Hari – 9.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan kami masih bisa bebas berkeliaran sesuka kami. Ini adalah sesuatu yang sulit dipercaya untuk kami lakukan saat kami pertama kali masuk ke menara ini. Meskipun mungkin akan lebih menyenangkan jika kami tak perlu mencari mahluk itu.
Jujur saja, berjalan di kegelapan yang hanya diterangi oleh senter bukanlah sesuatu yang begitu menyenangkan untuk dilakukan. Meskipun Aku harus mengakui bahwa Aku memang merasa penasaran dengan mahluk-mahluk misterius itu dan ingin lebih mengenal mereka, tapi sayangnya sepertinya mereka sangat pemalu dan hanya sesekali muncul di hadapan kami dan mungkin kami tak akan pernah bertemu dengan orang yang sama dua kali.
Meski begitu, Aku tetap merasa senang saat bertemu dengan mereka. Contohnya adalah saat ini. Aku tak bisa menahan senyumku saat Aku melihat sebuah bayangan hitam yang ada di depanku.
Meskipun dengan tangan dan kaki yang gementaran, Aku tetap melangkah mendekatin
Hari – 9. Setelah ada orang yang menemukan tubuh tak bernyawa milik Michael, kami segera menyudahi acara mencari mahluk itu. Aku segera memerintahkan mereka semua untuk kembali berkumpul di ruang makan. Sial! Aku sungguh tak menyangka bahwa dia akan mengambil langkah ekstrim seperti membunuh seseorang saat Aku memasukkan namanya ke dalam kotak itu. Aku benar-benar naif. Aku yang mendengar kabar itu saat berada di lantai 9, segera menuju ke lift bersama yang lain untuk langsung kembali ke lantai 1. “Bagaimana ini, Asraf? Apa kabar itu benar?” Tanya Rina dengan ekspresi khawatir saat kami berada di dalam lift. “Aku mendengar kabar itu dari Anna dan segera menyuruhnya untuk membuat pengumuman pada yang lain... Aku tak berpikir bahwa dia memiliki alasan untuk berbohong padaku, kecuali dia tiba-tiba berpindah pihak ke si pengkhianat.” Jawabku dengan setenang mungkin, meskipun di dalam hatiku, Aku sedang sangat panik dan berharap bahwa itu hanya berita palsu. “Tapi Asraf... tentang s
Hari – 9.“Menjelaskan semua ini? Bukankah seharusnya kau yang harus menjelaskan, kenapa kau bisa mengetahui bahwa Aku adalah si pengkhianat?”Balas Sebastian dengan tanpa rasa bersalah sama sekali, karena telah menipu kami semua.“Rock, apa kau tak apa-apa!?”Teriak Rina yang segera berlari ke arah Rock yang sedang terluka.“Haruka, Alice... lindungi dia!”Aku segera memberikan perintah pada kedua pelayan itu untuk memastikan keamanannya. Aku tahu bahwa kau mengkhawatirkannya, tapi seharusnya kau juga harus memperhatikan Sebastian yang saat ini berada tak jauh dari posisi Rock berada.““Baik!””Balas Haruka dan Alice di saat bersamaan. Mereka segera berlari menyusul Rina untuk melindunginya dari Sebastian si pengkhianat.“Tenang saja... Aku lagi tak berniat untuk membunuh siapapun!”Kata Sebastian dengan nada tak peduli.“Jika begitu... kenapa... kenapa kau membunuh mereka!?”Tanya Rock dengan nada marah. Kebencian bisa dengan jelas terasa datang dari tatapan matanya.“Mereka? Apa ya
Hari – 9.“Apa maksud semua ini?!”Tanya Sebastian yang sepertinya tak mengerti arti namanya yang tertulis di kertas yang berada di tangan kananku.“Itu artinya adalah ini!”Aku kemudian melemparkan sebuah benda yang kusembunyikan di kantong belakang celanaku dengan menggunakan tangan kiriku yang bebas.Sebastian dengan panik menusukkan pisaunya ke arah benda tersebut, lalu membuat isi dari benda itu berhamburan.“A-apa ini!? Tepung!”Saat tepung menyelimuti pemandangan di depan matanya, Aku segera berlari ke arah Sebastian, lalu menendang tubuhnya hingga membuatnya terjatuh. Pisau di tangannya juga ikut terlempar dari genggamannya.“Ugh!”Keluh Sebastian saat kepalanya membentur lantai. Dia meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya.Aku yang tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung mengambil pisau Sebastian yang terlempar tadi untuk diamakan.
