Share

Hukuman

Author: Andrianisilvia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Author

“Besok kita nggak jadi berangkat, Dek,” ujar Arga.

Zahra menganggukan kepalanya. “Bang, boleh aku pakai dapurnya?” tanya Zahra, sadar jika dirinya masih menumpang di rumah mertua dan tidak mungkin seenaknya melakukan kegiatan di rumah itu.

Arga tersenyum. “Tentu, Dek. Abang bantuin ya masaknya.”

Mereka turun ke dapur, tidak ada siapapun disana karena Kanaya masih di kamar Lana sedangkan Jumi menemani Husna yang sedang bersantai di halaman depan rumah. Zahra masih terdiam karena bingung akan membuat apa, takut jika apa yang dibuatnya tidak sesuai dengan selera Shanum.

“Bagaimana kalau bikin Tiramisu?” tawar Arga.

Zahra terlihat berpikir, ia belum pernah memakan apalagi membuatnya. “Shanum suka Tiramisu?” tanya Zahra.

“Tiramisu pistachio, ada sponge cake tinggal pakai kok. Jadi kita tinggal buat whipped cream sama topingnya aja,” ujar Arga sambil mengeluarkan sponge cake dari lemari.

“Apalagi bahannya, Bang?” Zahra tidak ingin tinggal diam dan hanya melihat suaminya yang berg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Tegas

    POV Author“Papa bakalan masukin kamu ke pondok!” ujar Lukman.Shanum menggelengkan kepalanya. “Nggak … Shanum nggak mau, Pa. Ma bantuin dong, Shanum nggak mau ke pondok.” Shanum memelas meminta bantuan sang ibu. Tapi Kanaya yang sudah membicarakan ini sebelumnya dengan Lukman tentu tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka memang sudah sepakat apalagi melihat Shanum yang masih belum bisa berubah.“Kamu nggak bisa nolak. Sekarang juga Papa antar kamu kesana, disana Opa udah siapin semuanya” jelas Lukman.“Pa, Shanum nggak mau!” kekehnya.“Ma, tolong bantuin Shanum buat berkemas. Papa tunggu di bawah!” Lukman tidak ingin dibantah lagi, Shanum yang akan mengejar sang ayah langsung ditahan oleh Kanaya.“Kak, dengerin Mama. Ikutin kemauan Papa, semua ini juga buat kebaikan Kakak.” Kanaya memeluk Shanum yang menangis. Demi kebaikan putri mereka, Kanaya dan Lukman harus sedikit tegas. Apalagi pergaulan saat ini bisa saja mempengaruhi pola pikir Shanum. Gadis itu diajarkan baik-baik oleh oran

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Merana

    POV AuthorDi antar oleh Mang Narno, Kanaya pergi ke sekolah Shanum untuk mengurus surat pindah. Zian di titipkan pada Siti, ia tidak khawatir karena Zahra juga ikut menjaga Zian. Lukman dan Arga sudah lebih dulu pergi ke kantor karena ada pertemuan penting pagi ini. Karena jalanan yang macet, Kanaya harus memakan waktu lebih lama untuk sampai di sekolah Shanum.“Jalannya santai aja, Mang. Nggak usah ngebut!” peringat Kanaya.“Baik, Bu,” balas Mang Narno. Lelaki paruh baya itu sudah sepuluh tahun bekerja sebagai supir pada Kanaya dan Lukman, mereka bahkan menganggap Mang Narno seperti keluarga sendiri sama halnya dengan Jumi dan Siti.Satu jam lebih Kanaya baru sampai di sekolah Shanum, ini pertama kalinya ia datang. Keysha yang melihat Kanaya langsung memanggil ibu dari temannya itu.“Tante Kanaya!”Kanaya langsung membalikkan tubuhnya dan tersenyum. “Eh … Keysha!” seru Kanaya.“Tante mau kemana?”“Tante mau cari ruang kepala sekolah, Key,” jelas Kanaya.“Tante lurus aja terus belok

