Share

3. Harus Rela

Penulis: Shaveera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-12 18:16:08

Sudut mataku menangkap ada bayangan yang berdiri di balik pintu kamar. Sepertinya sosok jagoanku berdiri di sana menyaksikan semua perbuatan sang ayah. Terlihat beberapa kali tangan kecilnya mengusap kedua mata indah nan jernih. Hatiku kembali bagai tersayat. Kini Jasen keluar bersama Rowena yang terlihat bahagia diatas lukaku.

Aku sudah tidak memedulikan kehadiran wanita itu lagi, kini tanganku kembali melanjutkan aktivitas berbenah barang bawaanku. Namun seketika gerakanku berhenti kala mendengar sebuah sapaan lembut dari bidadari kecilku.

"Bunda... Bunda hendak kemana, kok ada koper besar? Tunggu Amel berbenah ya Bund, jika Bunda ke rumah kakek Amel ikut!" pinta gadis kecil itu.

Belum sempat bibirku berucap, Amel berlari menjauh keluar dari kamar pribadiku. Aku masih meneruskan berbenah yang kurang sedikit. Setetlah semua selesai kini aku harus membersihkan tubuh dari keringat yang sedari tadi mengalir deras.

Sepuluh menit sudah cukup bagiku untuk membersihkan tubuhku, lalu kebuang gamis yang aku pakai semalam. Perlahan langkah kaki kecil mendekat pada keranjang pakaian kotor yang terletak di pojok kamar. Yoga meraih gamis kotor tersebut didekap dan diciumnya aroma tubuhku yang tersisa.

"Sayang, itu gamis bunda kotor lho. Letakkan pada tempatnya lagi, biar nanti dicuci sama Bi Minah!" ucapku.

"Biarkan gamis ini untuk Yoga, Bunda. Jangan lama bila tinggalkan kami, Yoga pasti akan merindui Bunda!" kata Yoga lalu segera berlalu dengan langkah cepat tanpa menoleh ke belakang lagi.

Air mataku kembali mengalir menghadapi kenyataan luka yang harus diderita jagaonku. "Engkau sungguh tega, Mas. Lihatlah luka kedua anakmu!" gumamku.

"Bunda... Bunda, Amel sudah siap. Tara

...." Gadis kecilku sudah datang dengan menarik koper pink kecil miliknya.

"Hallo, Sayang. Kamu mau kemana, cantik sekali," ucapku sambil berjalan mendekati Amel yang sudah siap.

Gadis kecil itu sudah terbiasa mandiri diusia lima tahun, dengan pakaian gamis berwarna pink muda makai hijab yang senada membuat kulit putihnya berkilau, cantik.

"Bukankah Bunda akan pergi ke rumah kakek di Madiun? Amel ikut, sekolah Amel juga lagi libur dua minggu karena ada acara ujian untuk kelas yang lebih tinggi. Boleh ya, Bund?" papar gadis kecilku.

"Bunda tidak pergi ke rumah kakek di Madiun, Sayang. Bunda hanya ada perjalanan bisnis di luar kota. Mungkin hanya beberapa minggu, Amel dengan Ayah ya, Sayang!" Aku mencoba merayu putri kecilku agar tidak merengek ingin ikut bersamaku.

Langkah kaki mulai mendekat, langkah yang panjang khas kaki Jasen. Tatapan matanya nyalang dan tajam pada kami berdua, seketika tangan mungil Amel mendekap kakiku. Tubuh Amel bergetar melihat aura marah yang terpancar di wajah ayahnya.

"Sini Sayang, Amel sama ayah," ucap Jasen lembut sambil melambaikan tangannya pada Amel.

Amel yang masih bergetar menengadahkan kepala menatap padaku seakan bertanya boleh. Aku pun mengangguk tanda setuju. Perlahan kaki kecil itu mendekat pada Jasen, begitu sampai tubuh Amel di raih dan dibawa dalam gendongan hangat sang ayah. Amel tersenyum sambil mengusap lembut pipi Jasen.

"Ayah, bolehkah Amel ikut Bunda ke Madiun?" tanya Amel sedikit ragu.