Hari – 9.“Begitukah... jadi Aku dikalahkan begitu saja olehmu yang adalah seorang pengecut.”Kata Sebastian sambil duduk di salah satu kursi yang ada. Kami semua juga duduk di kursi yang ada di sini, tapi kami menjauhkan kursi kami dari kursi tempat Sebastian duduk.“Maaf... tapi Aku tak ingin kau berada di dalam kelompokku.”Kata yang sedikit merasa bersalah.“Tak apa... lebih penting lagi, sekarang kalian hanya memiliki 3 lelaki... apa yang akan kalian lakukan? Membagi para gadis?”Tanya Sebastian seolah dia tak memiliki beban sama sekali.“Memangnya kau pikir salah siapa itu!?”Tanya balik Rock yang nampak sangat marah pada Sebastian.“Ya, itu adalah kesalahanku! Seperti yang kukatakan sebelumnya, Aku merasa tak senang jika harus meninggal tanpa melakukan apapun... jadi maaf, ya... Aku harus mengambil nyawa kedua temanmu dan Michael!”Balas Sebastian sambil tersenyum riang.“Kau!”Rock ingin menghajarnya, tapi Aku segera menghentikan dirinya dengan merentangkan tanganku di depanny
Hari – 10.“Tunggu dulu! Apa maksudnya itu!?”Tanyaku sambil berdiri dan menggebrak meja yang ada di depanku.“Seperti yang kukatakan, permainan sudah berakhir.... memangnya ada sesuatu yang tak kau mengerti dari perkataanku itu?”Kepala desa itu bertanya balik padaku saat dia berjalan menuju ke kursi yang biasa dia duduki. Kedua penjaganya dan seorang pelayan mengikutinya dari belakang.“Tidak, bukan itu yang kutanyakan.... maksudku adalah apakah kau akan membiarkannya tetap hidup?! Si pengkhianat itu!”Aku menunjuk ke arah Sebastian dengan ekspresi panik. Semua temanku juga nampak sama bingungnya dengan diriku.“Hm?”Dia kemudian melihat ke arah Sebastian berada.“Ya, tentu saja.... lagi pula jumlah kalian semua sudah 15, kan? Jadi tak perlu ada yang dibunuh lagi di antara kalian.”Aku tak bisa mempercayai apa yang kudengar. Jadi itu artinya permainan ini sudah berakhir saat jumlah kami mencapai 15 orang. Hal itu memang tercantum di dalam peraturan, tapi apa itu artinya suaraku yang
Hari – 10.Pok! Pok! Pok!“Selamat... sepertinya kau berhasil memenangkan permainan itu, ya.”Sosok anak kecil yang menyerupai diriku saat masih kecil memberikan selamat padaku sambil bertepuk tangan.“Sepertinya ini akan menjadi pertemuan terakhir kita.”Kataku sambil berjalan mendekatinya.“Memang sangat disayangkan, tapi sepertinya memang begitu... kau terlihat sudah tak memiliki penyesalan lagi.”“Itu sama sekali tak benar.”Aku segera menyanggah perkataan anak kecil itu. Bahkan saat ini Aku juga masih menyimpan perasaan bersalah dan menyesal. Meski begitu, Aku juga menyadari bahwa hal itu adalah bagian dari manusia. Sehebat apapun dirimu, kau pasti akan mengalami kegagalan atau melakukan kesalahan. Aku tak bisa menyalahkan siapapun dalam hal tersebut.“Apa ada hal yang mengganjal di dalam hatimu?”“Kau bisa membaca hatiku, kan? kenapa kau
Hari – 10.Aku terbangun di kamarku, kamar 303. Tak ada seorangpun yang berada di sini selain diriku. Setelah kami menemukan si pengkhianat dan memenangkan permainan ini, kami tak memiliki alasan lagi untuk berada di dalam satu kamar, jadi kami memutuskan untuk beristirahat di kamar kami masing-masing.Perasaan kesepian langsung memenuhi diriku saat Aku tak menemukan siapapun di sini. Meskipun Aku mengerti bahwa mereka berada di kamar mereka masing-masing saat ini dan bahwa mereka baik-baik saja, tapi setelah melewati banyak malam dengan mereka semua, pemandangan seperti ini jelas memberikan perasaan kesepian bagiku.Aku melihat jam yang berada di tanganku. Saat ini baru jam 6 pagi lewat sedikit, jadi Aku baru tidur selama 5 jam hari ini.Aku kemudian mengambil sebuah Kartu Tanda Penduduk yang baru saja Aku dapatkan dari Kepala desa tadi malam. Kartu itu berbeda dengan tanda pengenal yang biasa kami kenakan selama berada di sini, tapi kartu itu suda
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k