantaran laju kendaraannya terhalang, Dareen mengoper gigi mundur. Ia berbalik arah, lalu mengambil jalur yang berbeda.Dareen memacu kuda besinya dengan kecepatan tinggi. Berulang kali ia nyaris bertabrakan dengan kendaraan lain saat menyalip.Begitu tiba di Rumah Sakit, Dareen segera turun dari mobil dan berlari masuk.Dengan keringat bercucuran dan hati yang dilanda cemas, Dareen menyibak kasar setiap tirai yang ada di ruang IGD."Kasihan sekali! Pasien terakhir, yang dievakuasi tim damkar, langsung dikirim ke kamar mayat. Ia mengembuskan napas terakhir saat dalam perjalanan.""Gadis yang malang!""Iya. Seluruh tubuhnya hangus dan tak lagi bisa dikenali."Langkah Dareen terhenti. Ia tak lagi kuasa untuk menyibak tirai terakhir setelah mendengar percakapan dua orang perawat yang baru saja selesai menjalankan tugas mereka, m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Mommy untuk Daddy   Bab 94

    "Tuan Muda Hart?" Dareen tertegun. Ia mempertajam pendengarannya. Suara sang penyapa sungguh sangat familier di telinganya. "Apa yang Anda lakukan di sini?" Perlahan Dareen berbalik. Dadanya berdebar-debar. Netra abu-abu milik Dareen langsung bertemu pandang dengan sepasang manik biru, yang hanya berjarak tiga langkah darinya. "Arisha …." "Apa yang Anda lakukan di sini?" Arisha mengulang pertanyaannya. Dareen tersenyum lebar, lalu menderap cepat, memeluk Arisha tanpa permisi. Arisha kaget dan tak sempat menghindar. Ia mematung dengan perasaan tak keruan. "Syukurlah kamu baik-baik saja." "Tuan Hart, lepas!" Arisha menepuk punggung Dareen. "Anda membuat saya sudah bernapas." Refleks Dareen mengurai dekapannya dan melangkah mundur. Ia jadi salah tingkah karena telah bersikap sangat emosional. "Anda … mencemaskan saya?" "E–enggak. Aku cuma bersimpati … ya, bersimpati … sedikit …" Dareen melipat tiga jari, lalu membentuk simbol sedikit dengan merapatkan jari telunjuk dan jemp

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Mommy untuk Daddy   Bab 95

    Arisha berdiri kaku di depan pintu. Pengusiran yang dilakukan oleh Nyonya Hart masih begitu membekas di hatinya. Ingatan itu menguat saat bertatapan langsung dengan wanita sepuh tersebut. "Selamat sore, Nyonya!" Arisha menyapa Nyonya Hart setelah berhasil mengesampingkan egonya yang sempat terluka. Nyonya Hart sadar dari bengongnya. "Ah, ayo masuk!" "Jangan takut! Oma udah jinak!" bisik Dareen, memberi kekuatan pada Arisha. Berkat bisikan itu, Arisha akhirnya melangkah masuk dan duduk di ruang tamu. "Mommy!" jerit Silla, turun dari gendongan James. Nyonya Hart terperanjat. "Mommy?" Arisha jadi kikuk. Dalam hati ia menggerundel, 'Aduh, Silla kenapa harus manggil mommy sih kalau lagi di rumah begini? Nyonya Hart bisa salah paham.' "Sini, Sayang! Pangku sama daddy!" panggil Dareen yang duduk di sebelah kanan Arisha. Silla tak menggubris permintaan Dareen. Ia malah melompat ke pangkuan Arisha dan mengalungkan lengannya pada leher Arisha. "Mommy, Silla kangen banget sama mommy. M

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Mommy untuk Daddy   Bab 96

    "Pokoknya om tidak mau tahu! Kamu sudah menerima uangnya, jadi kamu harus segera mengirim gadis itu kepada om! Kalau tidak, kembalikan uang yang sudah om transfer ke kamu sepuluh kali lipat! Paham?!" "I–iya, Om. Saya janji akan segera memenuhi permintaan, Om. Beri saya tambahan waktu, Om!" "Oke. Om tunggu sampai besok!" Tut! Sambungan telepon terputus. Hanna mencengkeram ponsel di tangannya erat-erat. "Arisha, semua kesialan ini gara-gara kamu! Kalau kamu tidak kabur malam itu, Om Regar pasti tidak akan mengancamku!" Kebencian Hanna pada Arisha kian memuncak seiring dengan tuntutan ganti rugi dari salah satu pelanggan tetapnya. "Aku harus kembali ke Rumah Sakit itu! Aku yakin, yang kucium kemarin adalah wangi parfum Arisha." Hanna menyeringai licik. "Baguslah tempat kerja Arisha kebakaran. Dia lebih pantas jadi pengangguran!" Sejak kecil Hanna selalu iri dengan kemampuan Arisha, tapi dia sangat pandai menutupi perasaan itu dengan senyuman ramah dan ekspresi sepolos bayi tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16
  • Mommy untuk Daddy   Bab 97

