Alika menarik tangannya karena malu mereka akan menjadi pusat perhatian orang yang ada di sana. "Kenapa?" tanya Bram. "Ngga apa-apa kok Yang, banyak orang." jawab Alika.Bram menganggukan kepalanya mengerti. kurang lebih dua puluh menit mereka di sana dan Alika sudah mulai tenang. "Mau pulang sekarang?" tanya Bram."Iya Ayo." ajak Alika. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil. Bram membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Alika. "Maaf ya Yang karena kejadian tadi makan siangnya jadi terganggu," ucap Alika dengan menatap ke arah Bram yang sedang serius membawa mobilnya."Iya ngga apa-apa kok Yang, kan kita ngga tahu kalau nenek lampir itu akan datang," jawab Bram. "Haha... kok jadi nenek lampir sih Yang?" tanya Alika. "Ya lagian wanita itu tiba-tiba datang," jawab Bram.Sementara itu di parkiran restoran. Mami Salma sedang mengutuk kepergian Alika dengan Bram yang tidak memberikan uang sepersenpun kepadanya."Awas saja kalian, tunggu saja waktunya aku pastik
"Iya Sayang, kalau gitu aku mau berangkat kerja dulu ya buat persiapan nikahin kamu nanti." pamit Bram. "Hati-hati ya Sayang," ucap Alika.Cup... Bram mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. setelah itu Bram dan Alika berjalan keluar dari rumah Alika."Aku berangkat dulu ya, dah Sayang," pamit Bram dengan melambaikan tangannya ke arah Alika. "Dah Sayang." jawab Alika. Kemudian Bram membawa mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan rumah Alika. setelah mobil Bram sudah tidak lagi terlihat Alika kembali masuk ke dalam rumah. Alika naik ke lantai dua. jam tiga nanti Alika ada rencana ingin datang ke rumah Raka yang lama. Alika melupakan sesuatu Alika kemudian turun ke bawah lagi. "Bi... Bi Mun," panggil Alika. Bi Mun yang berada di taman belakang langsung berlari tergopoh-gopoh menghampiri Alika. "Iya Nak Al, ada apa?" tanya Bi Mun ketika sudah berada di dekat Alika. "Bi nanti jam tiga bangunin Alika ya, nanti ke rumah Raka yang dulu," pinta Alika. "Iya siap
Tiga puluh menit kemudian taksi itu berhenti. kemudian supir taksi itu berkata "Sudah sampai Pak,"."Oh iya." jawab Raka. Kemudian Raka memberikan ongkos sesuai dengan yang disebutkan supir taksi itu. Raka turun dan memilih untuk menunggu di kursi tunggu. Tepat jam tujuh pagi pesawat yang akan ditumpangi Raka akan terbang. ***Sementara itu kembali ke rumah Alika pagi ini jam setengah tujuh entah mengapa tiba-tiba saja Bram sudah datang ke rumahnya."Tumben Yang, ada apa pagi-pagi sekali sudah datang?" tanya Alika.Saat ini Alika sedang berada di depan rumah. sedangkan Bram sudah berdiri di depan Alika dengan menatap ke wajah Alika sayu. "Boleh masuk dulu Yang?" tanya Bram. "Iya boleh Yang sampai lupa," ucap Alika. Kemudian Bram masuk terlebih dahulu di susul oleh Alika. Alika memilih untuk duduk di sofa yang berbeda dengan Bram. "Bi tolong buatkan minum ya," perintah Alika kepada Bi Mun. "Iya neng." jawab Bi Mun. Tidak lama kemudian Bi Mun keluar dengan membawa dua cangkir b
