"Sangat, An. Sangat istimewa," jawab dr. Ahmad begitu yakin.Sejenak suasana di antara mereka menjadi hening. Sebelum akhirnya suara dr. Ahmad memecah keheningan. "Oh iya, An. Untuk standar gaji Baby Sitter memang berbeda, jadi saya akan menaikkan gaji kamu sesuai dengan posisi kamu saat ini. 3.500.000 adalah gaji kotor dari saya, belum termasuk bonus jika memang ada hal yang membuat saya perlu memberikan kamu bonus." dr. Ahmad melanjutkan pembicaraannya mengenai pengangkatan Anjani menjadi Baby sitter Zahira."Alhamdulillah, terima kasih, Bib.""Sama-sama. Dan sesuai apa yang tadi saya katakan, saya akan berikan gaji pertama kamu sebagai ART juga pesangonnya sekaligus." dr. Ahmad melanjutkan ucapannya."Untuk itu tidak usah, Bib. Saya hanya bekerja sebagai ART selama dua hari, lagi pula, pekerjaan saya yang sekarang juga dari Habib, kan?" Anjani menolak halus. Merasa tahu diri sebab keluarga ini sudah begitu baik terhadapnya."Itu hak kamu, An. Setiap pekerja yang saya berhentikan,
Bab 13 MJDMPBeberapa detik kemudian, dr. Ahmad masih terdiam, mencerna pertanyaan Anjani."Kenapa kamu bertanya seperti itu, An?" tanya dr. Ahmad heran. Pasalnya, hal yang ditanyakan Anjani itu merupakan suatu hal yang tabu."Maaf, Bib, kalau pertanyaan saya terlalu sensitive. Saya hanya ingin tahu saja, apakah benar adanya kasus seorang wanita lahir tanpa lubang mahkota. Sebab hal seperti ini terjadi di kampung saya, akan tetapi saya tidak tahu persis kebenarannya seperti apa," jawab Anjani tak sepenuhnya berbohong.Habib Ahmad mengangguk-angguk paham."Memangnya di daerah mana kampung kamu, An?" tanya dr. Ahmad penasaran, sebab hak seperti yang diceritakan Anjani sangatlah langka, sehingga jika memang hal itu terjadi di sekitarnya, ia merasa perlu melakukan study dan penyuluhan."Saya berasal dari desa Sumber Asri, Bib.""Sumber Asri? Kayak nggak asing di telinga zaya, masih di daerah Bangil ya, An?" tanya Bib Ahmad memastikan."Iya, Bib.""Owalah, kamu orang sini sendiri toh tern
"Kalau itu tergantung, jika dia memiliki ovarium yang sehat, maka dia bisa reproduksi, tetapi jika ovarium terganggu atau tidak sehat, bahkan wanita yang memiliki bentuk V sempurna pun tak akan bisa memiliki keturunan.Sebab persoalan itu berkaitan dengan kesehatan rahim. Di samping itu juga tergantung takdir Allah.Pada intinya, tetap semua itu tergantung pada takdir-Nya, An. Seberapapun masalah yang Allah berikan, Allah juga sudah menyiapkan jalan keluarnya. Asalkan sebagai hamba, kita terus berikhtiyar, meminta, sabar dan tawakkal," terang dr. Ahmad membuat hati Anjani lebih tenang. Dalam hati ia bertekad, setela urusan dengan Supeno kelar, ia akan mulai menabung untuk melakukan pengobatan."Terima kasih banyak atas penjelasannya, Dok. Maaf sudah membuat Dokter harus melayani konsultasi di luar jam kerja," ucap Anjani dengan senyuman manisnya."Khuhus untuk kamu saya akan buka jam kerja selama 24 jam, An," jawab dr. Ahmad tulus."Haha, Habib bisa aja. Bisa-bisa Habib rugi ntar, seb