"Bukankah tadi Bunda kamu sudah bilang akan pergi kemana, Sayang! jadi Amel di rumah saja bersama ayah dan abang kamu, paham!" ucap Jasen sedikit ada penekanan.

Amel yang mengerti pun akhirnya meminta turun dari gendongan Jasen. Lalu melangkah kembali padaku, kedua tangannya direntangkan guna meminta sebuah pelukan dariku. Aku pun menyambut tubuh gadis kecil itu dan kupeluk erat. Tanpa terasa air mata keluar dan mengalir perlahan, Amel yang menyadari isakanku segerai mengurai pelukannya.

"Bunda, kok nangis." Tangan kecil itu mengusap pipiku untuk menghapus jejak air maya.

"Jangan nangis, nanti cantiknya Bunda akan luntur. Terus jika luntur ayah pastk berpaling pada wanita lain seperti ayah Abdi teman Amel. Bunda harus tetap cantik ya! Amel tidak mau ibu tiri seperti Abdi," papar Amel.

"Sudah bereskan segera keperluanmu, Rowena ingin rebahan. Badannya terasa remuk akibat gempuranku barusan!" ujar Jasen.

Deg! Gempuran!

Satu kata yang langsung menghujam relung hati membuat tanganku bergetar hebat. Air ata sudah tidak ingin keluar hanya kaki ini ingin segera melangkah pergi.

"Baiklah, saya tunggu surat cerai datimu, Mas!" kataku disaat melewati tubuhnya.

Kini kakiku mulai melangkah menuruni tangga menuju lantai dasar. Iya rumahku berlantai tiga, sedangkan semua kamar ada di lantai dua. Lantai tiga hanya terdapat kolam renang dan beberapa alat gym suamiku. Sepeninggalku terlihat sosok Rowena berjalan memasuki kamar pribadiku dengan gaun tipis tanpa dalaman menampilkan sesuatu yang tidak seharusnya.

Kakiku terus berjalan menuruni tangga, sudut mataku melihat Yoga dan Amel duduk di meja makan menungguku. Senyum Amel mengembang kala aku duduk di sampingnya. Tangan kecil itu menyodorkan sekotak bekal miliknya.

"Ini buat Bunda selama perjalanan ya! Ini hasil buatan Amel lho, tapi dibantu sama Abang," jelasnya sambil memandang abangnya.

Yoga mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Amel. Yoga menatap Annasta tanpa berkedip, bibirnya terkatup rapat tanpa senyum.

"Abang, bunda titip adiknya. Jaga dan dampingi selalu apa yang diinginkan. Jangan banyak membantah dengan perintah ayah serta wanita rubah itu. Bunda pergi untuk kembali, ingat itu!" kataku.

Yoga hanya menatap nanar, jiwanya kini terlihat rapuh. Perlahan Yoga berdiri dan melangkah mendekat pada Annasta sang bunda. Direngkuhnya tubuh Annasta lalu diciuminya kedua pipi sang bunda sambil membisikkan kata, "Yoga akan selalu ada buat Bunda suatu saat nanti, Yoga akan turuti semua pesan itu."

### SA ###

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Muh Al baim
... bagus komingnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   4. Aku Pergi

    Segala daya aku upayakan agar aku mampu meninggalkan rumah yang sudah aku tinggali selama ini. Kuedarkan kedua mata menatap untuk terakhir kali semua isi rumah yang tentunya pasti akan kurindu. Netraku berhenti pada sebuah foto keluarga di mana masih lengkap ada mama dan papa Jasen. Kini foto itu tinggal kenangan. "Mengapa wanita kumal itu masih di rumah, Mas?" tanya Rowena yang kudengar merengek manja. "Tenang saja, Sayang. Mungkin wanita itu masih ingin memuaskan matanya dengan kenangan selama dioa disini, biarkan untuk sebentar dia mengingat kenangan itu. Setelahnya akan Mas hapus semuanya," balas Jasen. "Benar ya, Mas. Aku ingin hanya ada aku di hari-harimu, bukan wanita kumal itu," kata Rowena sambil menunjuk ke arahku. Kini kakiku melangkah dengan mantap menuju pintu keluar, masih kudengar isak tangis Yoga. Hanya Amel yang masih tersenyum kala aku melangkah sambil menarik koper. Di pintu keluar sudah ada Bi Minah yabg setia menantiku."Mbok, aku titip anak-anak ya. Jaga dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   5. Hunian Baru