    "Non Arisha, ada tamu buat, Non." "Siapa, Bi?" "Katanya sih keluarga Non." 'Keluarga? Perasaan aku nggak pernah menghubungi tante.' Arisha belum bergerak dari sofa. Ia masih terdiam, memikirkan informasi dari Bi Atun. Hatinya merasakan ada sesuatu yang aneh, tapi entah apa. "Jadi gimana, Non? Apa bibi suruh pulang aja?" "Eh, jangan, Bi! Aku akan turun sebentar lagi." Semenjak Bi Atun kembali dari kampung, Arisha tak lagi memupuk rasa sungkan untuk tinggal di rumah Rasyad. Bi Atun seumuran dengan Bi Minah. Arisha merasa seperti memiliki ibu baru lagi. 'Hanna? Ngapain dia ke sini? Kok dia tahu aku tinggal di sini?' Langkah Arisha menapak mundur setelah mengetahui siapa sosok yang duduk di ruang tamu. 'Kalau aku menghindar, dia pasti akan curiga bahwa aku mengetahui rencana busuknya.' Arisha menimbang-nimbang dan memikirkan jawaban yang tepat seandainya Hanna bertanya kenapa ia kabur malam itu. Hanna mendongak. Senyumnya semringah begitu melihat gadis yang berdiri cukup jauh

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-16

Bab terbaru

  • Mommy untuk Daddy   Bab 145

    "Sayang, kamu kembali? Aku mencemaskanmu." Dareen melesat menyongsong Arisha begitu mendengar derit pintu dibuka. "Jangan menyentuhku!" Arisha menepis tangan Dareen yang ingin memeluknya. "Ya Allah, Sayang … aku sudah mandi lho …." Arisha mendelik. "Mandi sana! Atau kamu tidur di sofa!" Dareen garuk-garuk kepala. Wanita kalau cemburu, semua jadi salah. "Ini sudah malam banget, Sayang. Nanti kalau aku masuk angin, bagaimana?" Arisha menulikan telinga. Ia naik ke atas kasur, lalu bersandar di kepala ranjang sambil bersedekap tangan. Tatapan tajamnya menembus manik kelabu milik Dareen. Dareen merasa semakin serba salah. "Serius … aku harus mandi lagi nih?" "Terserah. Aku nggak maksa." Dareen tersenyum lebar. Mudah sekali membujuk Arisha. "Terima kasih, Sayang!" "Tidur di sofa!" Arisha melempar bantal. Senyum Dareen lenyap. Terlalu cepat ia melakukan selebrasi. Ah, ternyata dia salah memahami makna kata terserah yang terucap dari bibir Arisha. "Ya, ya. Aku mandi lagi." Dareen

  • Mommy untuk Daddy   Bab 144

    "Heh, siapa yang menggoda suamimu? Della? Tidak mungkin. Dia bukan wanita murahan dan bodoh seperti kamu!"Ratih tak terima putri semata wayangnya dianggap sebagai wanita penggoda."Oh ya? Terus apa namanya kalau perempuan masuk ke kamar orang lain dan memeluk laki-laki yang bukan suaminya? Perempuan terhormat tidak akan menyerahkan diri pada laki-laki yang baru dikenal, Tante." Arisha menyeringai sinis. "Dia bahkan dengan tak tahu malu memanggil suamiku sayang. Apa begini hasil didikan, Tante?"Ratih mengeritkan gigi. Kesal lantaran Arisha kini berani melawan kata-katanya."Setelah meninggalkan hotel ini besok, Tante, terutama putri kesayangan Tante ini, jangan pernah muncul lagi di hadapanku!""Sombong kamu sekarang ya! Kamu lupa siapa yang merawat dan membesarkanmu selama ini? Kalau bukan karena tante yang menampungmu, kamu sudah jadi gembel di jalanan."Arisha mencebik. "Tentu aku tidak pernah lupa, Tante. A—""Bagus kalau kamu sadar. Pikirkan juga bagaimana caranya kamu membalas

