Share

Episode 14

Penulis: Regina Maharani Rahman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Dzikir pagi dan petang seperti baju besi, semakin bertambah ketebalannya, maka pemiliknya semakin tidak terkenai (oleh bahaya). Bahkan kekuatan baju besi itu bisa sampai memantulkan kembali anak panah sehingga berbalik mengenai pemanahnya sendiri." - Ibnu Qayyim rahimahullah

***

"Mas, Neng beli ini nih, ada promo di Bajada."

Aku menyerahkan sebuah tasbih digital mungil pada Mas Yandri.

"Pas pengajian kemarin, Neng dikasih buku kumpulan doa dan Dzikir pagi petang. Kalau Mas lagi senggang di kantor, bisa dong dibaca-baca. Banyak manfaatnya Mas."

Mas Yandri menerima pemberian dariku dengan tersenyum.

"Nanti Neng kirimkan ya apa aja dzikirnya. Setiap hari beda-beda, Mas baca sebanyak-banyaknya."

Sejak pindah ke sini dan mengikuti beberapa kegiatan pengajian dan kajian bersama Bu RT, aku belajar banyak hal. Orang tuaku mengajarkan pemahaman tentang agama padaku, tapi sebatas kemampuan mereka. Itulah kenapa, saat ada peluang untuk menambah ilmu, dengan senang hati aku menerima. Bahkan Mas
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 15

    Beberapa hari ini keadaan di rumah cukup pengap. Bukan, bukan karena suhu di kota ini yang memang panas. Aku juga tidak mengerti, apa penyebabnya. Seperti ada yang berbeda dari biasanya. Aku pikir hanya aku saja yang merasakan hal itu, nyatanya Mas Yandri juga. "Neng, kok kayanya hawa di rumah ngga enak ya. Kaya pengap gitu, bikin sesak." Kami baru saja makan malam dan sedang menikmati kopi di teras. "Ngga tau Mas, Neng juga heran. Selain pengap, sekarang sering banget di kamar mandi banyak binatang. Kadang cacing, kadang lintah, kadang kelabang." Mas Yandri terdiam beberapa saat. "Kalo Mas bilang sesuatu, Neng nanti takut ngga di rumah sendirian?" "Insya Allah ngga Mas, ya kalo takut sih, Neng ngungsi ke warung Bu Indah," ucapku seraya nyengir. "Mas beberapa kali sering banget nyium bau busuk, Neng. Busuk amis gitu. Kadang pernah juga wangi bunga." Gantian aku yang diam dan memutuskan bercerita tentang pemberian makanan dari anak buahnya tempo hari."Mas, kemarin itu makanan d

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 16

    Sepulang dari dokter, aku dan Mas Yandri duduk berdua dan mulai mencari di mesin pencarian internet beberapa kemungkinan penyebab sakit yang kuderita. Penyakit autoimun yang tadi dijelaskan dokter pun bisa kutemukan penjelasannya. Namun menurut penelitian, kasus tersebut jarang sekali terjadi. Beberapa ciri yang ku rasakan merujuk pada kondisi syaraf terjepit. Aku bahkan menemukan juga iklan pengobatan alternatif. "Mas, ini ada pengobatan alternatif pijat refleksi buat syaraf terjepit." Aku memberitahu Mas Yandri. "Emang kamu mau nyoba kesana Neng? "Ya nyoba aja kan, siapa tau emang syaraf kejepit. Kalau ke spesialis syaraf terus ternyata disuruh MRI gimana? Biaya MRI mahal banget loh mas. "Mas Yandri menatapku, "Ya ngga masalah mahal juga, berapapun akan Mas usahakan asal kamu sehat lagi.""Iya tau, tapi Neng takut. Nyobain ke alternatif dulu ya Mas," bujukku. "Nyobain aja, kali memang syaraf kejepit. Soalnya, Neng sebelum sakit emang angkat-angkat barang terus nyapu-nyapu, ngep

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 17

    Aku mengalami kondisi mual dan muntah parah. Entah kenapa, indera penciumanku menjadi sangat tajam dan indera pengecapku menjadi sangat peka. Aku tidak bisa makan semau-mauku. Jika kulanggar maka efeknya tidak main-main. Mas Yandri selalu mempersiapkan segala kebutuhanku sebelum berangkat kerja karena hampir sepanjang hari aku hanya bisa berbaring. Kondisi ini memang tidak setiap hari. Ada kalanya disaat bangun pagi, aku merasa segar. Jika sudah begitu, aku bisa dengan rajinnya membereskan semua pekerjaan rumah yang terbengkalai. Tapi ya itu, kondisi tersebut tidak setiap hari. Seperti pagi ini, aku bangun dengan tubuh yang segar. Setelah membereskan rumah, aku keluar untuk menghirup udara segar dan menunggu tukang sayur. Para ibu yang biasa duduk di seberang rumahku pun sudah berkumpul. "Sayur...." Setelah sosok tukang sayur yang kutunggu terlihat, aku membuka pagar dan keluar. Belum juga sampai di tempat tukang sayur mangkal, suara Bu Jejen sudah terdengar memenuhi gendang tel