"Akhirnya setelah sekian lama aku kembali lagi ke rumah ini," gumam Raka. Raka langsung berlari naik ke atas ketika mengingat sesuatu. Raka membuka pintu kamar Alika dan berjalan ke arah meja rias. Raka membuka lacinya dan matanya melebar. "Ri... Riri," panggil Raka dari lantai dua. "Iya Pak, ada apa?" tanya Riri asisten rumah tangga Raka yang baru."Siapa saja orang yang sudah datang ke rumah ini?" tanya Raka. "Bi Mun sama Bu Alika kemarin sore Pak." jawab Riri. "Alika? apa dia sering datang ke sini saat aku tidak ada?" tanya Raka. "Tidak Pak, baru kemarin datang dan di sini cuma sebentar." jawab Riri. Raka menghembuskan nafas lega, berarti sesuatu yang dirinya berikan untuk Alika tidak hilang di ambil oleh orang. Raka kemudian berjalan masuk ke kamarnya. karena kelelahan Raka memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu setelah itu baru dirinya akan kembali menjalankan tugas dari atasannya untuk menjaga Alika. "Sudah tujuh bulan tidak bertemu dengannya, seperti apa dia sekara
"Hari ini Alika akan pergi dengan teman kerja Prianya, aku ingin kamu memastikan kalau Alika tidak memiliki hubungan spesial dengan Pria itu," pinta Bram. "Iya baik Bos, akan saya lakukan." jawab Raka. Kemudian Bram mematikan sambungan teleponnya. Raka kembali menyimpan ponselnya ke meja. dengan cepat Raka menghabiskan kopi miliknya.Raka langsung berlari naik ke kamarnya di lantai dua. dua puluh menit kemudian Raka keluar dengan memakai pakain serba hitam.Tidak lupa Raka juga membawa kaca mata warna hitam. Raka mengambil kunci motor sportnya. Raka keluar dari rumah dan membawa motornya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Raka menghentikan motornya di dekat rumah Alika dan memilih untuk menunggu mobil Alika keluar.***Sementara itu di dalam rumah Alika. Alika sedang bersiap untuk pergi dengan Riko, pagi-pagi sekali Riko menghubunginya.Riko mengajak Alika untuk menemani Riko membeli barang untuk kekasihnya. tentu saja Alika tidak bisa menolak kar
Setelah itu Rara dan Riska meninggalkan meja Alika. sementara itu Raka tersenyum melihat bagaimana cara Alika menyikapi kedua wanita yang mengejeknya. Sungguh cara yang elegan tidak perlu dengan emosi pikir Raka dengan menatap tidak percaya bahwa itu adalah Alika wanita yang polos. Bram sudah begitu berarti di dalam hidup Alika. buktinya setelah berpacaran dengan Bram, Alika berubah. "Ini minum dulu biar tenang," pinta Riko dengan memberikan satu gelas berisi air putih kepada Alika. "Makasih ya Rik, kalau sudah bertemu dengan dua wanita tadi aku memang susah sekali mengendalikan emosi," ujar Alika. "Iya ngga apa-apa kok." jawab Riko.Setelah melihat Alika sudah mulai tenang jam satu siang mereka meninggalkan mal. Riko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Alika. "Tunggu deh Al, kamu perhatikan ke belakang lagi, itu mobil yang tadi pagi kan kenapa sekarang ada lagi di belakang kita ya?" tanya Riko dengan nada heran. Alika menyipitkan matanya ketika melihat mot
"Ya sudah beneran masuk ya," pinta Alika. "Iya... iya." jawab Riko. Kemudian Riko mematikan sambungan teleponnya. Alika menyimpan ponselnya ke meja rias dan kembali melanjutkan meka upnya yang tertunda.Hari ini Alika memakai kemeja panjang warna coklat dipadukan dengan celana jeans warna hitam. Alika mengikat rambutnya. Lima belas menit kemudian Alika keluar dari kamar dan langsung berjalan ke ruang tamu. Alika melihat Riko sudah menunggunya di ruang tamu. "Maaf lama ya," ucap Alika. "Ngga kok, langsung berangkat saja yuk Al, nanti aku jelasin hal kemarin kepadamu," ajak Riko. Kemudian Alika dan Riko berjalan beriringan menuju ke mobil Riko yang berada di depan rumah Alika. setelah Alika masuk Riko membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke restoran tempat mereka bekerja. "Jadi bagaimana kemarin? katanya tadi kamu mau memberitahu kepadaku?" tanya Alika ketika mereka sudah cukup jauh dari komplek rumah. "Oh iya, kamu tahu dia menerimaku Al," jawab Riko dengan girang.