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Pertahankan atau Tinggalkan

    POV Author“Nik, tolong pesankan makan malam sekalian,” ujar Aditya lalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil laptop.“Bapak ingin makan apa?” tanya Anika dengan suara agak sedikit keras agar Aditya mendengar suaranya.“Nasi goreng seafood!” sahut Aditya lalu keluar dari kamarnya.“Baik, Pak.”Anika langsung memesankan makanan yang diinginkan bosnya. Sambil menunggu makan malam datang mereka mendiskusikan mengenai proyek yang akan ditangani Anika saat nanti Aditya pulang, Anika memang bisa diandalkan. Wanita itu sudah tujuh tahun menjadi sekretarisnya, sangat mengetahui bagaimana karakter bosnya. Bisa bertahan karena sosok Aditya yang memang sangat baik dan juga tidak seperti atasan yang lain akan memanfaatkan jika memiliki sekretaris cantik, seksi dan masih muda seperti Anika.“Saya berharap kamu bisa menangani ini dengan baik selama saya tidak ada,” ujar Aditya.“Baik, Pak. Saya tidak akan membuat anda kecewa,” sahut Anika dengan seulas senyum yang membuat lesung pipi wanita itu

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Tak Mempan Digoda

    POV Author"Apa Adit ada menghubungi Lana?" tanya Lukman.Kanaya menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tanya-tanya soal itu, Mas.""Kita selesaikan masalahnya besok aja." Lukman menarik Kanaya ke dalam pelukannya, menyelimuti tubuh sang wanita dengan selimut dengan tangannya yang melingkar erat memeluk Kanaya."Aku berharap Lana sama Adit masih bisa bersama," tutur Kanaya lalu membalas pelukan suaminya, menyandarkan kepalanya di dada Lukman dengan nyaman.Cup!Ciuman mendarat di kening Kanaya membuat wanita itu langsung mendongak menatap suaminya yang kini sudah memejamkan mata. Terlihat jelas gurat lelah di wajah lelakinya, tangan Kanaya beralih mengelus lembut rahang Lukman yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang membuat lelaki itu terlihat semakin menawan di usianya yang sudah menginjak kepala lima."Kamu pasti lelah," gumama Kanaya. Lukman bahkan tidak menjawab, hanya dengkuran halus yang terdengar olehnya. Lukman benar-benar kelelahan setelah seharian bekerja.Kanaya masih belum bisa m

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Lana Hamil?

    POV AuthorDibantu oleh Siti, Lana berjalan perlahan menuju ruang tamu. Melihat istrinya, Aditya langsung bangkit dan mendekati Lana. Lelaki itu sangat khawatir karena wajah Lana yang sangat pucat, ia membawa Lana untuk duduk. Tidak tega berbicara mengenai masalah mereka dalam kondisi Lana seperti ini.“Kamu udah periksa ke dokter?” tanya Aditya.Lana hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya, untuk bicara saja ia harus mengeluarkan tenaga dan saat ini rasanya semua tenaga sudah habis dipakainya untuk berjalan.“Lana menolak dibawa ke dokter,” jelas Lukman.“Aku akan meminta dokter yang datang ke sini!” seru Aditya lalu merogoh saku celananya, Lana yang ingin mencegah tidak bisa karena badannya terasa lunglai. Dunianya seperti berputar dan detik berikutnya ia hilang kesadaran membuat semua orang histeris. Aditya langsung membopong tubuh istrinya itu dan membaringkannya di kamar. Mereka menunggu kedatangan dokter yang tadi dihubungi.“Aku mau bicara nanti, sekarang rawat saja dulu

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Kecemasan

    POV AuthorMalam itu Aditya masih berada di rumah Lukman, ia tidak mungkin membawa langsung Lana pulang ke rumah mereka. Apalagi kondisinya seperti ini, Aditya tidak ingin memaksa. Saat makan malam, lelaki itu menyuapi istrinya di kamar meskipun hanya satu dua suap karena semenjak beberapa hari kebelakang Lana memang tidak terlalu nafsu makan. Terlihat jelas dari bobot tubuhnya yang menurun apalagi ditambah dengan masalah yang belum terselesaikan."Udah, Mas. Aku kenyang," tolak Lana saat Aditya akan menyuapinya lagi."Ini masih banyak loh, sayang," tuturnya sambil memperlihatkan piring yang isinya memang hanya berkurang sedikit.Lana menggelengkan kepalanya, ia memilih menghabiskan air putih yang berada di atas nakas. Setelah minum obat, Lana langsung istirahat. Aditya menemaninya karena takut sang istri membutuhkannya sewaktu-waktu saat dirinya berada di luar kamar. Aditya bahkan belum berbicara dengan Lukman, ia memang ingin meminta maaf. Selain pada Lana, Aditya juga merasa bersal