    Di sinilah aku sekarang, sebuah hunian baru yang sangat jauh dari kata mewah. Sebuah bangunan yang disebut kontrakan rumah minimalis dengan ukuran 5x6 membuat dadaku sedikit sesak. Namun aku harus bersyukur masih bisa mendapatkan flat ini, semua informasi aku dapatkan dari Irene--teman kerjaku dulu. "Bagaimana Annasta, sudah sampaikah kamu pada flat itu?" tanya Irene dalam panggilan telepon."Sudah, Irene. Ini aku sedang berbenah, kapan kamu akan berkunjung ke tempatku?" tanyaku. "Sepulang kerja sore ini, Say. Kamu mau dibawakan apa?" tanya Irene dari seberang. "Bagaimana jika bakso Pak Yudi? Sekali jalan 'kan?" pintaku. "Siap, Ndan, laksanakan! Sudah dulu ya, Annasta. Nanti aku kabari jika sudah berangkat ketempatmu!" ujar Irene. Sambungan terputus secara sepihak dari Irene, Annasta hanya mampu tersenyum masam menanggapi sikap sahabatnya itu yang belum berubah. Datang tanpa diundang pulang pun seperti menghilang tanpa jejak. Isshh jaelangkung donk. Baru beberapa menit Annasta d

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   6. Mall Tunjungan

    Setelah aku menunggu selama dua hari dari hasil interview, akhirnya muncul notif di emailku yang isinya bahwa aku diterima kerja. Rasa syukur aku panjatkan atas ridho-Nya hingga aku cepat mendapatkan sebuah pekerjaan yang sesuai minat dan bakat. "Terima kasih, Ya Robb," ucapku kala membaca email masuk dari PT. Somplak tbk. Aku sangat bahagia, akhirnya bisa menabung untung memulai hidup baru bersama kedua anakku kelak. 'Tunggu bunda, Sayang. Suatu saat nanti kita pasti akan berkumpul,' batinku berbicara sambil tangan ini memegang foto kedua bocah kecil itu. Sebuah foto yang sempat aku ambil dari album tanpa sepengetahuan Mas Jasen. Hanya foto itu harta yang paling berharga bagiku saat ini. Karena foto itulah semangatku masih berkobar mempertahankan rasa ini. "Aku harus mempersiapkan diri untuk memulai eaok hari," lirihku sambil membuka almari baju. Kulihat tumpukan baku usang yang sudah tidak layak pakai, hatiku merasa tercubit pedih. Selama ini aku tidak memperhatikan penampilan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   7. Jumpa Mantan

    Tampak Jasen berjalan tegap melewatiku tanpa menyapa, sedangkan Rowena semakin mengeratkan pegangan tanganya pada lengan mantan suamiku. Sungguh pemandangan yang menyakitkan. Aku tidak peduli lagi, segera aku melangkah mengejar Irene yang sudah masuk ke salah satu toko pakaian kerja. "Huft, akhirnya aku bisa menyusulmu, Irene!" kataku saat sudah ada di dekat Irene. "Memangnya kamu dari tadi kemana lho, Annasta?" tanya Irene dengan nada kesal."Heheh, maaf tadi aku melihat si Jasen dengan perempuan rubah itu. Jadi sedikit termangu hingga tertinggal olehmu," balasku "Dasar, sudah lupakan si kodok dan rubah itu. Lihat masa depan saja, Annasta!" kata Irene yang mulai jengah dengan sikapku yang terkadang masih tidak rela. "Sulit, masih terasa sakit." Aku mulai merasa sesak dan ingin menangis."Maafkan aku, Ann. Bukan maksudku marah padamu, aku hanya ingin kamu lupa saja!" pinta Irene. "Iya aku tahu, beri aku waktu. Nanti pasti bisa melupakan jika sudah sibuk dengan pekerjaan, bersabar