Tidak sia-sia juga dirinya membayar mahal Bu Salma kemarin. jika hasilnya sesuai dengan apa yang dirinya harapkan bahkan Rara rela memberikan apapun yang Bu Salma minta nantinya. Rara memutuskan untuk pergi dari rumah Bram. Rara membawa mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke rumah Alika. pasti Bram akan datang ke rumah Alika. Empat puluh lima menit kemudian Rara menghentikan mobilnya di depan rumah Alika. sayangnya pagar rumah Alika masih tertutup rapat kemungkinan besar Bram tidak datang ke rumah Alika. Maka Rara kembali membawa mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Alika. ***Sementara itu di dalam rumah Alika. Alika sedang dibuat bingung dengan ulah Bram yang baru saja datang langsung memeluknya. "Sayang, kamu kenapa? kamu ngga apa-apa kan?" tanya Alika dengan mengusap punggung Bram. Bram melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Alika. kemudian Bram berkata dengan nada serak "Sayang apapun nanti yang terjadi kamu janji ya tidak akan meningalkanku,"."Hehe... kamu ke
"Iya do'anya saja. makasih ya Bri sudah mau mengantarkan kita. hati-hati bawa mobilnya," ucap Alika. "Iya Al, kami pulang dulu," pamit Brian. Kemudian Brian kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan parkiran hotel."Yang masuk sekarang yuk," ajak Raka kepada istrinya. "Hmm... ayo Yang," jawab Alika. Kemudian Alika dan Raka masuk ke dalam hotel. mereka berada di dalam kamar seperti pasangan pengantin baru saja. Bahkan hampir semalaman mereka berdua tidak tidur. Alika dan Raka berada di hotel selama dua hari tiga malam. Pagi ini adalah hari ke tiga Alika dan Raka berada di hotel, siang ini mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. Mereka pulang ke rumah di jemput oleh Pak Agus. sudah ada tiga bulan terakhir ini Alika tidak lagi bekerja dengan alasan ingin istirahat agar cepat dapat momongan. Tring... Tring... Ponsel Raka yang berada di meja kecil samping ranjang berdering. Raka mengalihkan pandangannya ke arah ponsel. Raka melihat di layar depan terpampang
"Kamu jangan mengada-ngada berita yang tidak benar kaya gini lah Bri, aku ngga suka," pinta Raka."Yang kamu jangan seperti ini, semua itu memang benar. kami yang mendengarnya sendiri, bahkan kami sudah melihat Bram untuk terakhir kalinya," ucap Alika dengan menangkup wajah suaminya.Tanpa berkata-kata Raka hanya bisa memeluk istrinya dengan erat. ini kehilangan kedua kalinya bagi Raka. Lagi-lagi Raka harus merelakan kehilangan seorang teman, sahabat dan juga ayah selama ini. Raka dan Brian langsung mengurus semua pemakaman Bram hingga selesai. karena waktu sudah malam mereka memutuskan untuk memakamkan jasad pada pagi harinya saja. Mereka membawa pulang jasad Bram ke rumah Bram. saat mobil ambulace datang, sudah banyak warga dan juga karyawan ada juga beberapa kerabat jauh yang datang ke sana. Pagi ini jam setengah delapan mereka berbondong-bondong mngantarkan jasad Bram ke tempat terakhirnya. Jam sembilan semua proses pemakamannya selesai. para pelayad juga sudah mulai pergi, t
