Hari - 1 Setelah kami menyelesaikan makan malam kami, seperti yang terjadi tadi siang, kami juga disajikan makanan penutup oleh para pelayan. Kali ini kami mendapatkan puding. “Mungkin kalian semua sudah menduganya, tapi Aku ingin kalian tetap berada di ruangan ini sampai menit-menit terakhir batas waktu kita berada di luar!” Seperti tadi siang, Adrian kembali menjadi orang yang membuka diskusi kami semua. Saat ini jam masih menunjukkan pukul 19:32, masih ada banyak waktu sebelum batas waktu kami berada di luar kamar, yaitu pukul 22:00 malam. “Bisakah kau menjelaskan kepada kami alasanmu menyuruh kami melakukan hal ini?” Seorang lelaki yang kuketahui bernama Lion bertanya. Adrian yang mendengar pertanyaannya mendengus dengan kesal. “Apa kau masih harus menanyakan hal tersebut? Jangan lupa bahwa setelah ini salah satu di antara kita akan kehilangan nyawanya!” Aku berkeringat dingin saat mendengarnya. Aku tanpa sadar melihat ke arah James, tapi Aku segera memalingkan wajahku kemba
Hari - 1 Ini sangat memalukan, tapi Aku sama sekali tak mengetahui apa permainan werewolf yang dibicarakan oleh Kevin. Aku tahu apa itu werewolf si manusia yang bisa berubah menjadi serigala, tapi Aku tidak tahu ada permainan yang memiliki nama yang sama seperti itu. Apakah ini semacam permainan Halloween? Dimana para pemainnya mengenakan kostum werewolf? Aku merasa bahwa Bagas juga tak akan mengetahui nama permainan itu, begitu juga dengan yang lainnya. “Werewolf, ya... sepertinya Aku mengetahui permainan macama apa yang sedang kau bicarakan.” Tiba-tiba seorang lelaki berbicara, pandangan kami tiba-riba mengarah padanya. Dia adalah lelaki berbadan kekar, meski tidak terlalu tinggi. Kalau tak salah dia juga adalah lelaki yang sama dengan yang menemaniku mencari tubuh Kira. “Ah, namaku Satria... hallo!” Dia menyebutkan namanya tanpa ada yang memintanya. Dia pasti merasa bahwa perhatian kami mengarah padanya, karena kami bertanya-tanya siapa dia sebenarnya, tapi yang sebenarnya kam
Hari - 1 “Memangnya siapa yang mau mematuhi peraturan seperti itu!?” Rock berniat untuk menyerang pelayan lelaki itu, tapi teman-temannya segera menghentikannya. “Hentikan, Rock!” “Kita tak tahu apa yang bisa dia lakukan pada kita!” “Lebih baik kita menurut saja untuk saat ini!” Meskipun dia ditahan oleh banyak orang, tapi dia masih bisa memberontak. Otot miliknya memang bukan hanya pajangan semata. “Jumlah kita ada banyak dan dia hanya sendirian di sini, jadi kenapa kalian harus takut padanya?!” Saat ini Christ si pelayan memang hanya sendirian, tapi kau jangan lupa bahwa ada banyak pelayan lainnya yang menunggu di luar. Meskipun kita menjadikannya sebagai tawanan kita, Aku ragu kita bisa unggul dari mereka. “Terima kasih, karena telah menolongku dengan menahannya, tapi Aku tak apa-apa meskipun kalian tak menahannya... Aku tidak akan kalah dari siapapun yang berada di ruangan ini!” Meskipun ukuran tubuh Rock lebih besar darinya, tapi Christ tidak nampak takut sama sekali. Di
Hari - 1 Hasil dari voting kali ini adalah lebih dari setengah yang mengangkat tangan kami. Semua orang yang tadi datang ke kamarku mengangkat tangan mereka. Aku melihat Sebastian dan Kevin yang juga mengangkat tangan mereka, begitu pula teman-teman di kelompok Rock, bahkan Michael yang seharusnya berada di pihak Adrian turut mengangkat tangannya. “Apa kalian serius dengan keputusan ini?” Tanya Adrian pada kami yang mengangkat tangan kami. “Adrian maaf, tapi Aku harus mengatakan ini... penilaianmu kali ini hanya karena kau berpikir untuk mengalahkan Asraf, kau sedang tak berpikir dengan tenang.” “Apa!?” Adrian nampak sangat terkejut dengan perkataan Michael. “Jika ini adalah kau yang biasanya, kurasa kau juga akan menyarankan pada kami semua untuk patuh dengan peraturan ini, tapi begitu Asraf yang menyarankan hal tersebut, kau langsung menjadi orang yang menentangnya... maaf Adrian, kau harus menenangkan dirimu dan melupakan rasa bencimu pada Asraf... tempat ini bukan tempat yan