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   8. Celoteh Amel

    Gadis kecilku masih terlihat bimbang, netranya menatap lembut pada sang pria kecil. Lalu terlihat anggukan kepala dari si abang, baru gadis kecil itu melangkah mendekat kepadaku. Tangan mungilnya meraih jemariku lalu dibawa dalam pelukannya. Bayang embun sudah mulai menggenang diujung mata bulat si gadis kecil.Aku berjongkok mensejajarkan dengan tubuh gadis itu, begitu sejajar tangan mungilnya meraih leherku dan mendekap erat seakan tidak ingin terlepas. Terdengar lirih isak tangisnya di telinga kananku tempat sandaran kepalanya.Aku mencoba bertahan untuk tidak menangis, tetapi apa daya hati seakan teritis sembilu. Ku usap lembut pungung kecil itu, terlihat si abang mengusap lelehan air mata yang mengalir di sudut matanya. Aku sangat terharu."Bunda, sampai kapan harus seperti ini? Amel sudah tidak tahan," lirih gadis kecilku."Maafkan bunda, Sayang! Tunggu dua atau tiga tahun lagi, bunda sedang mengupayakan untuk kehidupan kalian. Tunggu dan sabar jalani semua dengan iklas!" ucapku

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   9. Semangat

    "Apakah kalian tidak ingin berkata jujur pada bunda, Sayang?" tanyaku."Maafkan Yoga. Janji adalah hutang, pantang bagi Yoga untuk ingkar!" ucap Yoga dengan tegas."Baiklah, sekarang habiskan makan kalian segera agar tidak ada yang terluka. Biar nanti kami antar kalian pulang!" kata Irene."Kami bisa pulang sendiri Bunda dan Bibi. Bukankah Yoga sudah berucap?" tegas lelaki kecil itu.Aku dan Irene hanya mengangguk, lalu mereka berdua pamit dengan mencium punggung tanganku. Kuselipkan ponsel jadul miliku pada saku Amel dan juga selembar uang kertas berwarna merah, tidak lupa aku bisikan sesutu di telinga kecilnya."Simpan ini baik-baik, Sayang. Jika suatu saat Adik perlu, gunakan dengan bijak!" bisikku lirih di telinganya.Amel hanya mengangguk perlahan lalu bibir mungilnya tersenyum menatap kami berdua. Aku meraih tubuh kecil itu dan kubawa dalam dekapan, "Jangan lupakan bunda, Sayang!""Amel akan selalu ingat peristiwa ini. Janji Bunda akan selalu Amel ingat dan tunggu," kata Amel."

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   10. Hari Pertama Kerja

    Pagi yang cerah membuat hariku semakin berwarna, kupersiapkan semua agar dapat segera berangkaat kerja tidak terlambat. aku pun mulai bersiap untuk mandi, kesegaran air pagi hari membuatku semakin bersemangat dalam memulai hari.Kulangkahkan kaki ini menuju halte bis yang menuju kantor tempat aku memulai karierku dalam bidang desain yang sudah lama aku tinggalkan sejak menikah dengan Mas Jasen tujuh tahun yang lalu.Sekarang aku harus bisa mandiri tanpa sosok suami yang akan selalu ada dalam seetiap aktifitasku, meskipun dulu Mas Jasen selalu melupakan aku sejak kelahiran Amel. Entah ap sebabnya hingga perubahan sikap suamiku begitu drastis tanpa ada tanda-tanda yang pasti. Bus way dengn jurusan kantorku telah tiba, aku pun naik dan langsung mengedarkan pandanganku untuk mencari tempat yang kosong. Akhirnya aku menemukan tempat yang kosong tersebut tepat di samping seorang pemuda yang masih kuliah jika dilihat dari gestur wajahnya."Turun mana, Mbak?" tanya pemuda itu."Aku turun di

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-09
  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   11. Kepala Devisi