Bab 14 MJDMP"Sama saya, Bib?" tanya Anjani reflek."Iya, An. Saya pikir, saat saya datang bersama kamu akan lebih memudahkan akses saya untuk bertemu dengan penderita agnesis vagina itu. Kamu mau, kan? Sekalian kamu bisa menjenguk orang tua kamu di rumah. Saya juga ingin mengenal keluarga kamu," jelas dr. Ahmad megutarakan maksudnya.Sedangkan Anjani semakin merasa bingung dengan situasi yang sedang terjadi, "Ya Allah ... Bagaimana ini? Kenapa malah jadi seperti ini situasinya? Padahal niatku hanya ingin mendapatkan kejelasan akan kondisiku, tapi kenapa justru hal ini menjadi bomerang bagiku?" batin Anjani sambil meremas tangannya, cemas."An, kamu dengar saya, kan?""Ehm, iya, Bib." Anjani menjawab dengan sedikit kikuk."Jadi bagaimana? Kamu bersedia, kan? Apa ada yang sedang mengganggu pikiranmu?" tanya dr. Ahmad merasakan kejanggalan pada perubahan ekspresi Anjani."Ehm, iya, Bib. Soal penderita agneses vagina di kampung saya itu, dia sudah pergi dari sana untuk merantau ke kota,
Keduanya lalu berjalan bersama menuju pintu belakang untuk kembali ke tempat masing-masing, saat berada di depan pintu belah kupu-kupu yang hanya terbuka separuh, keduanya sama-sama menghentikan langkah."Silakan, Bib," ucap Anjani mempersilakan majikannya untuk masuk terlebih dahulu."Silakan kamu duluan, ladies frist!" jawab dr. Ahmad yang justru meminta Anjani untuk masuk terlebih dahulu.Merasa tak enak hati, Anjani berniat menolak, "Tapi, Bib! Seharusnya seorang tuan yang memasuki pintu terlebih dahulu, baru pelayan." Anjani memberikan argumentnya dengan merendahkan diri."Kamu menganggap saya tuanmu?"Anjani mengangguk."Kalau begitu, kamu harus mentaati perintah saya. Masuklah terlebih dahulu," lanjut dr. Ahmad memberi perintah.Walau merasa sungkan, Anjani akhirnya menurut dan masuk mendahului dr. Ahmad, ia melintas di hadapan dr. Ahmad seraya menundukkan tubuhnya, sopan.dr. Ahmad tersenyum menyaksikan Anjani yang melintas di depannya. Setelah itu segera menyusul masuk dan mem
Bab 15 MJDMP"Lho, Bib? Kok shubuh-shubuh sudah di dapur? Habib perlu apa?" tanya Anjani seraya memandang sepanci air di atas kompor yang menyala dan sebuah ember yang berada di sisi kaki dr. Ahmad dengan bertanya-tanya.dr. Ahmad terlonjak kaget mendengar pertanyaan Anjani. Ia sampai memegang dada demi menetralkan deguban jantung yang tiba-tiba terasa dua kali lebih cepat dari biasanya."Ya Allah, An, kaget saya!" ucapnya reflek."Maaf, Bib, bukan bermaksud mengageti. Saya pun kaget melihat Habib sudah berada di dapur pagi-pagi buta seperti ini. Habib ada perlu apa? Biar saya bantu," tawar Anjani ramah.dr. Ahmad menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa bingung harus menjawab Anjani dengan jawaban seperti apa."Itu masak air untuk apa, Bib? Biar saya bantu, ya? " tawar Anjani tanpa basa-basi."Oh, tidak perlu, saya bisa sendiri," jawab dr. Ahmad cepat dan sedikit salah tingkah."Maaf, Bib, tapi untuk apa ya masak air banyak banget?" tanya Anjani sekali lagi."Ehm ... Itu—." dr. Ahm
Anjani lalu membalikkan badannya untuk kembali ke dapur, namun Zahira yang tiba-tiba terlihat berlari ke arahnya membuatnya mengurungkan niat."Hai, Mbak," sapa gadis lucu itu pada Anjani."Hai, Sayang, sudah bangun nih?""Sudah dong, Mbak. Mbak Anjani masak apa nih? Zahira bantuin yuk!" celoteh Zahira."Wah, sayang sekali, Mbak sudah selesai masaknya, tadi hanya bikin roti maryam untuk sarapan," jawab Anjani dengan nada sesal sebab tidak mengajak Zahira ikut serta dalam aktifitas masaknya pagi ini."Yah, tumben cepat, Mbak, masaknya?" jawab Zahira dengan raut sedihnya."Iya, Sayang, sebab Mbak Anjani harus siap-siap untuk mengantar Zahira ke sekolah." kali ini dr. Ahmad yang menjawab."Hai, Dad," sapa Zahira pada Daddynya yang sedang mencomot croissant buatan Anjani."Hai, Sayang," jawab dr. Ahmad."Emang bener Zahira sekolah diantar Mbak Anjani? Bukan sama Daddy seperti biasanya?" tanya Zahira kritis."Tetap sama Daddy, tapi juga sama Mbak Anjani," jawab dr. Ahmad seraya membawa Zah