  • Mommy untuk Daddy   Bab 143

    "K–kamu mengusir kami? Keluarga istri kamu sendiri?"Kenyataan yang terjadi tak semanis impian Ratih. Sungguh ia tak percaya Dareen akan mengusir dirinya dan Della."Saya rasa apa yang saya katakan sangat jelas. Ayo!" Dareen bangkit dan mulai mengayun langkah menuju pintu."Ma, bagaimana ini? Masa kita balik lagi ke kampung?" rengek Della, berbisik resah di telinga Ratih."Sudah. Ikuti saja dulu! Rencana selanjutnya bisa kita pikirkan nanti."Meski enggan, Ratih dan Della tak punya pilihan selain mengikuti Dareen ke hotel."Wah, Ma … akhirnya kita bisa merasakan tidur di hotel." Della tersenyum semringah, duduk mengempas-empaskan pantatnya pada permukaan kasur."Iya, tapi cuma malam ini," keluh Ratih dengan muka ditekuk masam. "Pasti anak pembawa sial itu menjelek-jelekkan kita di hadapan suaminya. Kalau tidak, mana mungkin suaminya itu mengusir kita. Argh, padahal mama sudah membayangkan hidup enak jadi nyonya besar."Ratih menjatuhkan bobot tubuhnya ke atas kasur. "Eh, benaran empuk

  • Mommy untuk Daddy   Bab 142

    Dua minggu kemudian, Arisha baru saja selesai dirias."Waah, Non Arisha cantik banget," puji Bi Minah dengan pupil yang membesar. "Tuan bakal makin klepek-klepek ini mah.""Apaan sih, Bi. Nggak jelas banget." Pipi Arisha merona merah jambu."Ho oh, Mommy. Mommy kayak princess. Sumpah!" Silla ikut mengacungkan dua jempol."Apakah pengantin wanita sudah siap keluar?" Seorang wanita masuk ke ruangan itu. "Acara akan segera dimulai.""Siap! Siap! Aman!" sahut sang penata rias.Arisha melangkah pelan dengan kepala tertunduk malu ketika MC memanggil dirinya dan Dareen untuk keluar dan naik ke pelaminan."Angkat kepalamu! Saatnya kamu bangga dengan diri sendiri," bisik Dareen, menghadirkan rasa geli di telinga Arisha. "Kamu wanita hebatku. I love you!"Tiga kata terakhir dari Dareen mampu memantik rasa percaya diri Arisha yang sempat tenggelam dilindas hinaan dan cacian oleh orang-orang di sekitarnya.Senyum lebar merekah di bibir Dareen. Menyaksikan Arisha mulai menerima diri sendiri sunggu

  • Mommy untuk Daddy   Bab 141

    "Sayang, Silla anak yang kuat. Silla akan sembuh." "Tapi … Mommy kok nangis? Semua orang juga pada nangis. Silla takut mati, Mommy." Arisha memeluk Silla dengan sebelah tangannya yang bisa bergerak bebas. "Cup, cup. Silla salah paham, Sayang. Mommy … dan semua yang ada di sini nangis, itu … karena terharu Silla akhirnya sadar dan akan segera sembuh." "Benarkah?" Silla memandangi wajah orang yang mengelilinginya satu per satu. Mereka kompak mengangguk tanpa sanggup mengucapkan kata-kata. Arisha mengambil gelang di tangan Dareen. "Lihat! Mommy punya dua gelang. Satu untuk mommy, satu untuk Silla. Silla mau?" "Mau, mau!" Silla menjawab antusias, lupa akan kesedihannya barusan. Sejenak Arisha memilah gelang mana yang akan diberikannya pada Silla. Akhirnya, ia memakaikan gelang bernama Arisha Ayuningtyas kepada Silla. "Di balik gelang ini, terukir nama mommy. Nanti, walaupun Silla nggak bisa melihat mommy karena terhalang jarak dan waktu, percayalah … mommy selalu ada di dekat Sil