    "Selamat datang Ibu Annasta kami berharap Ibu bisa membimbing kami dengan pengalaman Anda yang terbilang sangat fantastis. Semua sekarang kita satu tim dalam desain," kata salah satu anggota y ang ada di dalam."Tolong segera perkenalkan nama kalian masing-masing!" kata wanita yang sedikit terlihat menor cara merias diri."Saya Gendis, tim desain interior 1. salam kenal, Ibu Ann!" sapa Gendis."Tunggu apa maksud kamu dan kalian semua memperkenalkan diri dengan cara seperti ini pada saya, bukankah posisi kita sama. Sebagain karyawan desain?" tanyaku pada mereka yang terlihat melongo."Apa tadi diruang HRd Ibu Irene tidak menjelaskan pada Ibu mengenai posisi Ibu di sini?" tanya Gendis.Aku hamya menggelengkan kepala karena sejujurnya aku pun tidak mengerti masalah jabatan yang aku terima saat kerja di sini." Jika kalian tidak keberatan tolong jelaskan masalah tugas saya di sini sebagai apa bagi kalian semua," kataku dengan tegas dan datar.Semua mata saling tatap satu sama lain, mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-10

Bab terbaru

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   183. Akhir yang Pilu

    "Bunda?" Aku langsung terhenyak kala mendengar panggilan Amelia, segera kuanggukkan kepala tanda membenarkan pertanyaannya. Sungguh saat melihat anggukan kepalaku, putriku itu seketika menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan abangnya. Sementara Quinsa sedikit merapat pada palukan Yoga. Kepalanya menelusup pada dada abangnya.Pandangan matanya terlihat ketakutan pada Amelia, aku semakin heran dengan perilaku Quinsa. Beberapa kali kudengar Yoga bersenandung islami untuk menenangkan emosi adik tirinya tersebut. Dahiku langsung mengernyit kala mengenal senandung itu. "Yoga, tolong jelaskan pada bunda, apa yang terjadi dengan adik kamu itu!" desakku."Sini, Sayang. Quinsa ikut kak Amel dulu. Biarkan Abang ngobrol sama Bunda, ya. Ayo!" ajak Amelia lembut.Perlahan pelukan Quinsa mengurai dan mulai mengendur, tatapannya menatap sendu pada Yoga. Begitu ada anggukan dari putraku, barulah Quinsa mau turun dari pangkuan sang abang. Amelia segera melebarkan senyumnya agar adik tirinya mau

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   182. Quinsa

    Setelah menghabiskan satu roll roti gulung, Quinsa tertidur di sofa. Aku hanya memandang kasian pada anak tersebut. Sedangkan Yoga masih terlelap di pangkuanku. Sangat terlihat jika aura di wajahnya begitu lelah. Kusurai rambutnya yang sedikit panjang, jariku menelusuri setiap lekuk wajah putraku tersebut."Sungguh indah pahatan ini, satu kata untuk mengambarkan seluruhnya. Tampan!" lirihku."Tampan saja tidak akan cukup untuk menatap dunia, Bunda!" kata Yoga dengan mata masih terpejam.Seketika kutarik ujung jariku yang sudah menyusuri hidungnya yang tinggi. Sungguh hampir kesemua permukaan wajahnya menirukan Jasen. Mungkin hanya bentuk hidung dan bibir yang membedakan mereka. "Lalu dengan apa kamu tatap duniamu, Sayang?" tanyaku."Dengan agama dan ilmu, Bunda. Seperti yang selalu Bunda ajarkan pada kami," jawab Yoga sambil mencoba bangkit dan duduk.Mata cokelat terang yang indah itu kini menatapku sendu, aku hanya mampu membalas tatapannya penuh tanya. Kemudian kudengar napas pan

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   181. Tamu yang Sudah Aku Tunggu

    Siluet tubuhnya masih aku ingat, tetapi ini mengapa dia membawa seorang anak perempuan? Mungkinkah dia anaknya dengan Rowena, jika kuhitung usia anak itu saat ini berkisar di usia sepuluh tahun. Apakah itu sosok Quinsa, bayi imut yang dulu sempat aku timang.Oh, Tuhan. Kuatkan hatiku, cobaan apa lagi yang Engkau hadirkan dalam hidupku kali ini. Sekuat apapun hati ini, jika bersangkutan dengan Mas Jasen pasti akan membawa luka. Meskipun terkadang rasa sepi melandaku tetapi jika dia datang bersama dengan yang lain, sakit itu kian terasa. Apakah ini maksud mimpiku beberpa hari yang lalu. Untuk apa Mas Jasen datang lagi dalam hidupku setelah sepuluh tahun tidak berhubungan dan apa maksudnya membawa Quinsa. Kemana Rowena? Berbagai pertanyaan muncul di otak kasarku. Sungguh rasanya aku tidak sanggup Tuhan."Bunda!" sapa lembut suara Quinsa.Naluriku sebagai ibu tidak dapat mengindahkan panggilan itu. Bagiku yang salah bukan anaknya melainkan kedua orang tuanya. Para karyawanku akhirnya pam