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 18

    Tanpa terasa kandunganku sudah memasuki usia 4 bulan. Aku dan Mas Yandri berencana untuk mengadakan syukuran pengajian. Rencananya pula, ibu mertuaku akan datang mengunjungi kami. Mas Yandri sebenarnya juga mengundang mamaku, tapi karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, mama tidak bisa hadir. Postur tubuhku yang kecil membuat kehamilanku di usia 4 bulan ini tidak terlalu kentara. Selain itu, kebiasaanku yang sering memakai kaos over size membuatnya semakin tidak terlihat. Itulah kenapa, Bu Jejen dan gengnya masih sering suka meledekku. "Syukuran mulu nih ceritanya, tapi ngga hamil-hamil," ucap Bu Jejen pedas saat aku memberitahukan undangan pengajian pada ibu-ibu komplek yang sedang berkumpul. "Aduh Bu Jejen berisik banget sih, kalo ngga mau dateng juga ga apa-apa. Saya ngga maksa," balasku tak kalah pedas. Beberapa ibu-ibu melongo dan sebagian lagi tersenyum melihat kami perang kata. Entahlah, sejak hamil, jiwa barbarku semakin tak terbendung. Aku bisa tiba-tiba emosi dan

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 19

    "Neng, gajian bulan ini, jatah kamu dikurangi ya? Jadi satu juta aja, nanti kalau Mas ada rejeki lebih, Mas tambahin lagi." Mas Yandri berucap seraya memberikan slip gaji padaku. "Kenapa Mas, ada masalah?" "Ngga, cuma Mas mau ngasi agak banyak buat Ibu. Buat sekolah Ana sama Lita," jawab Mas Yandri.Aku mulai merasakan perasaan was-was. Mungkin jika saja beberapa hari yang lalu aku tidak mendengar Mas Yandri menelpon seseorang secara bisik-bisik di teras, perasaanku tidak akan seperti ini. Selain itu juga, aku baru menyadari jika ATM pemberian Mas Yandri tidak ada lagi di dompetku.Untuk ke warung atau ke tukang sayur, aku menggunakan dompet kecil. Uangnya aku ambil tiap hari dari dompet besar yang selalu tersimpan rapi di tasku. Kemarin pagi, saat aku bermaksud mengambil uang untk belanja, aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ATM tersebut. Aku bermaksud untuk bertanya langsung, tapi melihat gelagat yang aneh dari Mas Yandri membuatku mengurungkan niat. Seperti biasa, aku ak

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 20

    Aku hanya diam disepanjang jalan Mas Yandri membawaku entah kemana. Panasnya cuaca di kota ini semakin membuat emosiku naik. Saking emosinya, aku sudah merangkai kata-kata untuk memaki Mas Yandri dan juga perempuan bernama Diana itu.Mobil berbelok memasuki perumahan yang sama sekali asing untukku. Mataku disambut dengan jejeran rumah indah berkonsep minimalis. Tepat lima menit kemudian, kami berhenti di sebuah rumah yang pintu depannya terbuka. Seorang wanita keluar menyambut Mas Yandri dengan senyum sumringah. Aku menahan diri untuk tidak menjambak dan menonjoknya. "Selamat siang Pak Yandri. Mohon maaf saya tadi tidak ditempat, tapi semua berkas dan pembayaran administrasi dari bapak sudah saya terima." 'Apa ini? Berkas apa? Administrasi?' aku bertanya dalam hati. Suara Mas Yandri yang memanggil untuk mendekat membuyarkan aku yang sedang berpikir. "Ini Rere istri saya, Bu Diana." Mas Yandri memperkenalkan aku. Wanita di hadapanku mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya d