  • Mommy untuk Daddy   Bab 140

    "Silla takut." Silla menarik tangan Dareen. Sementara matanya tertuju pada Bian. "Lho, kenapa takut, Sayang? Om itu bukan orang jahat kok. Justru Om itu telah mendonorkan darahnya untuk menyelamatkan Silla." Dareen mengelus lembut punggung jangan Silla. "Benarkah?" "Iya. Om itu saudara mommy." Silla kembali tenang dan memberanikan diri untuk membalas senyum Bian. "T–terima kasih, Om," ujar Silla, sedikit gugup. "Iya. Anak manis. Cepat sembuh ya …." Bola mata Bian terus bergerak memindai wajah Silla dan Arisha. Otaknya berpikir keras. Tidak mungkin ada begitu banyak kebetulan tentang kemiripan Silla dan Arisha. "Tuan Hart, bisakah kita bicara empat mata?" "Tentu. Mari kita ngobrol sambil minum kopi, tapi … tunggu sampai omaku tiba di sini. Tidak mungkin kita meninggalkan mereka berdua, bukan?" "Oh. Oke." Sepuluh menit berselang, Nyonya Hart datang dengan langkah tergesa-gesa. "Silla, Sayang. Oma senang kamu akhirnya sadar. Terima kasih. Kamu anak yang kuat!" Nyonya Hart men

  • Mommy untuk Daddy   Bab 139

    "Kamu masih marah? Maaf, aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku … hanya belum menemukan waktu yang pas untuk menceritakan semuanya." Dada Dareen terasa sesak mendapat perlakuan tak acuh dari Arisha. Semenjak kejadian di dekat ruang ICU, Arisha masih melakukan aksi tutup mulut dengannya. Sekarang saja Arisha berbaring sambil membuang muka. Gadis itu bahkan menjauhkan tangannya saat merasakan jemari Dareen menyentuh kulitnya. "Arisha, kamu boleh memakiku, tapi tolong … jangan mendiamkanku. Aku akui aku salah karena tidak jujur sejak awal." Arisha mengerti Dareen tentu memiliki alasan untuk menyimpan jati diri Silla dari dirinya. Hanya saja, ia tetap merasa kecewa. "Kalau kamu tidak bisa memercayaiku, tidak ada alasan untuk mempertahankan pernikahan ini." Akhirnya Arisha mau juga bicara. Kepercayaan terhadap pasangan merupakan salah satu pilar utama bagi kokohnya mahligai rumah tangga, selain kejujuran, saling menyayangi, dan menjaga komunikasi. "Arisha, aku belum memberitah

  • Mommy untuk Daddy   Bab 138

    "James, kumpulkan karyawan yang sehat dan biasa mendonorkan darah! Silla butuh darah cepat." "Siap, Bro. Golongan darah apa?" "B negatif." "Kok bisa sama ya?" celetuk James dengan kening mengerut. "Apanya yang sama?" "Itu … golongan darah Silla. Kok sama dengan Arisha. Kebetulan yang aneh." Dareen termangu. Kenapa dia bisa lupa bahwa Arisha juga memiliki golongan darah B negatif. "Jangan ngaco! Walaupun golongan darah mereka sama, aku tidak mungkin meminta Arisha untuk mendonorkan darahnya. Dia bahkan masih dirawat." "Siapa yang butuh darah Arisha?" Dareen dan James menoleh kaget. "Tuan Bian," ucap keduanya serentak. "Ya. Aku sempat mendengar kalian menyebut nama Arisha." Bian menatap Dareen dan James bergantian. Akhirnya Dareen yang menjawab. "Putriku kritis dan butuh darah. Kebetulan golongan darahnya sama dengan Arisha." "Kalau begitu, izinkan aku membantu." "Tapi, Tuan … Anda belum lama mendonorkan darah pada Arisha." "Tidak masalah. Waktu itu cuma satu kantong. Lag

  • Mommy untuk Daddy   Bab 137

    "Aku berhasil mendapatkan rekaman CCTV dari bangunan di seberang sekolah," lapor James seraya menyodorkan ponselnya pada Dareen, yang sedang sibuk di belakang meja kerjanya. "Lihat ini! Hanya saja, gambarnya tidak begitu jelas." Dareen mengambil ponsel dari tangan James. Matanya menyipit, memperhatikan setiap detail gerak yang terekam dalam potongan video tersebut. "Aku seperti mengenali postur tubuh wanita yang mendekati Silla," komentar James, terlihat berpikir. "Tapi, aku tidak yakin tebakanku benar." "Anggita!" seru Dareen, terlonjak tegak. Mukanya menegang. "Aku yakin wanita dalam rekaman ini adalah Anggita. Walaupun dia memakai seribu topeng, aku tidak akan pernah salah mengenalinya." "Ah, pantas saja aku merasa tidak asing. Eh, bukankah kalian sudah putus?" "Dia gila!" Dareen mengirimkan rekaman tersebut ke ponselnya, lalu mengembalikan gawai milik James. "Ayo, ikut aku!" "Rasanya, tidak mungkin Anggita membawa Silla ke apartemennya." James meneleng seraya menggeleng tak

DMCA.com Protection Status