Bram melepaskan pelukannya telebih dahulu. kemudian Bram berkata "Kamu tahu, sejak pernikahanmu dengan Raka terjadi, aku sudah menganggapmu seperti adik sendiri, di sini aku hanya ada Raka, begitu juga dengan Raka. Raka hanya ada aku dan sekarang Raka memilikimu,"."Aku juga mau jujur kepadamu. hal yang mungkin akan sangat menyakitkan untukmu," ujar Bram. "Apa katakan saja," pinta Alika. Alika meminta Bram untuk duduk karena melihat pancaran wajahnya yang semakin pucat. "Kamu selama ini mencari di mana orang tuamu kan?" tanya Bram. Alika menganggukan kepalanya, kemudian Alika bertanya "Iya, lalu ada apa?"."Aku akan memberitahumu sesuatu. kedua orang tuamu masih ada dan keduanya masih sehat. mereka tinggal disalah satu desa dan Raka sudah mengetahui semuanya karena aku yang mengatakannya." jawab Bram. "Lalu di mana kedua orang tuaku?" tanya Alika dengan mengguncangkan pelan tubuh Bram. Bram mengeluarkan satu lembar kertas bertuliskan sebuah alamat. Bram memberikannya kepada Ali
"Pasti enak lah Yang, kan kamu yang bikin," jawab Raka. Kemudian Raka membalikan badan Alika. saat ini posisi Alika dan Raka saling berhadapan. bahkan wajah mereka hanya berjarak satu centimeter saja. Alika mengalungkan tangannya ke leher Raka. Alika sengaja memiringkan wajahnya, Alika tahu apa yang saat ini ada di pikiran suaminya.Pasti Raka sedang berat untuk meninggalkannya di rumah sendirian selama ini. "Kenapa?" tanya Alika. Bukannya menjawab Raka malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alika. Raka mengecup bibir tipis istrinya itu, bukan kecupan singkat tetapi Raka selalu menuntut kepada Alika untuk lagi dan lagi. Setelah berciuman cukup lama, Alika melepaskannya terlebih dahulu. kemudian Alika dan Raka saling pandang. Raka mendaratkan kecupan singkat di bibir Alika. "Aku bakal kangen banget sama kamu Yang," bisik Raka di telinga Alika. "Iya Sayang, aku juga bakal kangen sama kamu. makanya semangat kerjanga biar cepet selesai kerjaannya ya, terus nanti bisa pulang," ucap Ali
Dua puluh lima menit kemudian mobil Raka memasuki komplek perumahan yang terlihat elit itu. Raka melihat ke arah Brian dengan tatapan tidak percaya. "Yakin pacarmu di sini Bri?" tanya Raka.Alika dan Brian mengalihkan pandangannya ke arah Raka. kemudian Brian bertanya "Iya lah yakin memangnya ada apa Rak, kok kamu tanyanya aneh?"."Kenal dimana sama wanita di sini kamu Bri. jangan-jangan calon istrimu itu masih abg ya Bri?" tanya Raka. "Ya ngga lah Rak, dia seumuran dengan istrimu, nanti kamu juga akan tahu," jawab Brian. Tidak lama kemudian mobil yang Raka kendarai di minta untuk belok ke salah satu rumah. rumah itu terlihat sangat luas dari bagian depan. Dengan cat tembok warna putih dan emas yang membuat rumah itu terlihat mewah dan elegan. Raka melihat di dalam pekarangan rumahnya, ada tiga mobil mewah yang terparkir. "Wah keren Bri," ujar Raka dengan menepuk pundak Brian. Brian hanya menjawab dengan tertawa perkataan Raka. kemudian Raka dan Alika berjalan di belakang kedua
"Boleh ayo," ajak Raka. Raka menggandeng tangan istrinya. Raka membukakan pintu mobil untuk Alika. setelah ity Raka masuk ke kursi kemudi.Raka membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, meninggalkan pekarangan rumah mereka.Dua puluh lima menit kemudian Raka memarkirkan mobilnya di parkiran mal. Raka dan Alika keluar dari mobil mereka berjalan bergandengan tangan masuk ke dalam mal. "Yang sini deh," ajak Raka. Raka dan Alika masuk ke salah satu toko yang menjual perhiasan. Alika hanya menurut ke suaminya. "Menurut kamu bagus yang mana Yang?" tanya Raka dengan menunjukan dua kalung kepada Alika. "Semuanya bagus Yang, memangnya mau buat siapa?" tanya Alika. "Ya buat kamu Sayang, memangnya buat siapa lagi," jawab Raka. "Hehe... ya kirain kamu mau ngasih hadiah buat siapa," jawab Alika. "Iya Yang, kan sudah lama ngga aku kasih hadiah buat istriku ini," ucap Raka dengan mengusap pucuk kepala Alika. "Hmm... aku yang ini aja kayanya bagus," ucap Alika dengan menunjuk kalung berliont