Bab 16 MJDMP"Oh, ya? Lalu bagaimana? Sudah sejauh apa pembahasan kalian?" tanya Ummi Fahira penasaran."Ya, Ahmad lumayan banyak dapat info soal latar belakang Anjani," jawab dr. Ahmad seraya membenarkan posisi duduknya."Oh, ya? Jadi gimana?""Anjani berasal dari desa Sumber Asri, ternyata dulu Ahmad pernah ada tugas penyuluhan di sana. Jadi untuk desa itu bagi Ahmad cukup familiar," terang dr. Ahmad membuat Ummi Fahira tersenyum."Tidak ada suatu yang kebetulan di dunia ini, Nak. Ada yang bilang, sebenarnya kita pasti pernah dipertemukan dengan jodoh kita tanpa sengaja sebelum akhirnya menikah. Macam Allah sudah mulai mendekatkan dan mengaitkan hati satu sama lain.Mungkin saja, tugas penyuluhan kamu di sana saat itu memang salah satu jalan Allah untuk mendekatkan kamu dengan jodoh kamu, Anjani," terang Ummi Fahira yang memberikan kesimpulan berlebih."Aamiin, ya semoga saja seperti itu, Mi, Ahmad juga sudah sangat mengharapkan pernikahan ini," jawab dr. Ahmad dengan pandangan mene
Bab 34 - DILEMASatu per satu rangkaian acara telah terlewati. Tak banyak yang dilakukan hari ini, hanya doa dan mauidzoh hasanah singkat. Tidak ada acara adat yang beragam. dr. Ahmad sengaja menfokuskan acara pada jamuan para tamu, sebagaimana judulnya tasyakuran.Satu per satu tamu undangan dan keluarga berpamit, kini hanya tersisa beberapa kerabat dan kolega dr. Ahmad, berkumpul untuk sekedar mengobrol, karena niatnya memang perkumpulan mereka untuk reuni.dr. Ahmad berkumpul dan bercengkrama dengan teman-temannya, sementara Anjani menemui para istri yang turut serta.Adapun Zahira, gadis itu berpindah-pindah, kadang berada di pangkuan Daddy-nya, kadang pula berpindah ke sisi Mommy untuk bersiaga. Kelucuan gadis itu menjadi bahan pembicaraan malam ini, gadis kecil dengan sikap dewasa namun tetap dengan cara khas anak-anak. Sungguh sangat menggemaskan.Sejak tadi, Anjani sebenarnya menahan sakit di perutnya. Semakin lama sakit itu semakin terasa intens. Namun di depan para tamu, ia
Bab 33Anjani dan Zahira tengah berada di kamar untuk dirias. Malam nanti adalah malam acara 7 bulanan kehamilan Anjani.Sejak pagi, rumah sudah ramai kunjungan sanak saudara dr. Ahmad. Mereka berkumpul untuk meramaikan acara. Walaupun semua jamuan acara sudah di-handle oleh EO (event organizer) tapi tetap saja Mbak Sri dan kerabat dr. Ahmad menyibukkan diri menyiapkan jamuan.Zahira sangat bahagia hari ini, karena banyak teman saudaranya yang berkumpul. Terlebih, Anjani mengajaknya serta dalam hal tata rias, gadis kecil itu berasa akan disulap menjadi peri saat make up tipis disapukan ke wajah cantiknya.Zahira selesai lebih awal dirias. Gadis kecil itu kemudian dibantu oleh MUA untuk mengenakan gaunnya. Gaun berwarna biru langit senada dengan warna kebaya yang dikenakan Anjani juga jas yang dikenakan oleh Daddy-nya.Di depan cermin full body, Zahira memutar dirinya, mirip seperti tinkerbell yang imut dan menggemaskan.Anjani tersenyum melihat putri sambungnya begitu happy dan antusi