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 21

    Aku sedang duduk dan memakan gorengan di warung Bu Indah saat Bu Jejen dan gengnya mendekat. Begitu melihatku, mereka bertiga sempat menghentikan langkah. Aku pikir mereka akan membalikkan badan, nyatanya mereka tetap mendekat. Ada sesuatu yang harus kuperiksa, dan aku bertekad untuk mendapatkan jawabannya hari ini juga. "Eh ada Bu Jejen, Bu Mumun dan Bu Romlah. Tumben baru keliatan nih." Aku tersenyum ke arah mereka.Bu Jejen mendelik dan mencebikkan bibirnya. "Halah, kamu itu yang jarang keluar rumah! Jelas aja baru ngeliat kita-kita!" "Eh Bu Jejen, mau tau ngga?" ucapku dengan nada yang membuat penasaran."Apaan?! Kamu mah senengnya main tebak-tebakan mulu! Tinggal cerita aja apa susahnya sih?!" "Saya dapet kiriman paket dari mama saya loh. Isinya makanan, banyak banget."Selama berbicara, aku mengamati tingkah Bu Mumun dan Bu Romlah. Mereka berdua hanya diam menyimak sembari memakan gorengan. "Makanan apaan? Kamu tuh kalo cerita-cerita tentang makanan, mending bawain sekalia

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 22

    Semakin membesar kandunganku semakin berkurang juga penyiksaan mual muntah yang aku alami. Sekarang aku bisa makan apapun tanpa harus khawatir akan keluar lagi. Rumah baru kami sudah dalam proses akhir finishing. Sebenarnya sudah bisa ditempati jika kami mau. Namun, Mas Yandri menunda karena ia ingin semuanya sudah benar-benar siap saat kami pindah nanti. Hari ini Mas Yandri libur, dan kami sedang merencanakan di mana aku akan melahirkan. "Neng, mau pulang ke Mama atau ke Ibu? Biar pas nanti udah lahiran, ada yang bantu-bantu kamu." Aku terdiam sejenak dan meminum susu sampai habis. "Nggalah Mas, Neng disini aja sama Mas. Kalau masalah bantu-bantu setelah melahirkan, kan nanti biasanya dari rumah bersalin suka ada yang dateng ke rumah untuk ngasi tau cara ngerawat bayi baru lahir. Untuk kerjaan rumah juga bisa nyari orang buat bantuin Neng. Yang dateng pagi pulang sore gitu Mas." Mas Yandri terlihat keberatan dengan keinginanku. "Mas, Neng itu seorang istri. Ga ada dalam kamus

Bab terbaru

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 24

    "Kalau menurut Neng mah ya biarin aja dia nikah. Dengan satu catatan, kuliahnya tahun depan harus beres. Eh Mas, ngomong-ngomong calonnya si Ana ini anak mana? Kuliah atau kerja?"Keingintahuanku berlipat ganda karena hal ini baru kali ini kusaksikan sendiri. Ana memang tipe anak yang suka membantah, tapi ia tetap patuh pada perkataan ibu. Jika sekarang Ana sudah tidak mendengarkan ibu, entah situasi apa yang sebenarnya terjadi disana. "Kata Ibu sih udah kerja, cuma ya itu, Ibu berat aja kalau sampai kuliah Ana ngga beres." Aku terdiam dan kemudian berkata,"Ya udah kalau kaya gitu nikahin aja. Tapi seperti kata Neng tadi. Kuliah harus beres. Entah nikahnya ditunda sampai Ana lulus. Atau nikah sekarang tapi ya tetap kuliah. Tapi Mas, maap nih ya Neng nanya. Tapi Ana ngga gimana-gimana 'kan? Maksudnya gimana ya, kan kalo nikah ngedadak itu orang mikirnya karena udah terjadi sesuatu gitu, Mas." Mas Yandri menghela nafas."Mas juga nanya itu tadi ke Ibu. Kata Ibu sih, Ana bilang ga k

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 23

    "Neng, liat nih, mantan Mas ngirim pertemanan di sosmed." Aku yang sedang duduk di sebelah Mas Yandri dan menonton drama favoritku pun mengangkat wajah. "Mantan yang mana Mas? Mantan Mas 'kan banyak, Neng ga hapal satu-satu."Mas Yandri menyodorkan ponselnya padaku. "Ini si Mega," ucapnya Aku melihat foto sosok seorang wanita dengan latar belakang pemandangan alam di profilnya. "Oh itu," ucapku pendek. "Diterima atau ngga usah ya, Neng?" Aku menoleh menatap Mas Yandri. "Mas, kira-kira dong kalo nanya!" Aku menghembuskan nafas dan meliriknya tajam."Kalau Mas berniat mancing reaksi Neng dengan bertanya seperti itu, Sorry to Say ya mas, neng biasa aja. Mas pikir Neng akan terharu? Wah, aku terharu karena suamiku terbuka banget, sampe mantannya ngirim pertemanan juga aku dikasih tau. Gitu kan?"Mas Yandri nyengir. "Lain lagi kalau niat Mas ngasi tau ke Neng biar Neng sekedar tau dan ga mikir macem-macem. Kalau gitu ya Neng balikin ke Mas. Terserah Mas aja. Mau diterima boleh, ng