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Mencari Solusi

    POV AuthorTok … tok … tok …."Yank, buka pintunya!"Baru saja panggilan telepon itu terputus suara Lukman terdengar membuat Kanaya langsung bangkit dan membuka pintu kamar mandi. Lelaki itu keluar hanya menggunakan handuk yang menggantung di pinggangnya, tubuh bagian atasnya dibiarkan terbuka dan memperlihatkan otot perut yang terbentuk sempurna hasil dari olahraga dan gaya makan sehat. Kanaya tidak menyiapkan pakaian seperti biasanya, pikirannya masih berputar karena ingat Shanum. Besok atau lusa, Kanaya akan mendatangi Shanum. Setidaknya ia bisa berbicara dengan baik pada anaknya agar bisa tetap bertahan di sana."Kenapa ngelamun!" tegur Lukman yang sudah berpakaian lengkap, ia menaiki ranjang dan merebahkan tubuhnya."Aku mau ketemu Shanum, Mas," ungkapnya."Lusa kita kesana, ya. Soalnya besok masih banyak pekerjaan yang nggak bisa ditinggal," tutur Lukman, lelaki itu mengerti jika istrinya sangat merindukan Shanum.Kanaya mengangguk lalu menggeser tubuhnya dan memeluk Lukman dari

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Tetap Perhatian

    POV AuthorAditya membantu Lana untuk berbaring, sepulangnya dari rumah sakit mereka langsung kembali ke rumahnya. Aditya sudah menghubungi Lukman dan mengatakan jika Lana dalam kondisi kurang baik, kandungannya lemah. Aditya akan melakukan berbagai cara untuk Lana dan juga calon anaknya. Ia bahkan berencana untuk bekerja dari rumah karena tidak ingin meninggalkan istrinya seorang diri di rumah."Istirahat ya, Mas keluar dulu sebentar," ujar Aditya.Lana tidak menjawab, ia masih diam. Rasa kecewanya masih dirasakan, sebenarnya Lana tidak ingin memikirkan itu tapi tidak bisa. Bahkan perkataan Aditya tempo lalu masih terngiang di telinga Lana, Aditya mengatakan jika dirinya tidak becus mengurus anak-anak. Siapa yang tidak sakit hati jika disebut seperti itu apalagi selama ini Lana sangat menyayangi ketiga anak sambungnya.Aditya menunggu kedatangan Ranian di ruang keluarga, ia juga sudah meminta Rangga dan Reyhan untuk datang. Entah mereka akan datang atau tidak, jika tidak ada yang dat

Latest chapter

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Ending

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorMata Lukman kini sudah berembun jika mengingat masa lalu Lukman merasa dirinyalah lelaki paling b*jingan lelaki paling brengsek dan lelaki paling tidak tahu diri di dunia karena ia tega menyakiti istri yang baik dan setia seperti Kanaya. Waktu memang tidak bisa diputar tapi apa yang sudah terjadi pasti akan membekas di benak dan pikiran apalagi sesuatu hal yang menyakitkan itu akan sulit untuk dilupakan."Tolong jangan bahas lagi masa lalu aku nggak mau lagi membuka kisah kelam kita di masa lalu itu bukan cuma nyakitin aku tapi juga nyakitin kamu juga, Mas." Kanaya mengerti dengan apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu."Tapi, Yank–""Kalau kamu bahas itu lagi, aku bakalan marah!" ancam Kanaya."Oke, Mas minta maaf. Mas janji nggak bakal ngomong soal itu lagi," ujar Lukman."Jadi gimana, kamu udah telepon Shanum atau Trisha?" Kanaya mengulang pertanyaan yang tadi sudah keluar dari mulutnya."Nggak nelpon sih, Shanum cuman kiriman video Zian la