Hari - 1 Aku, Bagas, Crona, Sarah dan Ria berkumpul di kamarku, sedangkan Rina, Cinta, Fiona dan Arifa berada di kamar sebelah, yaitu kamar Bagas. Kami sudah sepakat untuk tidur di kamar yang sama untuk menjaga diri kami. Kami bisa saja membiarkan semua orang berada di satu kamar yang sama, tapi kamar ini akan terasa sangat sempit, jika kita melakukannya. Belum lagi hanya ada Aku dan Bagas sebagai lelaki di sini. Aku akan merasa sangat tidak nyaman jika hal itu sampai terjadi, meski sebenarnya Aku juga merasa tak nyaman dengan adanya 3 gadis di kamar ini saat malam hari. Kamar sebelah tak memiliki kasur apapun, karena Bagas telah memindahkan futon miliknya ke kamarku, jadi para gadis di sana memutuskan untuk mengambil bantal dan selimut dari kamar mereka masing-masing sebagai alas tidur mereka. Untung saja mereka masih memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan hal tersebut, sebelum batas waktu keluar kamar berakhir. “Apa kau berpikir bahwa Aku sangat dingin dan tak berperasaan sa
Hari - 2 Saat pagi hari tiba, ini adalah giliranku dan Bagas untuk berjaga. Kami tak tahu apakah matahari sudah terbit atau belum, karena di sini tak ada jendela sama sekali, tapi jika kita melihat jam saat ini, yaitu 05:50, seharusnya saat ini matahari sudah terbit. Aku meminum kopi yang diseduh oleh Bagas. Sejujurnya meskipun tempat ini menyeramkan, tapi ada banyak hal yang sebetulnya membuat kami nyaman untuk hidup di sini, seperti persedia barang yang bisa kita ambil sepuasnya, contohnya seperti kopi instan yang sedang kami minum. “Karena tak terjadi insiden apapun sampai saat ini, kurasa semua orang yang ada di sini aman.” “Setidaknya untuk hari ini...” Bagas membalas perkataanku sambil menyeruput kopinya. Aku melihat ke arah para gadis yang sedang tertidur. Aku senang tak ada satupun dari mereka yang terluka. [Pengumuman-pengumuman!] Saat Aku dan Bagas sedang duduk santai, kami mendengar suara dari pengeras suara tersembunyi. Perasaanku menjadi tak enak saat mendengar sua
Hari - 2 Aku dengan kuat mencengkram bahu Asraf yang saat ini nampak ketakutan akibat ulahku tersebut, tapi Aku tak memedulikannya. “Apakah ini semua adalah salahku?” Saat Aku mengatakan itu, Aku bisa merasakan air mata yang mengalir dari kedua mataku. Mungkin salah bagiku menanyakan hal ini pada Asraf yang tak begitu mengerti situasi yang terjadi, tapi entah mengapa saat melihat wajahnya Aku langsung terpikir untuk menanyakan hal tersebut. Asraf nampak terkejut dan bingung dengan pertanyaanku atau mungkin itu karena Aku yang tiba-tiba menangis di depannya. Bukan hanya dia, Kevin dan Sebastian yang berdiri tak jauh di belakangnya juga nampak sama terkejut dan bingung dengan Asraf. “Ok... hmm, bisakah kita pindah dari sini... kurasa ruangan ini tak cocok untuk tempat kita mengobrol.” Asraf dengan lembut mencoba melepaskan cengkramanku pada bahunya. Aku dengan rela melonggarkan cengkramanku, lalu akhirnya melepaskannya. Asraf dengan perlahan menuntutku ke luar ruangan itu. Dia sem
Hari - 2 Untuk sesaat Aku pikir Lion akan menyalahkan diriku, jadi Aku benar-benar terkejut saat Aku melihat dia menunjuk ke arah Kevin. Aku bisa menebak alasan kenapa Lion menyalahkan Kevin, tapi apakah itu alasan yang bagus untuk menyalahkannya? “Jika saja saat itu kau tidak mengatakan apapun tentang permainan bodoh seperti werewolf, maka arah diskusi kita tak akan melenceng dari yang seharusnya!” “Maaf...” Kevin berkata dengan kepala menunduk dan ekspresi bersalah. Dia pasti telah merasa bersalah sejak tadi malam, makanya dia tak berbicara sama sekali sampai saat ini. Meskipun Kevin telah meminta maaf, tapi Lion masih terlihat sangat marah padanya. “Memangnya maaf bisa menyelesaikan masalah ini!?” “Hentikan Lion! Kau juga tak menyelesaikan masalah apapun dengan menyalahkannya!” Kali ini Rock yang nampak sangat marah pada Lion. “Kenapa kau marah padaku!? Aku mencoba membelamu!” “Aku sadar bahwa ini adalah kesalahanku! Akibat kesombonganku, Aku akhirnya meremehkannya dan mal
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k