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 22

    Semakin membesar kandunganku semakin berkurang juga penyiksaan mual muntah yang aku alami. Sekarang aku bisa makan apapun tanpa harus khawatir akan keluar lagi. Rumah baru kami sudah dalam proses akhir finishing. Sebenarnya sudah bisa ditempati jika kami mau. Namun, Mas Yandri menunda karena ia ingin semuanya sudah benar-benar siap saat kami pindah nanti. Hari ini Mas Yandri libur, dan kami sedang merencanakan di mana aku akan melahirkan. "Neng, mau pulang ke Mama atau ke Ibu? Biar pas nanti udah lahiran, ada yang bantu-bantu kamu." Aku terdiam sejenak dan meminum susu sampai habis. "Nggalah Mas, Neng disini aja sama Mas. Kalau masalah bantu-bantu setelah melahirkan, kan nanti biasanya dari rumah bersalin suka ada yang dateng ke rumah untuk ngasi tau cara ngerawat bayi baru lahir. Untuk kerjaan rumah juga bisa nyari orang buat bantuin Neng. Yang dateng pagi pulang sore gitu Mas." Mas Yandri terlihat keberatan dengan keinginanku. "Mas, Neng itu seorang istri. Ga ada dalam kamus

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 21

    Aku sedang duduk dan memakan gorengan di warung Bu Indah saat Bu Jejen dan gengnya mendekat. Begitu melihatku, mereka bertiga sempat menghentikan langkah. Aku pikir mereka akan membalikkan badan, nyatanya mereka tetap mendekat. Ada sesuatu yang harus kuperiksa, dan aku bertekad untuk mendapatkan jawabannya hari ini juga. "Eh ada Bu Jejen, Bu Mumun dan Bu Romlah. Tumben baru keliatan nih." Aku tersenyum ke arah mereka.Bu Jejen mendelik dan mencebikkan bibirnya. "Halah, kamu itu yang jarang keluar rumah! Jelas aja baru ngeliat kita-kita!" "Eh Bu Jejen, mau tau ngga?" ucapku dengan nada yang membuat penasaran."Apaan?! Kamu mah senengnya main tebak-tebakan mulu! Tinggal cerita aja apa susahnya sih?!" "Saya dapet kiriman paket dari mama saya loh. Isinya makanan, banyak banget."Selama berbicara, aku mengamati tingkah Bu Mumun dan Bu Romlah. Mereka berdua hanya diam menyimak sembari memakan gorengan. "Makanan apaan? Kamu tuh kalo cerita-cerita tentang makanan, mending bawain sekalia

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 20

    Aku hanya diam disepanjang jalan Mas Yandri membawaku entah kemana. Panasnya cuaca di kota ini semakin membuat emosiku naik. Saking emosinya, aku sudah merangkai kata-kata untuk memaki Mas Yandri dan juga perempuan bernama Diana itu.Mobil berbelok memasuki perumahan yang sama sekali asing untukku. Mataku disambut dengan jejeran rumah indah berkonsep minimalis. Tepat lima menit kemudian, kami berhenti di sebuah rumah yang pintu depannya terbuka. Seorang wanita keluar menyambut Mas Yandri dengan senyum sumringah. Aku menahan diri untuk tidak menjambak dan menonjoknya. "Selamat siang Pak Yandri. Mohon maaf saya tadi tidak ditempat, tapi semua berkas dan pembayaran administrasi dari bapak sudah saya terima." 'Apa ini? Berkas apa? Administrasi?' aku bertanya dalam hati. Suara Mas Yandri yang memanggil untuk mendekat membuyarkan aku yang sedang berpikir. "Ini Rere istri saya, Bu Diana." Mas Yandri memperkenalkan aku. Wanita di hadapanku mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya d