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Keputusan Akhir

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorKeesokan harinya Lana mendatangi pengacara untuk membahas soal perceraian, ia tidak ingin menunda terlalu lama. Lana paling tidak suka berlarut-larut dalam kesedihan, hidupnya harus tetap berjalan apalagi ada Asha yang membutuhkan curahan kasih sayang dari ibunya. Lukman dan Rangga menemani Lana sedangkan Rania berada di rumah bersama Kanaya menjaga Asha."Apa ibu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya pengacara itu memastikan, Rangga sengaja membawa Lana menemui pengacara keluarga yang mengetahui mengenai perjanjian pra nikah antara Lana dan Aditya."Ya, saya sudah yakin, Pak!" jawab Lana tegas."Baiklah, sebelumnya saya akan membacakan perjanjian pra nikah yang pernah dibuat oleh Pak Aditya atas kesepakatan kalian berdua."Lana menarik nafas panjang, ia mencoba menenangkan perasaannya saat pengacara itu mulai menjelaskan. Jika seluruh harta Aditya akan berpindah tangan pada Lana saat Aditya ketahuan berselingkuh, Aditya sendiri yang membuat i

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Sulit

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorWanita jika sudah didapatkan kelemahannya seperti Anika tentu ia tidak akan melepaskan lelaki yang sudah menggagahinya itu. Ia memang tidak menggoda Aditya tapi lelaki itu yang memaksa tapi paksaan itu malah membuat Anika menjadi egois dan tidak ingin melepaskan Aditya.Baru saja akan keluar dari grup, telepon Anika berdering. Panggilan masuk dari ibunya yang berada di kampung, Anika memang seorang diri. Ia tinggal di salah satu kontrak dan rencana akan membeli apartemen tahun ini setelah uangnya cukup. Anika bahkan sudah dua tahun tidak pulang karena ia malas mendengar keluarga besar dan tetangganya menanyakan mengenai dirinya yang masih belum menikah."Iya, Bu," sapa Anika dengan tidak bersemangat, ia masih merasa kesal karena orang-orang membicarakannya di grup."Kenapa kamu melakukan hal menjijikkan itu, Nak?" tutur sang ibu dengan Isak tangis. Jantung Anika berpacu lebih cepat dari sebelumnya, ia takut jika ibunya tahu mengenai masalah ini.

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Pelakor Dihujat

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Apa bedanya sama lo? Lo juga kawin sama setiap cowok yang lo pacarin!" sahut Anika karena tidak terima dikatai murahan oleh Raya."Jelas beda dong, Say. Gue mah jelas pacaran sama cowok yang nggak ada bininya, lah elo? Udah tahu ada bininya masih di embat aja, kayak nggak ada cowok lain aja di dunia ini!" sungut Raya."Udah ah! Jadi ini gimana solusinya?" tanya Anika."Lo tinggalin Pak Adit, dia udah jelas nggak bakalan milih lo, Nik. Jagan berharap lo bisa jadi istri keduanya, mending lo susun lagi hidup lo dan jangan inget masa lalu. Wkatu itu berharga, jangan lo sia-siain buat nunggu laki orang."Anika terdiam, ia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Raya. Sisi egosi dalam dirinya tetap tidak ingin kalah, sebelum mundur Anika akan mencoba dulu untuk mendekati Aditya dan meminta pertanggungjawaban lelaki itu. Meskipun tidak hamil tapi Aditya sudah merenggut kesucian Anika. Jika seseorang sudah dikuasai ambisi tentu tidak akan pernah

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Tak Bisa Memaksa

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Tolong tinggalkan kami di sini!" pinta Lukman.Kanaya masih belum beranjak, ia takut suaminya akan menghajar Aditya yang wajahnya saja bahkan sudah sangat menyedihkan seperti ini. Mengerti dengan kecemasan sang istri kini Lukman menatap Kanaya sambil memegang pundak wanita itu."Mas ….""Kamu percaya 'kan, Yank?" Lukman menatap Kanaya sambil tersenyum.Kanaya mengangguk lalu meninggalkan Lukman dan Aditya berdua. Aditya merasa bingung sekaligus takut saat tadi Mbok Tin mengatakan jika Lukman datang. Sudah pasti jika Lukman akan menanyakan perihal masalah rumah tangga Aditya dan Lana."Gue nggak tahu alasan lo sebenarnya apa Tapi gue nggak nyangka lo bisa ngelakuin hal bodoh kayak gue dulu!" tutur Lukman. Ia sadar, tidak mungkin menghakimi Aditya karena Lukman juga pernah melakukan kesalahan yang sama di masa lalunya yang bahkan masalah yang ditimbulkannya bergulir sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.Aditya menunduk, "Gue bener-bener nyesel, tolon