"Oh iya sampai lupa," jawab Brian dengan menepuk keningnya sendiri.Brian berbalik badan dan berjalan ke arah sepasang suami istri itu. mereka bertiga terlihat sedang berbicara tetapi tidak bisa Alika dengar dengan jelas.Tidak lama kemudian Brian kembali dengan berjalan beriringan dengan kedua orang tua tadi ke arah Alika. "Alika ini kenalin kedua orang tuaku, mereka baru saja bisa datang ke sini setelah beberapa tahun mereka tinggal di luar negeri untuk masalah pekerjaan," ucap Brian dengan menunjuk ke arah kedua orang tuanya. "Oh iya, salam kenal Pak, Bu. saya Alika," ucap Alika dengan mengulurkan tangannya ke arah Ibu Brian. "Iya salam kenal, sudah berapa lama kamu kenal dengan anak saya?" tanya Ibunya Brian dengan membalas uluran tangan Alika. "Sudah lama ya Bri," jawab Alika. "Iya Ma, sudah lama sekali. dia istri temanku Ma, si Raka." jawab Brian. Mungkin Mamanya mengira kalau Alika adalah calon istri yang dibilang oleh Brian semalam. "Kenapa kalian masih di luar, ayo mas
"Tapi tidak apa-apa, Mama sama Papa ihklas kalian meninggalkan kami. Mama sama Papa yakin, setelah hujan akan ada pelangi yang datang. pasti tuhan akan menyiapka kebahagian untuk Mama sama Papa," gumam Alika. "Oh iya kalian baik-baik ya di atas sana, Mama sama Papa akan selalu mengujungi kalian," lanjut Alika."Al," ucap Raka. Raka sudah tidak sanggup lagi mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir Alika. "Iya Yang," jawab Alika. "Mama sama Papa, pulang dulu ya Sayang," pamit Alika. Alika mengecup dua nisan itu bergantian. sedangkan Raka hanya mengusapnya saja. Alika memeluk Alika dan mengajaknya ke parkiran mobil. Setelah Raka dan Alika masuk ke dalam mobil. Pak Agus kembali membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, menuju ke rumah Alika. Sepuluh menit kemudian Pak Agus menghentikan mobilnya di pekarangan rumah Alika. Raka turun dari mobil dan menuntun Raka masuk ke dalam rumah. Raka mengajak Alika untuk duduk di sofa yang berada diruang tamu. Raka juga meminta Bi Mun un
"Ta... tapi bagaimana dengan istri saya?" tanya Raka. "Bapak serahkan saja sama kami ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk istri Bapak," ucap perawat itu."Sudah Rak, kamu percaya saja sama mereka yang lebih tahu." pinta Brian. Kemudian Brian memilih untuk duduk di kursi tunggu. sedangkan Raka berjalan mondar mandir di depan pintu ruang rawat Alika. Raka mengalihkan pandangannya ke arah jam dipergelangan tangannya sudah menunjukan jam setengah enam pagi. Tring... Tring... Ponsel Brian yang berada di dalam saku jaket berdering. Brian mengeluarkan ponselnya dan melihat di layar depan terpampang nama Bram."Halo Pak, pagi," sapa Brian ketika teleponnya sudah tersambung. "Pagi, kamu lagi di mana?" tanya Bram diseberang sana. "Saya sedang di rumah sakit, sedang menemani Raka dan istrinya Pak," jawab Brian. "Raka, ada apa dengan Raka?" tanya Bram. "Istrinya melahirkan Pak, tetapi kedua anaknya tidak bisa diselamatkan," jawab Brian dengan nada yang berbisik. "Innalillahiwainna