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 19

    "Neng, gajian bulan ini, jatah kamu dikurangi ya? Jadi satu juta aja, nanti kalau Mas ada rejeki lebih, Mas tambahin lagi." Mas Yandri berucap seraya memberikan slip gaji padaku. "Kenapa Mas, ada masalah?" "Ngga, cuma Mas mau ngasi agak banyak buat Ibu. Buat sekolah Ana sama Lita," jawab Mas Yandri.Aku mulai merasakan perasaan was-was. Mungkin jika saja beberapa hari yang lalu aku tidak mendengar Mas Yandri menelpon seseorang secara bisik-bisik di teras, perasaanku tidak akan seperti ini. Selain itu juga, aku baru menyadari jika ATM pemberian Mas Yandri tidak ada lagi di dompetku.Untuk ke warung atau ke tukang sayur, aku menggunakan dompet kecil. Uangnya aku ambil tiap hari dari dompet besar yang selalu tersimpan rapi di tasku. Kemarin pagi, saat aku bermaksud mengambil uang untk belanja, aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ATM tersebut. Aku bermaksud untuk bertanya langsung, tapi melihat gelagat yang aneh dari Mas Yandri membuatku mengurungkan niat. Seperti biasa, aku ak

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 18

    Tanpa terasa kandunganku sudah memasuki usia 4 bulan. Aku dan Mas Yandri berencana untuk mengadakan syukuran pengajian. Rencananya pula, ibu mertuaku akan datang mengunjungi kami. Mas Yandri sebenarnya juga mengundang mamaku, tapi karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, mama tidak bisa hadir. Postur tubuhku yang kecil membuat kehamilanku di usia 4 bulan ini tidak terlalu kentara. Selain itu, kebiasaanku yang sering memakai kaos over size membuatnya semakin tidak terlihat. Itulah kenapa, Bu Jejen dan gengnya masih sering suka meledekku. "Syukuran mulu nih ceritanya, tapi ngga hamil-hamil," ucap Bu Jejen pedas saat aku memberitahukan undangan pengajian pada ibu-ibu komplek yang sedang berkumpul. "Aduh Bu Jejen berisik banget sih, kalo ngga mau dateng juga ga apa-apa. Saya ngga maksa," balasku tak kalah pedas. Beberapa ibu-ibu melongo dan sebagian lagi tersenyum melihat kami perang kata. Entahlah, sejak hamil, jiwa barbarku semakin tak terbendung. Aku bisa tiba-tiba emosi dan

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 17

    Aku mengalami kondisi mual dan muntah parah. Entah kenapa, indera penciumanku menjadi sangat tajam dan indera pengecapku menjadi sangat peka. Aku tidak bisa makan semau-mauku. Jika kulanggar maka efeknya tidak main-main. Mas Yandri selalu mempersiapkan segala kebutuhanku sebelum berangkat kerja karena hampir sepanjang hari aku hanya bisa berbaring. Kondisi ini memang tidak setiap hari. Ada kalanya disaat bangun pagi, aku merasa segar. Jika sudah begitu, aku bisa dengan rajinnya membereskan semua pekerjaan rumah yang terbengkalai. Tapi ya itu, kondisi tersebut tidak setiap hari. Seperti pagi ini, aku bangun dengan tubuh yang segar. Setelah membereskan rumah, aku keluar untuk menghirup udara segar dan menunggu tukang sayur. Para ibu yang biasa duduk di seberang rumahku pun sudah berkumpul. "Sayur...." Setelah sosok tukang sayur yang kutunggu terlihat, aku membuka pagar dan keluar. Belum juga sampai di tempat tukang sayur mangkal, suara Bu Jejen sudah terdengar memenuhi gendang tel

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 16

    Sepulang dari dokter, aku dan Mas Yandri duduk berdua dan mulai mencari di mesin pencarian internet beberapa kemungkinan penyebab sakit yang kuderita. Penyakit autoimun yang tadi dijelaskan dokter pun bisa kutemukan penjelasannya. Namun menurut penelitian, kasus tersebut jarang sekali terjadi. Beberapa ciri yang ku rasakan merujuk pada kondisi syaraf terjepit. Aku bahkan menemukan juga iklan pengobatan alternatif. "Mas, ini ada pengobatan alternatif pijat refleksi buat syaraf terjepit." Aku memberitahu Mas Yandri. "Emang kamu mau nyoba kesana Neng? "Ya nyoba aja kan, siapa tau emang syaraf kejepit. Kalau ke spesialis syaraf terus ternyata disuruh MRI gimana? Biaya MRI mahal banget loh mas. "Mas Yandri menatapku, "Ya ngga masalah mahal juga, berapapun akan Mas usahakan asal kamu sehat lagi.""Iya tau, tapi Neng takut. Nyobain ke alternatif dulu ya Mas," bujukku. "Nyobain aja, kali memang syaraf kejepit. Soalnya, Neng sebelum sakit emang angkat-angkat barang terus nyapu-nyapu, ngep

DMCA.com Protection Status