Bab 32 - DILEMA"Bang ...." Anjani memanggil suaminya manja. Di minggu siang yang damai, karena hanya ada mereka berdua di rumah. Mbak Sri berpamit pulang kampung barang sehari, sementara Zahira, tadi.pagi dijemput saudara dari Surabaya untuk diajak ke taman safari.Anjani menolak untuk ikut serta, karena kehamilan yang semakin besar membuatnya merasa mudah capek saat melakukan perjalanan. Terlebih area taman safari sangat luas, kebun binatang Surabaya saja tak mampu ia taklukkan.Kandungannya sudah memasuki usia 7 bulan. Sejak masuk trimester tiga, Anjani menjadi sangat doyan makan. Setelah tiga bulan hanya terbaring dengan makanan infus, ia seperti balas dendam saat perutnya mulai bisa menerima makanan. Kata mbak Sri, itu namanya "Maruk'i". Akibat dari itu, berat badannya melonjak tinggi. Membuat aktivitasnya terasa sangat berat.dr. Ahmad pun tak mempermasalahkannya, asalkan masih di batas normal, dan asal istrinya bersedia melakukan senam hamil untuk tetap menjaga kebugaran. Apapu
Bab 31 - DILEMASetelah rasa kram di perut Anjani berangsur hilang, dr. Ahmad membawa istrinya ke tempat makan. Sekedar duduk sembari menikmati es teh dan beberapa macam gorengan yang tersedia.dr. Ahmad memesan beberapa potong tempe mendoan, ote-ote dan juga pisang goreng. Kemudian membawany ke hadapan sang istri yang tengah duduk manis menikmati es teh."Masih anget, Sayang ... cobain, enak!" ucap dr. Ahamd seraya meletakkan sekotak forengan dengan toping cabe rawit yang menggugah selera.Tak menolak, Anjani pun langsung mencomot tempe mendoan dan memakannya."Enak?" tanya dr. Ahmad."Enak, Bang ... rasanya beda gitu kalau bikinan tangan orang," balas Anjani.dr. Ahmad terkekeh, "itu hanya perasaan kamu saja, kalau bagi Abang, ya jelas jauh lebih enak bikinan kamu," sanjung dr. Ahmad."Nah, itu juga cuma perasaan Abang. Jadilah makan gorengan aja bawa-bawa perasaan," sahut Anjani. Keduanya terkekeh bahagia.Sementara Anjani menikmati gorengan, dr. Ahmad mengangkat kaki Anjani dan me
Bab 30 - DILEMAMobil dr. Ahmad melesat cepat membelah jalanan yang cukup senggang pagi ini. Sepanjang perjalanan, Zahira terlihat riang. Ia berceloteh dan bernyanyi. Sementara Ayuma lebih banyak diam. Moodnya hancur pagi ini. Ia sudah sangat keras memutar otak untuk menggagalkan rencana kepulangannya, namun ia tak mendapatkan hasil apa-apa. Pada akhirnya ia pun berada di mobil ini menuju bandara."Ante Yuma kenapa diem aja?" tanya Zahira menyapa Ayuma."Ante Yuma sedih, Sayang ...," sahut Ayuma mulai berdrama."Sedih kenapa, Ante? tanya Zahira peduli."Karena mau berpisah sama Zahira," sahut Ayuma. Anjani yang berada di bangku depan hanya bisa mengerlingkan kepala, senyum puas tergambar di wajah Ayuma saat melihat Anjani memalingkan wajah ke jendela, berhasil membuat Anjani kesal cukup membuatnya terhibur.Namun senyum itu mendadak berubah masam saat tangan dr. Ahmad meraihnya, lalu mereka saling berpandangan mesra dan menguatkan. Seketika rasa cemburu menguasai hati Ayuma."Ante Yum
Bab 29 - DILEMA"Zahira ... dengar Daddy, Nak ... Mommy minta Ante Yuma untuk pulang itu bukan karena Mommy nggak suka sama Ante Yuma, Sayang ... tapi karena Mommy peduli sama Ante Yuma. Ante Yuma punya kesibukan di tempatnya, jadi Mommy nggak ingin merepotkan Ante Yuma di sini." dr. Ahmad menjelaskan dengan lembut pada Zahira. Namun gadis itu hanya terdiam."Lagi pula, tadi yang minta Ante Yuma pulang bukan Mommy, kok. Tapi Daddy," lanjut dr. Ahmad seketika membuat Zahira menoleh ke arahnya."Kok Daddy malah minta Ante Yuma pulang sih? Daddy nggak asih ah!" gerutu Zahira dengan kedua tangan disilangkan di dada.dr. Ahmad membelai kepala Zahira sayang. "Iya, Nak ... Daddy memang sengaja minta Ante Yuma untuk pulang, karena Daddy mau ajak Zahira ke Surabaya untuk bertemu saudara-saudara di sana? Gimana, Zahira mau, kan? Zahira bisa bebas bermain dengan banyak teman di sana." dr. Ahmad menyampaikan rencananya pada Zahira. Seketika raut wajah gadis itu berubah bahagia."Wah, beneran, Dad