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   180. Kubebaskan Hatiku

    Sore semilir angin menerpa wajahku. Bayangan Jupri bersama Halimah masih nyata di pelupuk mata. Entah mengapa hati ini terasa sakit dan kecewa. Apakah aku sempat jatuh hati pada Jupri? Sejak mula semua rasa ini aku tolak. Namun, saat kulihat lelaki itu datang ke toko dengan membawa wanita hamil, hatiku sakit. Aku sendiri juga bingung dengan rasaku ini. Bagaimana bisa aku memupuk rasa yang belum tentu ada pada diri Jupri. Saat itu memang dia tidak ada cerita sedang dekat dengan seorang wanita manapun. Namun, pernah satu kali lelaki itu kelepasan bertanya mode baju syari terbaik dan berapa harganya. Hal ini sempat membuatku penasaran. Mungkin aku harus berusaha menepis segala rasa pada lelaki itu. Sejak kunjungan pertama Jupri dam istri menjadi sering datang dengan alasan Halimah susah makan nasi jadi dia lebih memilih kue basah ataupun roti bolu. "Aku harus segera pupus rasa ini dan lupakan semua. Kamu sudah mendapatkan bidadari yang terbaik, Jupri. Selamat!" batinku saat kulihat se

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   179. Gibran 2

    "Tadi Gibran sudah bilang lho, Nenek. Hanya itu Onty Dahlia," jawab Gibran."Iya, Sayang. Onty kan lama tidak jumpa Adik. Mungkin dia lebih senang menggoda, jadi maafkan Onty nya dong?" kataku pada Gibran sambil kuangkat dia ke pangkuanku.Namun, lelaki kecil menggeleng tanda dia tidak mau memaafkan Dahlia. Aku tersenyum melihat tingkah cucuku itu, dia sangat menggemaskan apalagi jika pipinya menggembung dengan bola mata yang berputar. Pasti bikin semua yang ada di sana ingin mencubit pipinya."Nenek, besok jika onty Dahlia pulang tidak usah dimasakin opor ayam, Ya. Biar tahu rasa!" dengusnya geram.Kulihat sejak tadi Dahlia hanya diam menatap Gibran, wanita muda itu menahan tawanya agar tidak terdengar oleh ponakannya yang lucu itu. Sementara Andin sejak tadi hanya berdiri, kini dia berjalan menuju dapur. Beberapa saat kemudian Andin sudah kembali dengan membawa piring berisi nasi opor ayam. "Ayo turun dari pangkuan nenek, Adik makan dulu!" ajak Andin."Lho Adik belum makan, sini bi

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   178. Gibran

    Dahlia dan Amelia terlihat semakin kompak dan solid. Aku sangat bahagia melihat perkembangan mereka berdua. Setelah makan siang aku pun ngobrol dengan keduanya untuk sesaat sebelum aku kembali lagi ke toko. O ya, toko kue ku sekarang sudah maju pesat dan dikenal oleh berbagai kalangan. Bahkan setiap Dahlia pulang, ada saja temannya yang nitip buat oleh-oleh.Sedangkan Amelia, dia terkadang ikut membantu di toko bila sedang senggang. Aku juga sangat bahagia karena sudah di panggil nenek oleh anaknya si Andin. Gadis itu sekarang sudah bukan gadis lagi melainkan sudah menjadi seorang ibu muda dengan anak satu."Bund, si ucrit bagaimana kabarnya?" tanya Dahlia."Jangan bilang ucrit, anak itu punya nama, Lho! Nanti jika Mbak kamu tiba-tiba dengar kamu yang akan kena omelannya," kataku."Hehe, iya ini Mbak Lia parah!" kelakar Amelia.Aku geleng kepala melihat keakraban mereka berdua. Aku dan kedua putriku selalu berbincang akrab seperti ini dalam menunggu waktu untuk memulai aktifitas kemba