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Menemui Aditya

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorLana mencoba untuk mengatur nafasnya, menenangkan perasaan berharap Lukman tidak mencurigai apapun. Rania masuk ke dalam kamar membawa Asha, hotel itu memiliki dua kamar tidur dan sebuah ruang tamu dan juga dapur. Rangga sengaja memesannya untuk beberapa hari kedepan."Mas ….""Kamu nggak mau cerita apapun?" tanya Lukman tiba-tiba membuka tubuh Lana menegang. Wanita itu mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mungkinkah jika Lukman mengetahui semuanya."Cerita soal apa, Mas?" Lana mengepalkan tangannya dengan kuat, menahan gejolak dalam dadanya."Tolong jangan sembunyikan apapun lagi, Lan. Masalah sebesar ini kamu tanggung sendiri? Mas masih ada di sini, Lan." Suara Lukman melemah, samar-samar Lana bisa mendengar suara isak tangis dari ujung telepon."Mas ….""Mas sama Mbak kamu sekarang lagi di jalan. Tunggu kita datang!"Belum sempat Lana buka suara, sambungan telepon itu lebih dulu terputus. Lana langsung gusar, ia takut jika kakaknya datan

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Sakit Tak Terlukiskan

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lo kenapa, Nik? Kok muka lo pucet gitu?" tanya Raya heran karena melihat tadi Anika biasa saja.Anika diam hingga membuat Raya langsung merebut benda pipih itu dari tangan wanita itu. Mata raya membelalak melihat isi pesan yang membuat Anika jadi pucat. Rayq bahkan membacanya berulang-ulang untuk memastikan apa yang dibacanya itu salah."Apa ini keluarga istri cowok lo, Nik?" tanya Raya.Anika menggelengkan kepalanya, "Gue nggak tahu, kenapa hidup gue jadi nggak tenang gini sih," gerutunya."Salah lo sendiri, siapa suruh main sama laki orang!" tutur Raya dengan entengnya, ia seolah tidak mengerti bagaimana perasaan Anika saat ini. Selain bingung, Anika juga takut dengan ancaman dari orang tidak dikenal itu. Tapi Anika sempat berpikir jika Rangga yang melakukannya, karena lelaki itu pula yang tiba-tiba memecatnya tanpa sebab. Jika iya Rangga yang melakukan itu semua, Anika lebih was-was karena bisa saja Rangga nekat menyebarkan rahasia ini dan An

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Ancaman

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorRangga masuk tanpa permisi dan membuka pintu dengan begitu kerasnya. Ia berjalan dengan langkah lebar mendekati kedua orangtuanya."Saya tidak akan membiarkan Anda menyakiti ibu saya lagi, Tuan Adityawarman!" Rangga bicara begitu formal dan itu terdengar sangat menyakiti bagi Aditya."Rangga–""Saya tidak ingin mendengar alasan sampah anda, Tuan!" tegas Rangga lalu membawa Lana keluar dari kamar itu.Saat Aditya akan mengejar, Reyhan dan Rania menghalangi. Mereka sama marah dan kecewanya pada sang ayah. Aditya memohon pada kedua anaknya agar membiarkan dirinya untuk mengejar Lana. Aditya masih belum selesai bicara pada istrinya itu, ia tidak ingin sampai Lana meninggalkan dirinya. Hidupnya akan benar-benar hancur, harta yang dimilikinya juga tidak akan terasa berharga jika Lana tidak ada. Aditya berharap jika masalah ini belum sampai di telinga Lukman, Aditya ingin menyelesaikan masalah rumah tangganya tanpa campur tangan orang lain selain iparny

  • Mertua, Awal Pembawa Petaka   Aku Mundur, Mas!

    Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera

DMCA.com Protection Status