Bab 28 - DILEMA"Keterlaluan kamu, Ayuma!" uca dr. Ahmad menahan amarah."Kok aku? Istri kamu itu yang keterlaluan, mengganggu kenyamanan tamu di rumah suaminya. Emang dasar nggak ada akhlak!" gerutu Ayuma."Tapi kamu hampir saja menamparnya kalau aku nggak segera mencegah. Apa yang seperti itu dikatakan berakhlak?" balas dr. Ahmad tak terima.Ayuma terdiam, ia memalingkan pandangan dari dr. Ahmad. "Sorry ... tadi aku kelepasan. Ya coba aja bayangin, orang lagi tidur dipaksa bangun, kemudian diusir disuruh pindah, terus diomel-omelin, siapa yang nggak kesel coba?" balas Ayuma mulai memutar balikkan fakta."Semua tidak akan menjadi seperti itu kalau kamu langsung bangun dan menuruti permintaannya. Aku lihat sendiri Anjani membangunkanmu untuk shalat dengan penuh kelemah-lembutan, tapi kamu yang tiba-tiba ngegas!" balas dr. Ahmad memojokkan Ayuma.Ayuma semakin memasang wajah kesal."Sudah ya, aku di sini nggak sendang ingin menjelaskan siapa yang salah dan siapa yang benar, tapi yang j
Bab 27 - DILEMAdr. Ahmad mengerjapkan matanya. Malam ini tidurnya terasa sangat nyenyak. Setelah bermalam-malam ia kesulitan tidur nyenyak akibat banyaknya permasalahan yang ia pikirkan, akhirnya ia menemukan kedamaian. Kedamaian yang ia dapatkan setelah kembali merasakan indahnya surga dunia bersama istrinya.Mengingat pergulatan hebatnya semalam, dr. 7 tersenyum sendiri, ia pun memiringkan tubuhnya, berniat merangkul sang istri. Namun betapa terkejutnya ia saat yang ia dapati adalah sebuah guling."Loh, Anjani mana?" gumamnya dalam hati. Lalu samar-samar ia mendengar bacaan Al Qur'an yang dilantunkan oleh suara lembut sang istri."Masya Allah ...." Seketika rasa damai semakin mengaliri hatinya. Hari masih menjelang shubuh, namun Anjani sudah sibuk menghadap Rabb-nya.dr. Ahmad terbangun, berjalan ke arah Anjani. Merai kepala bagian belakangnya, kemudian mengecup pucuk kepala istrinya tanpa menyentuh kulitnya."Bang ... sudah bangun?" tanya Anjani seraya menutup mushaf di tangannya.
Bab 26 - DILEMAdr. Ahmad mengusap wajahnya kasar, rasanya kepalanya hampir meledak. Belum sempat penat selepas mengantar Zahira ke rumah sakit hilang, Anjani semakin menambahnya secara bertubi-tubi. Beberapa kali ia menghela nafas panjang, berusaha menahan diri agar tak sampai dikuasai emosi."Kasih Abang waktu ya?" pinta dr. Ahmad setelah beberapa saat."Oke, sampai besok sore?" balas Anjani tegas."Sayang ... Zahira masih sakit, apa kamu tega?" dr. Ahmad terlihat memelas."Seharusnya tidak ada hubungannya antara Zahira sakit dengan Ayuma kalau Ayuma tak pernah berada di sini, Bang! Bukankah begitu? Bukankah selama ini kits mengurus Zahira sendiri? Kenapa sekarang seolah kita sangat butuh dengan Ayuma?" Anjani kembali berapi-api."An ... sekarang kondisinya beda, dulu ada Ummi, sekarang Ummi sudah nggak ada. Cobalah kamu mengerti sedikit saja!" pinta dr. Ahmad."Bang ... ada atau tidak adanya Ummi, tidak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan wanita lain masuk ke dalam kehidupan