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   177. 10 Tahun Kemudian

    Akhirnya aku mendapatkan bis tepat di jam empat sore. Kali ini aku naik bis cepat antar kota jurusan Jogyakarta. Bis yang terkenal dengan kecepatannya melebihi bis yang lain. Bis ini paling banyak peminatnya. Aku pun merasa bahwa pelayanan kondektur bis juga sangat ramah dan sopan.Bis melaju dengan kecepatan rata-rata. Mungkin bila dilihat dari kuar kecepatan bis itu tinggi. Tetapi bagi kami para penumpang terasa nyaman, hal ini terbukti para penumpang bisa tidur dengan lelap termasuk aku. Tanpa tetasa waktu terus berjalan hingga terdengar suara kondektur memberitahukan pada kami bahwa sebentar lagi bis akan memasuki kawasan Madiun."Madiun terakhir, terminal Madiun terakhir." Terdengar wakil kondektur berteriak memberitahukan pada para penumpang agar bersiap-siap. Aku pun segera terbangun dari tidurku. Perjalanan Surabaya - Madiun hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan bis antar kota."Bunda pulang, Sayang!" batinku.Sungguh aku sangat rindu dengan putriku itu. Hampir

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   176. Menunggu Bis

    "Andin, apakah kamu masih di sana?" tanyaku.Hening, lambat laun kudengar isak tangis lirih. Mendengar suaranya aku semakin bingung dan resah. Memangnya sedang ada apa hingga membuat Andin sampai terisak. Aku semakin penasaran."Andin, katakan pada Mbak. Apa yang terjadi pada kalian?" tanyaku."Selamat ya, Mbak Ann. Semua sudah selesai hingga sesuai dengan angannya Mbak. Dan satu lagi semua keperluan toko aman dan terkendali, Kok!" balas Andin."Lalu mengenai gaji? Dan apa yang menyebabkan kamu tadi terisak, Lho?" tanyaku beruntun."Nanti lah, tunggu Mbak pulang," balas Andin.Lama aku berbincang dengan Andin. Meski aku berusaha mengorek keterangan mengenai gaji karyawan, Andin tidak mau cerita. Dia masih kekeh menunggu kepulanganku. Karena ini aku menjadi tidak nyaman dan ingin segera pulang. Kemudian aku mendengar suara klakson sebuah mobil yang berhenti. Seketika aku tersadar dan pamit pada Andin menyudahi panggilan."Lagi asyik menelepon siapa lho, Ann?" tanya Irene saat aku sudah

  • Menjandakan Istri Demi Selingkuhan   175. Sosok Itu

    Aku menoleh pada sosok itu, mataku seketika membelalak. Sebuah nama yang aku ingat pada sosok itu, Jupri. Iya dia adalah Jupri. Tetapi siapakah dua sosok itu? "Ibu Ann, maaf bisakah kita mulai sekarang?" "oh, ya. Silahkan, Pak!" jawabku."Ini surat janda dan ini semua yang menyangkut persidangan kemarin, Ibu Ann. Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda," kata pengacaraku."Saya juga berterim kasih atas bantuan Bapak. Untuk fee sudah saya transfer ke rekening Anda, Pak. Saya terima kasih," kataku sambil menjabat tangan si pengacara.Akhirnya kami melanjutkan makan siang bersama. Saat di sela makan siang kulihat sekeliling mencari sosok yang tadi sempat aku lihat. Rupanya Jupri ada di sudut kanan ruangan ini pada meja nomer lima puluh. Di sana dia sedang bersama seorang Kyai dan seorang gadis yang cantik. "Apakah dia istrinya?" lirihku."Siapa yang Anda maksud, Ibu Ann?" tanya Pengacaraku."Seorang sahabat lama, Pak. Eeh, maaf, silahkan dilanjut!" ucapku.Beberapa saat kemud

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status